Kolom Ganggas Yusmoro: Kami Memilih Pemimpin Karena Prestasi dan Keteladanannya

Kami tidak neko-neko, memilih pemimpin itu adalah karena keteladanan dan prestasi.

 

Yang kami lihat pada profil seorang Jokowi, ketika Pak Jokowi selalu romantis pada Ibu Iriana, selalu harmonis pada keluarga, itulah keteladanan. Siapapun wanita tentu kepingin para pria itu romantis. Selalu memperhatikan dan ketika Pak Jokowi menggenggam erat jemari Ibu Iriana, kami suka. Kami ikut terbawa aura suka cita.

Ketika Pak Jokowi mengajak keluarga makan durian atau mengajak sang cucu main odong-odong, kami juga ikut bahagia. Di tengah kesibukan dan padatnya acara sebagai presiden, beliau masih sempat berbuat yang bagi kami sangat luarbiasa. Dan itu seperti pesan kepada siapapun juga, keharmonisan itu harus dijaga.







Pernahkah Pak Jokowi berbicara nyelekit? Pernahkah Pak Jokowi berbicara menyinggung perasaan orang lain? Tidak pernah, kan? Itulah keteladanan. Bahwa jadi pemimpin, pemimpin apa saja, termasuk pemimpin Rumah Tangga, nilai-nilai bertatakrama sangat dibutuhkan agar tercipta harmonisasi kehidupan.

Ketika Pak Jokowi tidak banyak omong, dan selalu kerja, kerja dan kerja, itulah keteladanan. Dengan bekerja, pasti akan menghasilkan sesuatu. Yang petani, dengan rajin bekerja, tentu akan banyak panen. Yang pedagang, dengan rajin bekerja berjualan, tentu akan banyak yang laku dagangannya dan seterusnya.

Ketika kalian fitnah Pak Jokowi dan keluarga, karena beliau Presiden kami, tentu kami marah. Namun, ketika seorang mas Gibran mengatakan “dimaklumi, dimaafkan saja”, itu adalah hal yang luarbiasa. Itu adalah keteladanan.

Jika kami kerja keras demi keluarga, itu adalah berjihad demi kebahagiaan keluarga.

Jika kalian dikit-dikit ikut demo, yang kalian perjuangkan apa dan siapa? Nasi bungkus? Faktanya adalah, ketika ada pemimpin yang terpilih bukan karena keteladanan, bukan karena prestasi, seperti halnya di DKI, siapa yang susah? Siapa yang rusak? Rakyat!!

Kami tidak neko-neko. Kami memilih pemimpin karena Keteladanan dan Prestasi. Karena itu adalah implementasi dari akhlak. Bukan sok ngaku paling beragama.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.