Kolom Asaaro Lahagu: SISI PSIKOLOGIS ARSETO, PEMFITNAH KEJI JOKOWI

Arseto Pariadji, manusia pembual. Tanpa berpikir panjang, ia membabi-buta memfitnah Presiden Jokowi. Selain ia menuduh Jokowi dan pendukungnya menjual surat undangan kawinan anaknya Rp. 25 juta, ia juga memfitnah Presiden Jokowi korupsi.

Arseto tanpa berdosa menuduh Jokowi telah kaya sekarang bersama para pendukungnya. Arseto juga melontarkan makian kasar, tak beradab kepada Jokowi. Dan, itu sangat bertolak belakang dengan pendidikannya Master Teologia. Fitnah lain Arseto adalah menuduh kelompok agama tertentu sebagai komunis.







Saya mengikuti video fitnahan Arseto yang viral termasuk beberapa video lain saat ia mendatangi kedai kopi, mini market, pernyataan maaf hingga selfinya di samping mayat Probosutedjo. Dari beberapa ucapannya di sosial media, sosok kepripadian Arseto amat mudah ditebak dan dipahami.

Arseto adalah pribadi yang meledak-ledak, emosional, grasa-grusu dan bernalar tumpul. Muntahan ucapannya lebih cepat dua kali dari kecepatan otaknya. Ia adalah golongan manusia yang bertindak baru berpikir kemudian. Arseto sejajar dengan Kaisar Nero yang membakar Kota Roma hanya karena ia ingin melihat api yang spektakuler.

Mulut Arseto lebih besar dari nalar, badan apalagi namanya. Ia adalah manusia pemberontak yang senang membakar emosi publik sama dengan kaisar Nero. Arseto baru menyadari makna kata yang ia ucapkan jika telah terjadi dampak yang buruk bagi dunia sekitarnya.

Jika Arseto seorang prajurit, maka ia dengan gampang disuruh di front depan medan perang. Lalu di sana ia mudah mati konyol karena nalurinya yang meluap-luap. Ia akan menghantam duluan baru menyusun strategi.

Dari foto-fotonya yang tersebar termasuk informasi di websitenya, Arseto termasuk orang yang gila harta. Ia senang memamerkan hartanya. Itu bisa dilihat fotonya yang terpampang di samping mobil mewah. Pun Arseto suka menghina orang miskin yang tidak selevel dengannya. Dari sini kita bisa menilai bahwa Arseto adalah manusia congkak.

Saya termasuk orang yang bertanya-tanya dari manakah Arseto memperoleh duit untuk membeli mobil mewah dan apartemennya? Tidak disebutkan bahwa Arseto mempunyai usaha atau bekerja sebagai manajer perusahaan. Jangan-jangan Arseto adalah manusia pengangguran.

Publik mungkin menebak -nebak asal harta Arseto itu. Sebagai seorang anak pendeta dan punya gereja yang cukup besar, maka sangat mungkin Arseto memperoleh hartanya dari persepuluhan gerejanya.




Arseto juga termasuk yang gila ketenaran. Di kamar apartemennya, terlihat gambar Prabowo tergantung di dinding kamarnya. Mudah menebak siapa Arseto. Dia adalah pendukung fanatik Prabowo. Arseto sedang berangan-angan untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPRD di DKI Jakarta. Ia disebut kader militan dan sangat fanatik kepada Partai Gerinda.

Saking fanatiknya kepada idolanya, Arsetopun secara membabi buta menyerang lawan idolanya. Ia pun mencari-cari kesalahan Jokowi. Begitu ada isu hoax yang samar-samar dia dengar, maka Arsetopun langsung bersuara keras. Ia kemudian meledakkan isu itu segemuruh mungkin.

Dari beberapa ucapan maaf yang memelasnya, diketahui bahwa Arseto ternyata orang yang bernyali pendek. Begitu ia disorot media, nyali kejantanannya berangsur-angsur menurun. Derajat panas emosinya semakin dingin. Ia memang manusia yang bisa cepat menyadari kesalahannya. Namun, dampak blundernya tak bisa ia atasi.

Arseto juga bukan manusia cerdas. Ia terlihat manusia dengan AQ dan EQ rata-rata bahkan bisa dibilang agak kurang. Saat memberi klarifikasi di beberapa videonya, terlihat kata-kata yang ia keluarkan tidak runtut. Logika kalimatnya lompat-lompat. Wajahnyapun terlihat panik dan ketakutan. Tak herannya cara berpikirnya pun melompat-lompat dan tak berkaitan satu sama lain.

Terakhir, kepribadian Arseto bisa digolongkan sebagai manusia konsumtif dan hedonis. Ia menikmati hidup glamor, hidup yang serba wah dan instan. Dengan perawakannya yang cukup ganteng, harta yang melimpah, Arseto tentu punya pergaulan yang luas termasuk dengan wanita. Arseto yang bersumbu pendekpun mudah terjebak dengan Narkoba.

Dari catatan kepolisian diketahui bahwa Arseto pernah dipenjara terkait kasus Narkoba. Saat memfitnah Jokowi, bukan tidak mungkin Arseto di bawah pengaruh obat atau minuman keras. Akibatnya ia mudah berhalusinasi dan berani konyol memfitnah Presiden Jokowi. Dalam halusinasinya itupun Arseto dibayangi oleh ketakutannya sendiri bahwa ia sedang dibully dan akan disembelih oleh pendukung Jokowi.




Saat polisi menggeledah mobilnya, Arseto kedapatan memiliki senjata api di dalam mobilnya. Karena banyak duitnya, mudah bagi Arseto membeli senjata api itu. Belum diketahui apakah ia memperoleh ijin kepemilikan senjata itu. Jika tidak, maka pelanggaran pidana Arseto semakin berantai.

Kini Arseto telah ditahan polisi dan telah ditetapkan sebagai tersangka. Ke depan, Arseto akan menguliti jati dirinya di penjara. Di sana kebebasannya dalam waktu beberapa lama akan dipasung. Tujuannya adalah agar ia bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Mungkin Arseto saat kecil kurang diperhatikan oleh orangtuanya atau sebaliknya terlalu dimanjakan. Kini hal itu bisa dipraktekkan ulang di penjara.

Pintu pertobatan selalu saja terbuka. Arseto adalah anak yang hilang dan menyimpang dari ajaran agamanya Kristen. Suatu hari ia akan kembali ke pangkuan ayahandanya dengan cap anak hilang telah kembali.

Tentu saja dengan ditangkapnya Arseto, maka berkuranglah satu dari sekian ribu sosok-sosok yang gemar memproduksi hoax di negeri ini. Masih banyak Arseto-Arseto yang lain. Dan tentu menunggu giliran untuk tersandung. Begitulah kura-kura.










One thought on “Kolom Asaaro Lahagu: SISI PSIKOLOGIS ARSETO, PEMFITNAH KEJI JOKOWI

  1. Fitnah “menuduh kelompok agama tertentu sebagai komunis.”

    Komunisme, komunisme . . .

    Anda ingin tahu apa itu komunisme. Di Indonesia banyak yang sudah melihat dan mengetahui komunisme, walaupun hakekat sesungguhnya dari arti komunisme, masih banyak yang pengetahuannya sangat minim, karena baru dalam era keterbukaan sekarang inilah sudah bisa dibikin maximal pengetahuan soal komunisme itu. Pada era ketertutupan abad lalu, memang tidak mungkin mengetahui hakekat komunisme itu, yang boleh diketahui hanya yang indah-indah saja, seperti yang sangat populer ialah, bahwa sosialisme gaji seseorang sesuai dengan hasil kerjanya, dalam jaman komunisme gaji itu disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.

    Bagi yang menyukainya, komunisme atau janjinya memang sangat indah, memberi harapan, dan penyelamat bagi orang miskin terutama yang disebut kaum proletar, di Indonesia kaum buruh dan tani miskin. Bagi pemimpin yang menyukainya sangat menjanjikan, akan jadi pemimpin yang dipuja, ditakuti, dengan kekuasaan hampir mutlak. Contohnya Stalin atau Kim Jong-un (Korut). Itulah daya tariknya, bagi rakyat biasa dan bagi pemimpinnya. Bagi orang komunis Indonesia maupun bagi publik yang dekat dengan partai komunis sampai 1965, pastilah bisa merasakan dan melihat sendiri keadaan ini (kedua daya tarik atau stimulasi luar biasa menggiurkan itu).

    Kebesaran dan kejayaan Partai Komunis Indonesia mencapai puncaknya 1965, dengan berhasilnya pentrapan NASAKOM dan berhasilnya Soekarno di’jinakkan’ oleh orang-orang komunis. Partai-partai lain sangat iri melihat perkembangan gemilang partai komunis ini, serta keberhasilannya dalam mendominasi perpolitikan nasional Indonesia. Tetapi apa saja ada puncaknya dalam proses perubahan dan perkembangannya, sesuai dengan perubahan dan perkembangan kontradiksi dalam dialektika Hegel tesis-antitesis-syntesis. Proses dialektis ini terlepas dari apa itu komunisme dan siapa yang menciptakannya dan untuk apa diciptakan.

    Hukum-hukum perubahan berlaku dalam semua hal-ihwal, komunisme, sosialisme, maxisme, liberalisme, monarkisme, nasionalisme dsb dan juga proses perubahan dalam pikiran, tidak bisa tidak harus melewati proses tesis-antitesis-syntesis Hegel itu. Disitulah keluar-biasaan dan kebesaran Hegel, walaupun Hegel sendiri tidak sempat mengembangkan semua pemikiran ini lebih jauh dari tingkat filsafat biasa dalam ruang akademisi saja, artinya kepraktisannya dalam kehidupan sehari-hari sama sekali tidak dikenal atau tidak diperkenalkan oleh Hegel. Zamannya ketika itu ‘zaman filsafat’, artinya mengembangkan filsafat dari ‘ruang filsafat’, bukan dari kancah pergolakan kehidupan publik sehari-hari.

    Kegunaan praktisnya teori dialektika Hegel (tesis-antitesis-syntesis) dikembangkan sendiri oleh orang biasa, melihat langsung dari praktek kehidupan sehari-hari, terutama dalam berbagai diskusi dan debat yang melahirkan sesuatu yang baru (syntesis), atau dalam pengertian ‘kontradiksi sebagai tenaga penggerak perubahan dan perkembangan’. Kontradiksi, diskusi dan debat ilmiah, akan selalu mendorong mempercepat penemuan pemikiran/kesimpulan baru yang tadinya atau sebelumnya belum dimengerti. Contohnya, diskusi dan debat soal ‘indonesia bubar 2030’ telah menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih luas dan mendalam soal ramalan yang seyogianya tidak berharga itu, karena hanya fiksi dari seorang pengarang fiksi.

    Contoh lainnya yang juga masih kita ingat ialah awal perseteruan antara SBY dan Anas soal korupsi Hambalang. “Kalau ditafsirkan halaman buka-bukaan ya enggak apa-apa, itu bagian dari proses yang harus saya tempuh. Tapi saya tidak punya tendensi untuk menyerang orang. Apa yang disampaikan adalah sesuatu untuk mencari keadilan dan kebenaran.” kata Anas di Tribunnews 2013/12/04

    Dan hasil kontradiksi (perseteruan, konflik) antara SBY dan Anas Urbaningrum ialah ‘rumah hantu’ itu jadi terang benderang dimata publik, yang sebelumnya masih gelap. Itulah ‘kontradiksi sebagai tenaga penggerak perubahan dan perkembangan’. Disini kontradiksinya telah menghasilkan informasi dan pencerahan yang sangat bagus dan sangat bermanfaat bagi publik. Penjelasan dari segi-segi yang bertentangan tadi.

    Kita kembali ke tema komunisme.
    Untuk apa komunisme diciptakan di dunia?

    “Marxism…the demagogic popular one” that is used to dupe the intellectuals and the masses. (238) Marx was hired by Rothschild to dupe the masses. Rakovsky says Marx “laughs in his beard at all humanity.”(Sumber)

    Bakunin, seorang revolusioner sudah duluan jauh bergerak dibandingkan Marx, dan antara Bakunin dan Marx (tepatnya majikan Marx) memang punya teori/rencana berbeda dalam soal revolusi dan kekuasaan. Marx dan majikannya dengan komunismenya mau bikin kekuasaan diktator proletar, sentralistis, sedangkan Bakunin pembagian kekuasaan secara regonal, kekuasaan tidak sentralistis. Kekuasaan sentralistis Marx tersembunyi bertujuan demi NWO.
    Teori diktator proletar itulah yang kemudian masuk ke Indonesia dipakai oleh Semaun, Muso dan Aidit. Tetapi apakah PKI, Aidit, Muso dll itu sedar juga untuk melaksanakan rencana NWO itu, saya masih ragu. Juga masih diragukan apakah orang-orang ini (pemimpin-pemimpin komunis negeri berkembang) sudah mengerti ketika itu, karena begitu ketatnya rencana NWO itu dirahasiakan, rahasia mana baru terbuka jelas sekarang abad 21.
    Sekiranya ada orang PKI yang masih bisa mempelajari latar belakang komunisme dan organisasi bankir/rentenir internasional itu . . . wow . . . dia akan mengerti lebih jelas apa yang ditulis oleh Henry Makow PhD dalam tulisan-tulisannya yang terkenal itu.
    Hakekat sebenarnya dari komunisme sudah terbuka jelas dalam era keterbukaan, dan tak ada tempat sembunyi lagi bagi penipu-penipu internasional ini. Orang-orang seperti Henry Makow adalah penyelamat kemanusiaan, adalah penyelamat dunia dari bahaya penipuan yang sangat mengerikan!
    Seorang anti-komunis yang pandai (M C Fagan) mencatat pada tahun 60-an:

    Fervent anti-Communist and noted New York-Hollywood writer, director and producer Cecil Fagan in the late 1960’s recorded The Illuminati and the Council on Foreign Relations:
    The idea was that those who direct the overall conspiracy could use the differences in those two so-called ideologies [marxism/fascism/socialism/communism v. democracy/capitalism] to enable them [the Illuminati] to divide larger and larger portions of the human race into opposing camps so that they could be armed and then brainwashed into fighting and destroying each other. lihat disini:
    Divide and Conquer

    Bahwa Marx ternyata disewa oleh bankir rentenir internasional untuk mengarang teori ‘revolusioner’ untuk mengelabui rakyat dunia terutama kaum buruh yang sedang tumbuh pesat membesar ketika itu, tidak banyak yang mengetahui sebelum era keterbukaan. Tetapi semakin jauh kita membaca dan meneliti apa yang ditulis oleh Marx memang semakin terlihat dia sepertinya terpaksa untuk menulis begitu, menurut kehendak perencana NWO itu. Salah satu contohnya ialah serangannya yang sangat mencemohkan Hegel dengan teori dialektikanya ‘tesis-antitesis-syntesis’. Bahwa teori itu berlaku dalam semua hal-ihwal termasuk dalam perkembangan kapitalisme, diakui oleh Engels sendiri dalam Anti-Duhring-nya. Engels sangat menghargai tinggi Hegel sebagai Bapak Dialektika. Marx walaupun juga mengakui Hegel sebagai bapak dialektika, tetapi dia menghinanya dengan menuduh Hegel dan teorinya ‘berdiri diatas kepalanya’ karena Hegel seorang idealis bertentangan dengan Marx seorang materialis.

    Mengapa Marx harus bersikeras kepala menuduh dialektika Hegel ‘berdiri diatas kepala’ bisa dijelaskan dari sikap Marx yang keras kepala mengatakan bahwa krisis kapitalisme inherent dalam tubuh kapitalisme itu sendiri, dan krisis-krisis kapitalisme akan menghancurkan kapitalisme dari dalam dan dengan membangun diktator proletar dengan tuntas melibas kapital dan kapitalisnya. Marx selalu menekankan perlunya mendirikan diktator proletar menghantam kaum kapitalis dan sistem kekuasaannya. Menurut teori tesis-antitesis-syntetis Hegel, dengan krisis itu kapitalisme akan melewati tingkat perkembangan baru dan dari situ muncul kwalitas baru seperti misalnya cara produksi baru atau hasil produksi baru. Dan itulah yang sudah selalu terjadi dalam tiap kali ada krisis kapitalisme. jadi adanya perubahan dan perkembangan baru ke kualitas baru. Ini tidak mau diakui oleh Marx, semata-mata karena dialektika Hegel ‘berdiri diatas kepalanya’, bukan diatas kakinya. Engels agaknya mengerti dilema Marx dan berusaha menengahi dengan membikin contoh sebatang pohon kacang dalam proses ‘negasi dari negasi’ yang sebenarnya adalah tesis-antitesis-syntesis Hegel dengan istilah lain. Teori dialektika Hegel jelas berlaku juga bagi sebuah tanaman kacang tanah dalam perkembangannya.

    Mengapa Marx berkeras kepala menyangkal teori dialektika Hegel dalam perkembangan kapitalisme? Saya kira jelas karena majikannya yang menyewa Marx berkepentingan untuk mendirikan diktator proletar, bukan untuk menganalisa perkembangan baru kapitalisme ke tingkat yang lebih tinggi walaupun itulah yang benar terjadi terus menerus sampai sekarang.
    Dalam soal ini seratus tahun kemudian muncul istilah baru oleh Schumpeter pakai nama ‘creative destruction’ dalam perubahan dan perkembangan kapitalisme, untuk lebih mengerti istilah sulit Hegel ‘tesis-antitesis-syntesis’. Schumpeter mengartikan krisis kapitalisme menuju pembaruan dan perkembangan, perubahan yang meningkatkan kwalitas baru kapitalisme, bertentangan dengan teori Marx yang keras kepala mempertahankan krisis kapitalisme yang akan mengakhiri kapitalisme dan perlunya mendirikan diktator proletar. Jelas ini adalah keinginan si penyewa Marx untuk bangun kekuasaan internasional NWO. Marx tidak berkutik dan bahkan tidak pernah berani menulis soal penghisapan bank dan bankir rentenir internasional itu. Marx harus mengikuti kehendak si penyewanya. Marx pura-pura tidak tahu apa yang terjadi dalam perang ‘kemerdekaa’ AS (The Revolutionary War (1775-83), yang dipaksakan oleh bankir internasional itu, tetapi dia (Marx) sangat bergairah menuliskan soal perang perbudakan AS The American Civil War, 1861–1865.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.