Kolom Ganggas Yusmoro: KAMI SUDAH MENANGIS DARI DULU

Tangisanmu adalah Tangisan Kami, Ibu.

 

Ketika engkau berurai air mata menyampaikan permintaan maaf karena harus dipaksa keadaan, dianggap Puisimu melecehkan, sejujurnya itu adalah tangisan kami, Ibu. Tangisan anak bangsa yang mencintai negeri ini. Yang mencintai tradisi negeri ini dengan warna warni dan keelokan Budaya sebagai bukti bahwa Budaya adalah identik dengan Budi pekerti.

Budaya adalah simbol dari perilaku suatu bangsa bahwa bangsa ini bangsa yang terkenal dengan keluhuran budi dan kematangan jiwa.

Kami jadi ingat bagaimana dalam sejarah disebutkan Wali Songo mengislamkan Tanah Jawa, para Wali justru melebur dan menyatu dengan tradisi dan budaya negeri ini. Siapapun mahfum bahwa para Wali memanfaatkan media wayang sebagai sarana dakwah. Sebagai media agar Islam bisa menyatu dalam nafas kehidupan rakyat. Bahkan dengan sangat bijaksana, Wali Songo merenovasi dan merombak total wayang beserta perangkat yang mendukungnya.







Pagelaran wayang yang sekarang malah digandrungi oleh orang-orang luar negeri, karena mereka memang kagum dengan budaya negeri ini yang adiluhung, yang mempunyai nilai seni maha dahsyat. Di sana ada wayang yang tadinya hanya berupa kulit lembu, lalu dipahat dengan segenap jiwa. Diukir dan terbentuklah sebuah tokoh. Di sana ada sinden dengan berkostum budaya leluhur, memakai konde, menyuarakan tembang-tembang mocopat.

Ya, mocopat yang digubah oleh para Wali, yang begitu runtut. Mulai Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanti, Asmaradana, Gambuh, Dandang Gulo, Durmo, Pangkur, Megatruh dan Pucung. Sebuah tembang yang tentu saja dibuat para Wali dengan proses ritual dan pencucian jiwa agar tembang tersebut bisa menyatu dengan ruh dari spiritualitas bangsa khususnya masyarakat Jawa.



Jika sekarang ada yang mengatakan Wayang adalah Bid’ah, sejujurnya kami sudah lama menangis. Jika ada golongan yang menyebut Konde, memakai Kain, memakai Stagen lalu dikatakan tidak Syari, kami sudah bercucuran air mata sudah lama. Jika para wali Syiar Islam dengan kesejukan, dengan hati yang welas asih, dengan sabar dan penuh maaf, sekarang ada golongan yang Syiar Islam seakan dengan penuh amarah, kami seakan sudah kehabisan air mata.

Tangisanmu adalah Tangisan Kami, Ibu.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.