Kolom Andi Safiah: PENGETAHUAN PALSU

Semua perangkat teknologi sudah disiapkan oleh Ilmu Pengetahuan sejak era Informasi lewat media terbuka seperti Internet. Jika anda tidak setuju dengan cara pandang seseorang, anda bisa menggunakan fasilitas teknologi untuk mengajukan keberatan secara terbuka.

Tentu saja dengan membawa “bekal” argumen sebagai media untuk memahami di mana letak keberatan anda.

Misalkan, saya menulis argumen yang itu ternyata mengusik kenyamanan anda. Maka anda punya kebebasan untuk menulis argumen balasan. Dengan begitu, kita bisa membangun budaya dialektika yang sehat, dimana senjata kita adalah argumen, bukan sekedar sentimen buta.

Inilah yang disebut masyarakat “Dialektis” bukan masyarakat “Sentimentil”; yang disentil dikit ngamuk, marah, tersinggung, dan langsung mewek ke kantor polisi. Masyarakat dialektis jelas tidak secengeng itu. Mereka sudah di atas argumen faktual lewat common sense-nya yang kuat serta bisa sama-sama dibuktikan.



Sebagai bangsa, kita memang masih terlalu sentimentil. Mengapa? Karena pengetahuan yang diinstall dalam kesadaran kita lebih banyak pengetahuan palsu, yang datang dari buku palsu. Bukan pengetahuan yang berbasis rasional empiris.

Stephen Hawking sudah pernah mengingatkan species manusia soal bahaya pengetahuan PALSU. Ternyata kebodohan masih bisa diperbaiki lewat pendidikan, sementara pengetahuan PALSU adalah penyakit turunan yang hanya bisa dilawan dengan pengetahuan valid.

Jadi, marilah kita membiasakan dialektika atas setiap perbedaan yang muncul. Dari sana akan lahir generasi yang kritis, bukan krisis nalar.

#Itusaja!







One thought on “Kolom Andi Safiah: PENGETAHUAN PALSU

  1. “kita bisa membangun budaya dialektika yang sehat, dimana senjata kita adalah argumen, bukan sekedar sentimen buta.”

    Wow, mantap Pak. Dialektika Karo ‘seh sura-sura tangkel sinanggel’ (tesis-antitesis-syntesis) sudah dimuali sejak 7400 tahun lalu. Juga ‘panta rei’ Karo sudah dipakai lama ‘aras jadi namo, namo jadi aras’.
    Jadi sangatlah masuk akal kalau orangn Karo dan Sorasirulo jadi contoh diskusi dialektis ini. Argumntasi ilmiah dan masuk akal, itulah kuncinya.

    Bagi orang Karo yang masih dilanda cengkraman PC (Political Correctness) akan cepat bisa menghilangkannya dengan diskusi dialektis itu, yang sebenarnya bukan asing lagi., karena sudah mengenal dialektika ribuan tahun. Pengaruh PC pada orang Karo memang sangat mendalam terutama terlihat jelas dalam gerakan KBB. Dengan argumentasi pakai pengetahuan yang semakin luas dan mendalam dan bisa didapatkan gratis lewat intrnet, PC akan berangsur-angsur hilang dari jiwa sebagian orang Karo ini. PC berlindung dibalik kegelapan dan ketertutupan. Keterus terangan dan ilmiah, musuh PC. PC tidak menyukai diskusi dan debat ilmiah.

    Ayo orang Karo jangan turuti kehendak orang-orang PC. PC secara internsional sudah semakin terbelejeti, terutama di jAS, tetapi juga di Eropah dengan berkobarnya gerakan nasionalis atau yang diejek dengan nama ‘populis’.

    Salam
    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.