Kolom Eko Kuntadhi: BEREMPATI SAJA PADA URAT LEHER KORBAN

Pernah nonton film G30S/ PKI ala Orde Baru? Katanya di film itu, para jenderal disiksa sebelum dibunuh. Ada yang disayat. Padahal menurut laporan forensik terhadap jenazah para Jenderal, tidak ada bukti penyiksaan sadis. Yang ada mereka ditembak sebelum dikuburkan di satu lubang.

Hanya saja, waktu dulu belum ada media sosial yang bisa menelisik semua informasi. Akibatnya kita percaya saja pada informasi tunggal dari pemerintah.




Apa reaksi kita? Ribuan orang PKI digelandang tanpa pengadilan. Ratusan ribu lagi mati dibantai. Dan kemarahan kita terhadap PKI tidak juga usai. Kampanye anti PKI digencarkan. Sampai saat ini jika kita bicara PKI yang tergambar adalah kekejamannya akibat doktrin Orba yang dijejalkan terus menerus. Kita disusupi keyakinan bahwa PKI itu mahluk kejam. Padahal, harus diakui, orang-orang komunis juga punya jasa terhadap Kemerdekaan Indonesia.

Dua malam ini, Indonesia dibuat tidak tidur, karena aksi para teroris di Mako Brimob. Mereka menyandera 9 polisi.

Apa yang mereka lakukan terhadap para sandera itu? Lima orang disiksa dengan bengis. Bagian-bagian tubuhnya disayat seperti menyayat tubuh ikan yang mau digoreng. Hampir semua korban mengalami luka serius di bagian leher. Itu menandakan mereka memperlakukan korban seperti kambing, digorok dengan keji.

Ini mirip kebiasaan biadab yang dilakukan ISIS kepada para sanderanya. Ada orang yang rasa kemanusiaan dalam dirinya tidak tersisa sedikitpun. Sehingga bisa melakukan paling biadab yang pernah dilakukan manusia.

Kita pernah menyaksikan video viral kelakuan tersebut. Sebagian kita mual melihat begitu buasnya para algojo mengiris leher manusia. Saya sendiri tidak pernah sanggup menontonnya. Saya selalu membayangkan perasaan korban. Saya pernah menyaksikan sekali tontonan kebiadaban itu via Youtube, akibatnya selama berhari-hari tidak bisa tidur. Saya dibayangi rasa ngeri akut. Saya merasa mual setiap kali mau makan.

Ada sandera perempuan yang dihantam sehingga sebagian giginya rontok. Para tahanan teroris di Mako Brimob seperti ingin mempertontonkan kebiadaban kepada kita. Seperti ingin menunjukan begitulah cara mereka memperlakukan siapa saja yang berbeda.

Atas kejadian Mako Brimob, tidak usahlah bicara soal agama. Tidak perlulah bicara soal politik ndakik-ndakik. Tidak perlu analisa ini itu apalagi sambil nyinyir. Cukup hayati saja perasaan para korban, sesaat menjelang lehernya digorok. Darah mereka telah membasahi bumi ini.

Doa kami untuk mereka yang gugur dan untuk keluarga yang ditinggalkan. Doa kami untuk Indonesia dan masa depan bangsa.

Semoga Tuhan melindungi kita dari kekejian serigala berjubah agama, baik di alam nyata maupun di dunia maya.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.