Kolom Ganggas Yusmoro: APA MEREKA GAK MIKIR, YA?

Ketika seorang Jokowi dijustifikasi dan dituduh tidak pro Islam dan mengkriminalisasi ulama, bahkan dikatakan tidak berpihak pada umat, tentu sebuah hal yang sangat keji. Kita anggap keji di sini karena seperti meracuni anak bangsa. Apa yang terjadi kemudian?

Prestasi, kerja keras, hingga apapun yang dikerjakan presiden tidak dianggap atau dianggap sebuah kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan.




Miris? Jelas sangat miris dan memprihatinkan. Sudut pandang yang membabi buta. Politik identitas jelas merusak akal sehat, merusak sendi-sendi berbangsa dan bernegara. Banyak anak bangsa yang akhirnya jadi korban.

Jika selalu dan selalu muncul Hate Spech, muncul hoax, muncul fitnah keji, bahkan melecehkan kepala negara, siapa yang mestinya bertanggungjawab? Tidak sedikit anak bangsa yang mestinya hidup dengan baik dan mengisi kehidupannya agar lebih produktif, karena terprovokasi, karena terbawa oleh emosi, maka yang terjadi harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Menjadi pesakitan, harus mendekam di penjara dengan tangisan penyesalan.

Kita semua tahu siapa partai yang suka memprovokasi bahwa seakan-akan Jokowi tidak berpihak pada umat. Kita semua tahu siapa politikus-politikus begundal atau bahkan ustadz odong-odong yang selalu mendeskreditkan Jokowi dari aspek agama. Apakah mereka tidak mikir ucapannya telah banyak menelan korban?

Apakah mereka tidak menyadari bahwa “Devide et Impera” dengan dibungkus agama telah merusak nilai-nilai persatuan dan kesatuan? Yang pasti jika Belanda konon kejam, partai oposisi telah memecah belah anak bangsa ini dengan lebih keji dan lebih biadab.

“Sudahlah, Mas, kopinya diminum dulu. Semoga bangsa ini semakin cerdas dan sadar bahwa kita semua sedang dibentur-benturkan oleh para politikus dan ustadz gendeng,” kata Mbak Ngatemi juga agak sengit.

Jujur saya seneng jika dia ini terbawa suasana. Pipinya itu, lho, ikut memerah. hallahhh, puasa-puasa kok nggladrah.




“Sejujurnya saya kasihan sama mereka yang akhirnya dipenjara hanya karena tidak bisa mengelola emosi.”

“Salah mereka sendiri to, Mas.”

“Apa politikus dan ustadz yang suka memprovokasi gak mikir ya, Mbak?”

“Justru sepertinya disengaja, Mas.”

Saya menghela napas pajang,yang pasti tidak kesedak.

HEADER: Foto Mbak Ngatemi lagi ke ladang



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.