Kolom Lyana Lukito: REFLEKSI KILAS BALIK MENJADI RELAWAN JOKOWI

Saat 2 figur (Ahok Jokowi) terpilih menjadi Gubernur dan Wagub DKI Jakarta, saya sudah bersorak kegirangan ibarat lagi nonton film India, lagi dikerubutin penjahat, eh akhirnya sang jagoan datang menghalau. Bak buk bik bek beres, Jakarta cling.. Kemudian, dengan semangat lebih membara membara membela Jokowi saat Pilpres lalu, dari nyinyiran nyusu sama emak lah, kurus kerempeng lah, wong ndeso lah, gak becuslah, gak ada powerlah.

Saya pasti ngotot melotot sampai otot merotot membela Jokowi. Bagi saya, dialah orang pertama tempat kami menggantungkan harapan untuk negara ini.




Kesederhanaan keluarganya yang merakyat membuat hati saya luluh. Sepak terjangnya saat menjadi Walikota Solo dengan sederet penghargaan membuat saya terperangah. Hasil kerjanya di waktu singkat saat beliau menjadi Gubernur DKI membuat saya berdecak kagum. Inilah pria impian saya, untuk Indonesia…. JOKOWI harus menjadi Presiden RI!

Namun, karena tempat saya adalah basis tim lawan Jokowi, dan kami harus mendukung timses untuk memenangkan lawan Jokowi sebagai faktor balas jasa, hati nurani saya berteriakkk nooooo.. gua harus pilih Jokowi.

“Tapi, lu harus ingat, timses lawan mempunyai banyak jasa untuk komplek kita! Paling tidak lawan Jokowi harus menang di tempat kita!”

Suatu hal dilema yang luar biasa. Membalas kebaikan seseorang namun harus mengorbankan hati nurani kita sendiri! Dan, pada akhirnya Jokowi menang 95% di tempatku! Yeayyy …. Saya akan selalu mengikuti kata hatiku, walau dianggap tidak tahu diri membalas budi!

Selama menjabat sebagai Presiden, seluruh dunia sudah dibuat tercengang dengan hasil kerjanya! Dunia mengakui dan menghormati Jokowi! Dengan sederet penghargaan internasional. Entah apa jadinya ekonomi negara kita kalau bukan Jokowi dan aparaturnya yang mengendalikan.

Saat Jokowi menjabat menjadi Presiden, negara di ambang kebangkrutan, di tengah krisis ekonomi global dan hutang Indonesia disertai bunga yang menumpuk. Namun, dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan, roda pembangunan malah terlihat di berbagai sektor terutama infrastruktur.

Banyak jalan tol yang mulus dengan pemandangan yang sexy dari Sabang hingga Merauke. Bandara-bandara mangkrak 10 tahunyang kumuh berubah menjadi Bandara dengan interior mewah yang menakjubkan. Kredit untuk rakyat digelontorkan dan sangat membantu usaha ekonomi kerakyatan, waduk-waduk dan perumahan-perumahan murah dibangun dan di persembahkan hanya untuk rakyat kecil.

BPJS kartu berobat gratis. Sekarang Indonesia sudah memiliki kereta api MRT yang dulu hanya impian. Sekarang Indonesia bisa menepuk dada karena memiliki MRT dan kereta-kereta yang bagus-bagus, canggih dan bersih-bersih. Pembubaran HTI, perjuangan melawan teroris juga patut kita acungi jempol dengan ketegasan Jokowi.

Wah, kalau mau diceritain bisa setahun gak selesai.

Cuma, sekarang satu hal, ada bargain apa di balik SP3? Apakah hukum hanya berlaku bagI si miskin? Maling ayam? Maling singkong? Maling motor? Apakah hukum sedemikian lenturnya untuk keadilan rakyat? Saya masyarakat awam, saya tidak mengerti politik. Saya tahunya, yang bersalah wajib dihukum!!Saksi pelaku sudah mengakui, bukti sudah diangkut! Dan, bahkan sudah dinyatakan DPO (Daftr Penarian Orang).

So?

#2019JOKOWI




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.