Kolom Acha Wahyudi: MENGIMANI TEORI EINSTEIN (Ayo kerja ….. Ayo kerja …..)

Kira-kira sebulan lalu, aku kaget dapat kabar dari pengelola apartemen imut kami, bahwa kami menunggak iuran bulanan selama 5 bulan. Listrik dan air terpaksa dicabut. Buseet deeech! Salah satu apartemen itu sedang kami sewakan. Kami yang ga mau pusing, menitipkan semua proses administrasinya ke salah satu marketing apartemen dengan perjanjian terserah mau dikontrakkan dengan harga berapa. Kami memberinya harga sewa sangat murah.

Yang penting bayar semua IPL dan tagihan.

Setelah setahun berlalu, kami yang emang cenderung cuek, tidak pernah memantau. Sampai datang informasi bahwa ada masalah tunggakan pembayaran dengan pihak pengelola.

Ternyata si marketing tersebut kabuur. Mendidih peranakan gue! Ternyata bukan kami saja yang dirugikan melainkan banyak orang lain. Ya, udah langsung masuk kulkas aja dulu. Adem, deh.




Aku datang ke apartemen itu, membereskan semua tagihan, juga sekalian membawa sapu, pengepel, mesin bor dan lain-lain.

Saat aku buka pintu apartemen, bau tembakau busuk. Bau yang paling aku ga suka menyeruak. Kondisi ruangan seuprit itu kotor badai. Furniture simple yang aku desain dan buat sendiri dengan segenap hati, kini penuh noda bekas rokok. Abu rokok ada di semua laci dan cerukan. Bekas isolasi ada di mana-mana. Di wall paper, furniture dan ceiling, kamar mandi… biuuh! Kotor minta ampyuun!

Demi Thor putra Odin, kapok bangeet nyewain properti kalau begini caranya!!!

Setelah semua bersih, tiba-tiba aku dapat ide. Anak-anakku sudah mulai besar. 3 anakku yang kecil sudah mulai harus belajar melakukan lebih banyak keterampilan dan yang besar harus mulai memasuki ketrampilan sehari-hari tingkat advance. Sejak asisten terakhir pulang tak kembali setelah menjarah isi dompetku beberapa juta rupiah.

Aku sengaja tidak mencari lagi asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan domestik, kecuali Samsudin, yang mengurus kebun dan Mang Samid, penjahit yang telah ikut keluargaku selama 27 tahun dan 7 tahun terakhir ini sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Kami semua menyayangi Mang Samid yang setia dan ga pernah kesel apalagi marah. Sebagaimanapun sulitnya pekerjaan yang aku berikan padanya.

Sebenarnya anak-anakku adalah anak yang ringan tangan. Namun, akulah yang seringkali melakukan kesalahan. Dengan belagu menjadi “Modyar Women” mengambil-alih banyak pekerjaan yang pada dasarnya mereka bisa lakukan. Dengan alasan ga tega melihat mereka kelelahan atau kesulitan. Apalagi saat mereka lebih kecil dulu. Ada minimal 4 orang asisten yang membantu pekerjaan rumah tangga.

Di usiaku yang paruh baya ini, aku merasa perlu sebuah sanctuary, di mana sesekali aku bisa punya waktu “me time”.




Akhirnya, aku putuskan untuk membawa peralatan kerjaku. Laptop dan perlengkapannya. Aku perlu Wifi. Jadi, perlu pasang layanan internet dan TV kabel. Anak-anak pun bisa berenang dan kalau mau menjelajah Jakarta, tinggal naik Transjakarta yang lewat di depan apartemen.

Saat sedang mencoba beberapa hari petualangan hidup baru, tiba-tiba seorang teman di group bertanya.

“Mb Acha koq diem-diem aja nih, ga nawarin cookies lebaran?”

Aku yang moody ini juga memang hampir setahun tidak banyak baking. Akhirnya aku buka PO terbatas. Saat aku umumkan kuota pemesanan Cookies, ternyata teman-teman berebutan pesan. Ada beberapa orang sahabatku yang memang mendapat kuota khusus bisa pesan lebih banyak 45 toples. Gleg…. and, you know what? Sudah dibatasi teteuup ada yang sudah kangen banget sama kue-kue Ollachamade pesan sampai berlusin toples.

“Buat persediaan beberapa bulan,” katanya. Takut “Acha the baker” keburu ga mood… hahahaha.

Kembali ke anak-anak… Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang aku dan Mas Didi rencanakan. Oubrey melakukan tugas-tugas di dapur dengan baik. Khanza yang kamarnya seringkali seperti kapal pecah, mulai terlihat rapi. Himalaya belajar menggosok pakaian, Brev menyapu dan mengepel. Hanya Bima yang sering nongkrong di apartemen berenang sampai kulitnya gosong.

Selain itu, Mas Didi yang selama ini tidak terlalu mengurusi masalah pelajaran anak-anak, kemarin mulai sungguh-sungguh mendampingi anak-anak. Hasilnya, semua anak mengalami kemajuan progresif, kecuali Khanza yang santai ngikutin air mengalir alias cuek bebek. Sempat bolak balik diingatkan gurunya untuk segera mengumpulkan tugas.

Dari semua resolusi ini, kami membuktikan bahwa teori relativitas Einstein itu sampai saat ini memang ga bisa terbantahkan. Sederhananya begini. Kalau mau mendapatkan lompatan-lompatan pencapaian, .kita harus melakukan percepatan dan perubahan.

Nih karena aku murah hati dan sedikit sombong…. haha…. Aku kasih bocoran juga bonus enaknya. Dari hasil baking selama 3 minggu aja, aku bisa beli 3 hengpong premium buatan Tiongkok dengan RAM 4/ 64Gb sebagai hadiah buat Mas Didi, Oubrey dan Khanza yang sudah menunaikan tugasnya dengan keren dan cukup banget beliin tiket Oubrey ke Jepang. Sisanya aku bisa beli beberapa barang hasil screen shopping di market place buat hadiah bagi handai tolan and bisa makan Italian food sampai mabok di Spatula, resto kesukaan krucil berkali-kali.  Hmm… Horang Kaya!!! Hehe

Jadi, tunggu apa lagi? Buat resolusi baru, lakukan percepatan, tingkatkan kapasitas dan kapabilitas. Masa udah dicontohin tiap hari oleh Pak Jokowi dan teamnya selama 4 tahun ini, masih bingung juga…

Ayo Kerja… kerja.. kerja!!!!







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.