Kolom Eko Kuntadhi: DJAROT TEGAK LURUS DI GARIS POLITIK JOKOWI

Sumatera Utara menjadi bagian penting dalam gerak perekonomian di masa Jokowi. Di sana sedang dibangun Pelabuhan Kuala Tanjung, sebuah pelabuhan terbesar di Asia Tenggara, yang berpotensi menjadi saingan Selat Malaka dan Pelabuhan besar di Singapura. Di belakang Pelabuhan Kuala Tanjung, ada ribuan hektar lahan yang disiapkan jadi Portcity, sebuah kota pelabuhan yang bisa memenuhi segala kebutuhan pelabuhan dan diperkirakan menjadi pusat jasa perdagangan terbesar di wilayah Barat Indonesia.

Tentunya Jokowi akan menyelesaikan ini, seperti ia menyelesaikan ribuan proyek besar tanpa mangkrak seperti di Hambalang.




Sumatera Utara terbentuk dari 3 soal (Perkebunan, Perdagangan dan Jasa) sejak masa ratusan tahun silam. Presiden Jokowi memiliki visi yang besar terhadap Sumatera Utara. Pertama-tama, diai menghendaki Medan menjadi kota yang bersih. Lihat saja aspal-aspal di jalan Kota Medan yang banyak hancur dan tipis-tipis, tidak seperti aspal di Jawa Tengah, Jatim dan Bali yang sangat bagus kondisinya.

Kota Medan terlihat sangat kotor, Jokowi meminta bahkan sangat tegas: “Bila tidak ada yang membersihkan Kota Medan, saya sendiri yang turun tangan.” Tidak hanya Medan, seluruh Sumatera Utara harus berubah. Sekali lagi, berubah…!!! Gaya hidup pejabat dan isteri pejabatnya janganlah terlalu bermewah-mewah. Sederhanalah dan pejabat bekerja keras untuk rakyat seperti yang ditunjukkan Jokowi kepada seluruh rakyat.

Jokowi membenahi seluruh infrastruktur agar semua jaringan jalan terkoneksi, biaya logistik menjadi amat murah sehingga barang-barang kita bersaing. Kita saksikan bagaimana Jakarta di bawah Anies dan Sandiaga yang bukan bagian dari garis politik Jokowi mengalami stagnasi pembangunan. Tidak seperti di masa Ahok yang begitu hebat laju pembangunannya.

Jokowi dan Ahok dulu membangun Jakarta dengan cepat, kini kita bisa menyaksikan pembangunan di mana-mana di Jakarta yang dimulai dari Era Jokowi-Ahok dan Djarot, saat mereka memimpin Jakarta. Tapi, kita tahu bagaimana “politik ayat dan mayat” menjadikan Pilkada DKI 2017 tidak lagi didasarkan keterpilihan orang yang mampu mengatur wilayah tapi lebih pada perang urat syaraf dan menjadikan Pilkada DKI bukan sebagai bentuk pendidikan politik (yang didasarkan memilih pemimpin karena kemampuannya), tapi lebih pada kelihaian dalam memeintir situasi politik.

Kini Djarot datang ke Sumatera Utara, membawa cara-cara politik Jokowi dan Ahok, membenahi birokrasi menjadi sebuah mesin profesional yang melayani rakyat, mempermudah urusan-urusan rakyat, menjadikan Sumatera Utara sebagai salah satu Provinsi termaju karena kerja keras, dan kemampuannya membangun lokasi-lokasi strategis dengan cara yang tepat, hidup dalam keberagaman dan saling bersikap jenaka dalam kehidupan.

Djarot membawa pesan-pesan itu, dan ia memang tegak lurus pada Garis Politik Jokowi.

FOTO HEADER: Jalan dari Medan menuju Dataran Tinggi Karo (Karo Gugung) (Foto: Medan Today)







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.