Kolom Eko Kuntadhi: PENJARA TIDAK MEMBELENGGU JIWANYA

Saat menjadi Gubernur DKI, Ahok pernah berjanji akan membangun masjid Mbah Priok di Jakarta Utara. Kawasan yang kerap dipenuhi sengketa itu diselesaikan, difasilitasi, dan diberdayakan. “Saya akan membangun masjid di sini, terpilih atau tidak terpilih lagi. Saya akan tetap membangunnya,” kata Ahok waktu itu.

Dan Ahok memang tidak terpilih melewati Pilkada paling brutal. Badannya dipenjara.




Setahun lebih bermukim di Mako Brimob, janji itu terlunasi. Dalam penjara, Ahok mengupayakan pembangunan masjid Mbah Priok yang dijanjikannya. Sebab baginya, berjanji berbuat kebaikan bukan hanya karena kampanye Pilkada. Kebaikan adalah kebaikan, baik dilakukan sebagai Gubernur atau sebagai warga biasa.

Kebaikan bukan cuma sebagai balas jasa. Kebaikan adalah dorongan dari hati. Bahkan sekalipun engkau disakiti, hal itu tidak cukup menjadi alasan untuk tidak berbuat baik. Saya yakin, Ahok memegang prinsip itu.

Masjid Mbak Priok sudah selesai dibangun.

Ahok dipenjara karena politisasi agama. Para politisi menggunakan sentimen agama untuk memendam seorang Ahok. Mereka memenjarakannya dengan alasan sebuah kalimat yang dilepaskan dari konteks. Semata-mata dilakukan hanya untuk merebut kursi Gubernur. Tapi rupanya segala upaya itu tidak mampu menutup kebaikan seorang Ahok.

Coba dengar komentarnya menanggapi SP3 kasus chat mesum Rizieq. “Puji Tuhan. Alhamdulillah,” ucapnya tulus. Sejak dulu Ahok termasuk ‘membela’ Rizieq dalam kasus itu. “Habib Rizieq tidak bisa ditersangkakan,” katanya.

Kini kita lihat, dari dalam penjara Ahok tetap mewujudkan janjinya. Sebuah bangunan masjid berdiri megah. Mungkin ada juga jemaah di sana yang kemarin hadir di Monas untuk mendesak Ahok dipenjara. Mungkin ada juga yang mengharamkan pendukung Ahok disholatkan jenazahnya. Meski saya yakin, ada juga yang mengetahui ketulusan lelaki ini.

Setiap kali saya mendengar kisah soal Ahok, saya berkali-kali kembali terpukau. Saya adalah orang yang merasa rugi kehilangan seorang pemimpin yang memegang prinsip ‘your words are your bond’. Orang boleh saja menuding saya gak bisa move on. Saya toh, gak peduli. Saya hanya ingin menyampaikan sebuah contoh tentang dedikasi dan keinginan baik.




Bagi saya, kalah menang Pilkada itu sebuah soal. Tetapi mengenang kebaikan adalah hal yang berbeda. Saya yakin Indonesia butuh orang seperti Ahok, untuk menyadarkan kita, bahwa kebaikan dan ketulusan bukanlah barang langka. Dia bisa kita hadirkan, meskipun dalam carut marut politik yang brutal.

Koh Ahok, kami ingin sampaikan, dari semalam Jakarta hujan. Dan Kampung Melayu, banjir lagi. Tidak keliatan pasukan oranye membantu warga, membersihkan got-got yang mampat. Entah ke mana mereka sekarang.

Kalau sudah begini, kami jadi tahu, Jakarta memang butuh seorang Gubernur. Bukan pedagang salep kulit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.