Kolom Eko Kuntadhi: BANYAK PR

Di Jabar, meski Asyik kalah tapi suaranya cukup signifikan juga. Di bebebrapa hitung cepat malah lebih tinggi dari suara Demiz-Demul. Padahal sebelumnya siapa sih yang kenal Sudrajat atau Syaikhu? Dengan perolehan suara sampai 26% saya rasa itu hasil kerja mesin partai yang serius.

Mesin politik PKS memang bekerja di Jabar.

Di Jateng, walaupun Ganjar Pranowo menang, tapi perolehan suara Sudirman Said mencapai 39% juga menandakan hal yang sama. Ada mesin yang bekerja. Saya berharap di Jateng faktor PKB juga signifikan dalam mengkoleksi suara buat Ida Fauziah, pasangan Sudirman Said ini.

Di Sumut, wow, nyatanya meski Gubernur asal PKS sebelumnya dicokok ke penjara, tapi bagi warga Sumut itu biasa saja. Tidak ada yang perlu diubah di sana. Sebagian dininabobokkan oleh slogan agama. Sebagian lain cuma berfikir, sudahlah gak usah diusak-usik hidupku. Biarkan Sumut begini saza. Jangan pula kau coba mengubahnya.




Jadi, gerakan perubahan apapun di Sumut tampaknya akan terbentur tembok tebal. Politisi lebih berani menawarkan diri untuk melanjutkan tradisi yang sudah biasa berjalan. Gak perlu datang dengan semangat perubahan.

Aceh sudah jadi daerah bersyariah. Walaupun penerapan hukumnya lebih banyak konyolnya. Segala hukum cambuklah dipertontonkan. Beralih ke Sumut, PKS kuat kukunya di sana. Selisih suara Djarot yang jauh menandakan mesin kelompok nasionalis kurang bekerja di Sumut.

Lalu di Sumatera Barat, PKS juga sudah bercokol lama. Selain Jabar, Sumbar adalah salah satu wilayah yang paling intoleran. Isu agama begitu dominan dalam wacana politik masyarakat Sumbar.




Selebihnya, Riau juga termasuk wikayah yang paling banyak mensuplai organ garis keras. Baliho soal syariat yang kebablasan –seperti riba lebih berdosa ketimbang berzinah dengan ibu kandung– terdapat di Riau ini. Artinya, di sebagian wilayah Sumatera, kelompok-kelompok politik berkedok agama masih cukup mendominasi. Sementara di Jawa hanya berkurang sedikit tapi auranya masih kuat juga.

Saya cuma ingin bilang, PR-nya Abu Kumkum dan Bambang Kusnadi masih banyak.

“Ayo, kang Kumkum, kita kerja lagi. Jualan minyak telon sama jamu tolak angin.”



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.