Kolom Boen Syafi’i: NYUNGSEPKAH SI BANTENG?

Seorang Kamvret nun jauh di pucuk Sumatra sana berteriak “asyik si banteng nyungsep di Pilkada serentak tahun ini”. Bagi mereka, yang penting si banteng nyungsep, that’s it no only. Ah, opo iyo, tah?

Begitu bencinya mereka kepada PDIP dan ketua umumnya, yakni Ibu Megawati Sukarnoputri.

Bila dilihat secara objektif tanpa kebencian sedikitpun. Diakui ataupun tidak, Megawati adalah salah satu tokoh bangsa saat ini. Pengalaman beliau segudang di kancah perpolitikan nasional. Dan fakta pun berbicara bahwa: “Hanya Ibu Mega dan Gus Dur lah tokoh utama penentang kebiadaban Suharto dengan Orde Barunya kala itu.”




Opo sampean kuat “dikuyo-kuyo” atau diperlakukan semena-mena oleh rezim penguasa selama 32 tahun lamanya? Sampean gak bunuh diri saja sudah bagus, apalagi bertahan sampai berpuluh-puluh tahun lamanya. Itulah yang dimiliki oleh Ibu Mega dan Gus Dur; yakni ketahanan mental serta psikologis. Meski “disiksa” oleh Rezim Suharto puluhan tahun lamanya.

Seekor singa lari tunggang langgang dikejar segerombolan kerbau.

 

Back to laptop. Apakah di Jatim, Si Banteng nyungsep? Faktanya, kedua paslon (baik Bu Khofifah maupun Gus Ipul) pengusung utamanya adalah partai koalisi Si Banteng. Sedangkan Gerindra dan PKS itu cuma tim sorak dan penggembira, alias tim “pupuk bawang”.

Belajar dari pengalaman Pilkada SARA di Jakardah, kini Si Banteng menggunakan strategi pecah ombak”, yakni strategi yang dipakai untuk memecah suara pemilih.




Di Jatim sudah dikunci, siapapun pemenangnya pasti mendukung pemerintahan Pak Jokowi. Gak percoyo?

Faktanya, Bu Khofifah itu mantan team sukses Pak Jokowi, seorang menteri, jabatanya lebih tinggi dari seorang gubernur, berprestasi. Kok yo gelem-geleme alias mau maunya “turun tahta” untuk dicalonkan menjadi seorang gubernur? Inilah sejatinya pengorbanan Bu Khofifah dan Gus Ipul untuk negeri ini, terkhusus di provinsi basis nasionalis agamis Jatim, yakni: “Menjaga Jatim dari pengaruh intoleran, gerombolan PKS dan sekutunya”.

Di Jabar?

Di Jateng? Tidak usah diomong bagaimana militanya warga Jateng dalam mendukung Si Banteng. Bahkan terdapat sebuah adagium bagi warganya, yakni: “Selama darah ini masih merah, selama itu pula kami pendukung PDIP.” Itulah mengapa di dalam Pilkada serentak ini, kemenangan sejatinya milik Pak Jokowi dan barisan partai koalisinya.

Untuk hal ini, sepatutnya kita wajib berterimakasih kepada seorang Ahok yang rela menjadi martir demi keutuhan NKRI. Karena tanpa seorang Ahok, maka kita tidak akan pernah tahu wujud sesungguhnya dari Si Wowo dan juga kelakuan si. “Pengasong Khilafah Semvak”.

Salam Jemblem







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.