Kolom Juara R. Ginting: BANGUNAN DASAR NKRI (Kondisi Sosial Politik di Sumut Pasca Pilkada)

Saat Pilkada Sumut barusan, Paslon tertentu membawanya ke isu agama. Dan, saya menentangnya. Orang-orang mengelompokkan saya sebagai anti agama tertentu. Sekarang, dalam mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kekalahan Paslon lain, ada usulan untuk membentuk provinsi baru, keluar dari Sumut. Spiritnya adalah bahwa suku tertentu yang mayoritas agama lain telah dan akan ditekan terus (sampai-sampai ada yang membuat surat terbuka kepada Presiden Jokowi).

Pasti saya juga akan menentangnya karena pemekaran ini pun spiritnya adalah agama. Dan, orang-orang akan menuduh penentangan saya karena menganggap Karo Bukan Batak.

Seperti biasanya, nanti akan dibuat kesannya seolah-olah saya tidak jelas. Dari dulu saya sangat jelas dalam melangkah di Indonesia Raya tercinta ini. Seperti wawasan Soekarno selama ini, saya memandang bangunan dasar NKRI adalah suku-suku di Nusantara. Karena itu, kekuatan NKRI ada pada suku-sukunya sebagaimana dalam ungkapan-ungkapan seni/ sastra biasa disebut NUSANTARA.

Oleh karena itu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk saya terpenting adalah Nusantaraku dan Sukuku.

Dalam perjalanan sejarah, dari dulu hingga sekarang, keikutsertaan Karo di dalam berbangsa dan bernegara di NKRI ini tidak pernah sebagai bagian Batak. Selalu langsung ke pusat kekuasaan, yaitu Pancasila dan UUD 1945 serta, PINTER BILANG KU DIBATA.

Salam menyongsong Hari Kemerdekaan Negeriku dan salam hormat terhadap NENEK MOYANG SUKU KARO.







One thought on “Kolom Juara R. Ginting: BANGUNAN DASAR NKRI (Kondisi Sosial Politik di Sumut Pasca Pilkada)

  1. “Dalam perjalanan sejarah, dari dulu hingga sekarang, keikutsertaan Karo di dalam berbangsa dan bernegara di NKRI ini tidak pernah sebagai bagian Batak.” (JRG)

    Betul sekali pernyataan ini. Karo sebagai suku atau bangsa (zaman dulu) sudah berumur lebih dari 7000 thun.Terlihat dari hasil penemuan DNA Gayo, Karo, Alas di dataran tinggi Gayo oleh antropolog USU Ketut Wiradnyana 2010-2012. Dari penemuan arkeologi lain, terbukti Batak (Toba) baru berumur sekitar 300 tahun. Bedanya jauh, dan disamping itu ‘Bangsa’ Karo sudah berjuang dan berperang mempertahankan kerajaan Haru selama 4 abad, abad 12-16, lihat disini: Ichwan Azhari: “KARO BUKAN BATAK”,

    https://roemahsedjarahichwanazhari.wordpress.com/2015/06/18/ichwan-azhari-karo-bukan-batak/

    Soal pemekaran daerah termasuk provinsi, pernah sangat kuat sebagai satu wacana di Sumut, seperti propinsi Tapanuli, Mandailing Natal, bahkan sudah ada yang disetujui DPR yaitu propinsi Tapanuli dan propinsi Nias. Tetapi situasi cepat berubah, atau para penggagasnya sudah pada ‘lemas’, atau berubah pikiran. Ada juga wacana Propinsi Karo sendiri, atau propinsi Sumatra Timur melibatkan suku Karo, Melayu dan Simalungun. Wacana pemekaran ini jelas terlihat kultural, karena itu bukanlah sesuatu yang haram, dia punya kekuatan (kultural) sebagai salah satu dari 4 kekuatan penyangga alamiah identitas tiap komunitas kemanusiaan. Kekuatan alamiah lainnya ialah kekuatan dalam famili/rumah-tangga, kekuatan nasional, dan kekuatan dalam agama. Empat kekuatan penyangga alamiah ini adalah kekuatan identitas komunitas kemanusiaan di dunia (Henry Makow PhD).

    Memanfaatkan kekuatan ini dalam kaitannya dengan pemekaran daerah pastilah sangat berpengaruh besar dan bermanfaat, karena bisa menyalurkan potensi luar biasa dan yang alamiah itu atau apa yang sudah biasa disebut dengan ‘kearifan lokal’.

    Persoalan hakiki dalam hal ini ialah KEKUATAN KULTURAL itu, yang ada dalam setiap suku bangsa, salah satu dari 4 kekuatan alamiah yang terdapat dalam tiap komunitas manusia itu, yaitu komunitas kultural, komunitas nasional, komunitas agama dan komunitas famili/rumah tangga. Kekuatan kultural itu ada dalam suku bangsa Karo, juga ada dalam suku bangsa Batak (Toba). Tidak ada suku bangsa ‘Batak-Karo’ yang memiliki kekuatan kultural tersendiri dari segi kultural (cultural identity). Disini ada 2 suku bangsa berlainan kultur, budaya dan bahasanya, juga daerahnya.

    Istilah ‘Batak-Karo’ jelas bisa membingungkan bagi banyak orang.

    Ayo mari semua bikin pencerahan dari segi cultural identity!
    Ikuti jaman, jaman PENCERAHAN, jaman Informasi dan Pengetahuan. Informasi, Pengetahuan dan Pencerahan DARI SEMUA UNTUK SEMUA.

    MUG

Leave a Reply to MUG Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.