Kolom Andi Safiah: RUANG HAMPA DEMOKRASI

Jokowi dikritik bukan karena pribadinya yang plonga-plongo atau asik-asik saja. Melainkan adalah karena dia tidak bisa membuat semua orang bahagia dengan kebijakan dan setiap langkah politiknya yang dicap tidak berpihak pada rasa keadilan sekaligus kemanusiaan.

Kita lupa bahwa soal bahagia ternyata bukan menjadi tugas negara apalagi tugas seorang Jokowi.




Bahagia menjadi tugas individual yang standarnya juga sangat subjektif. Ada yang bahagia dengan menjadi pemulung sampah. Ada yang bahagia dengan menjadi preman parkir. Ada juga yang bahagia jika menulis kritik pada Jokowi. Ada juga yang bahagia saat dikasih sepeda sama Jokowi.

Mereka yang tadinya sangat tidak bahagia saat Jokowi terpilih jadi presiden menjadi sangat bahagia ketika Jokowi memberinya hadiah jabatan. Inilah yang bikin banyak orang Indonesia salto melihat realitas politik yang tampil seolah-olah dan tidak perlu ketika Riziek menjadi juru kampanye Jokowi di tahun politik 2019.

Artinya, tidak ada yang benar-benar permanen dalam aktivitas politik. Mengapa? Karena semua pemain politik butuh perhatian dan dengan segala macam cara mereka mencoba menemukan perhatian itu.

Nah, kampret, cebong, atau variates baru bisa segera salaman untuk meredakan segala jenis sakit mental yang selama ini dipraktekkan karena, ternyata, kalian memang hebat-hebat dalam memeriahkan ruang hampa demokrasi di Indonesia.

#Itusaja!







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.