Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI DIJEBAK SOAL MA’RUF? DIJEBAK NENEK LU!

Lawan Jokowi melempar rumor ganas. Jokowi dijebak agar memilih ulama. Sementara Prabowo kembali menjadi nasionalis. Ini sebetulnya cara berpikir kacau. Ijtima ulama telah merekomendasi Prabowo-Salim Segaf atau Ustad Abdul Somad. Ini fakta yang didoakan. Lalu mengapa gagal?

Prabowo tidak klik dengan Salim Segaf. Selain elektabilitas Salim nol koma, juga tidak punya modal. Lalu apa yang diharapkan dari seorang Salim Segaf? Elektabilitasnyakah? Dia idola milenialkah? Ilmu hukum dan konstitusinya hebatkah? Atau duitnya seabrekkah? Tak ada.

Satu-satunya modal Salim Segar adalah modal tagar ganti presiden. Prabowo jelas menolak Salim Segaf. Lalu dengan UAS? Followersnya di sosmednya banyak. Itu OK. Ilmu agamanya Ok. Kharismanya lumayan. Lalu duitnya? Tidak ada. Lalu siapa yang membiayai kampanye Prabowo-UAS? Konglameratkah? Hasil patungan kah? Nihil. Alasan UAS menolak Cawapres, ya itu tadi. Soal modal. Prabowo tanya UAS, lu punya berapa? UAS tak bisa menjawab.

Fakta sangat jelas bahwa ada pihak di kubu Prabowo yang sangat bernafsu mengorbitkan ulama. Nanti tagarnya, ganti presiden dengan Capres-Cawapres pilihan ulama. Tetapi ini hanya bunyi doang. Bunyi tanpa modal, sama saja tong kosong. Artinya, pada tahap ini, tak ada jebakan yang ditujukan kepada Jokowi.

Jika ada kesimpulan bahwa Jokowi dijebak dengan cara kubu Prabowo seolah-olah akan memilih ulama agar Jokowi juga memilih Cawapresnya ulama adalah cara berpikir mengerikan. Bilang saja, PKS malunya di ubun-ubun. Kesembilan Cawapresnya, tak satu pun dilirik Prabowo. Atau sederhanannya, PKS gagal menunggangi Prabowo kali ini. Paham, kan?

PAN bilang juga, Jokowi dijebak. Apanya? Semua mata melihat bagaimana PAN terombang-ambing di detik-detik pendaftaran di KPU. Bukan rahasia lagi, bagaimana Zulkifi Hasan pontang-panting, terlunta-lunta dikibuli Prabowo. Zulkifi Hasan tak masuk nominasi. Pun ocehan Amin Rais tidak lagi didengarkan Prabowo. Ia sah menjadi politisi comberan menurut Ngabalin. Mimpi Amin Rais seperti Mahatir Muhammad kandas.

Jelas PAN mencoba memframing Ustad Abdul Somad (UAS) sebagai Cawapresnya Prabowo. Tetapi tidak memberikan komitmen berapa banyak duit yang akan dianggarkan untuk mendukung UAS. Ini apaan? Mau sodori UAS, giliran Prabowo tanya duit PAN berapa? Nihil. Ya, jelaslah Prabowo tidak mau. Dulu dengan Hatta Rajasa, ada duit. Itupun masih kurang. Sekarang duit Zulkifi berapa? Tak cukup.

Lalu, PAN bilang, Jokowi dijebak PAN? Dijebak nenek lu. Justru PAN yang ketahuan jelas-jelas terjebak oleh jebakannya. Ya, PAN menderita dijebak oleh dirinya sendiri. PAN bisa semakin tenggelam. Tidak ada figur partai yang bisa kembali mengangkat nama PAN di perhelatan Pilpres. Dulu ada Hatta Rajasa. Sekarang siapa? Nihil.

Bagaimana dengan Demokrat? Penderitaan Demokrat sangat jelas di mata publik. Awalnya Demokrat di atas angin. SBY mampu menikung PKS dan PAN. Dia tertawa. AHY anaknya akan menjadi Cawapresnya Prabowo. Kalau menang, luar biasa. Namun kalau kalah tetap ada dua keuntungan. Apa keuntungan itu?

Pertama, nama Demokrat tetap berkibar karena ada figur AHY di foto yang dipasang KPU. Ingat AHY, ingat Demokrat. Begitu motto Demokrat nantinya. Ke dua, figur AHY bisa semakin menggelegar pada tahun 2024, dimana Jokowi sudah selesai. Nah, ini impian SBY, yang awalnya disebut sang jenderal maestro politik.

Akan tetapi SBY lupa, siapa Prabowo. Dia juga seorang Jenderal. Ia tidak mau di bawah ketiak Rizieq. Makanya ia tidak mendengar Rizieq. Ia memang bertemu dengan Rizieq, tetapi itu ada maunya. Suara pendukung Rizieq, maunya kepada Prabowo. Pun Prabowo tidak mau di bawah ketiak SBY. Makanya Prabowo kode Sandiaga. Mari kita kibuli habis jenderal SBY. Prabowo ingin membalas dendam kepada SBY selama 10 tahun SBY berkuasa. Mantap.

Sandiaga ternyata bernafsu juga menjadi Cawapres. Nafsunya melebihi potensinya. Ternyata menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, luar biasa enaknya. Bisnis lancar. Saham meningkat tajam. Kalau ke luar negeri mengurusi bisnis tinggal kasih kedok, tugas negara. Padahal deal bisnis dengan pengusaha negara lain. Mantap. Wah bagaimana lagi jika menjadi Wapres? Lebih enak lagi, bro.

Sandiaga berhitung, jika dia sukses menjadi wakil presiden, ia bisa seperti JK. Bisnis lancar, saham meningkat dan semuanya OK. Bisa masuk dalam jajaran 10 besar konglamerat. Sandiaga yang jago berhitung, berani mengeluarkan duit Rp. 1 triliun hanya untuk membungkam PKS dan PAN. Sandiaga mungkin telah mempersiapkan duit seabrek untuk biaya kampanye bersama Prabowo.

Dari mana duit Sandi? Bagi seorang pengusaha, mudah baginya mendapat duit. Bisa saja ada sokongan dari konglamerat lain menunggangi Sandiaga. Duit Rp. 2-5 triliun bagi beberapa konglamerat, kecil. Nantinya ketika Sandiaga menang, maka dalam sekejap, modal akan kembali ditambah keuntungan ratusan kali lipat. Begitu kata konglamerat lain yang kong kali kong dengan Sandiaga.

Nah, dengan gagalnya ulama menjadi Cawapres Prabowo, lalu Jokowi dibilang dijebak? Dijebak nenek lu. Dijebak duit Sandiaga. Justru Jokowi berhasil menjebak Prabowo agar tetap maju menjadi Capres. Jokowi rela tidak berkoalisi dengan SBY agar bisa membantu Prabowo maju dan terhindar dari tekanan PKS dan PAN. Dan memang hasilnya Prabowo Capres.

Bagi Jokowi, jejak rekam Prabowo, sudah sangat dipahami oleh Jokowi. Tinggal diungkit HAMnya, maka dia mudah di-KO-kan. Apalagi sakit hati SBY, akan menjadi beban Prabowo. Bisa jadi SBY akan setengah hati sudah mendukung Prabowo. Kalau menang, ok. Kalau kalah juga tak apa-apa. Nanti, bisa bergabung kok dengan koalisi Jokowi pasca Pilpres. Itu aja kok repot.

Lalu, bagaimana dengan Jokowi yang memilih Ma’ruf Amin? Ada banyak keuntungan Jokowi memilih Ma’aruf. Keuntungan utama adalah, Ma’ruf bisa menghadang isu-isu agama. Lalu, apakah nantinya Jokowi akan dikendalikan oleh seorang Ma’ruf? Oh, tidak bisa.

Sekaliber JK aja tidak berkutik dengan Jokowi. Apalagi dengan seorang Ma’ruf Amin. Bagi pendukung Jokowi, tidak penting siapa wakil Jokowi. Yang penting adalah Jokowi itu sendiri. Siapapun Cawapresnya, Jokowi tetap Presiden. Jadi, Jokowi dijebak? Tidak. Faktanya, dia sukses menjadi Capres.

Jokowi sukses membuat malu jenderal SBY. Jokowi sukses membuat jenderal Prabowo menjadi jenderal kardus. Jokowi sukses membuat Muhaimin tak berkutik. Jokowi sukses mengunci Golkar agar tak bisa berkhianat. Jokowi sukses membuat ulama berada di pihaknya. Jadi Jokowi dijebak? Dijebak nenek lu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.