Kolom Boen Syafi’i: GANDENG TERORIS GENDENG

Abu Jibril seorang pentolan teroris yang ingin mendirikan Khilafah Daulah Islamiyah (ISIS detected) di Bumi NUsantara, rupa-rupanya ikut berada di gerbong Prabowo. Klop sudah. Selain Capresnya adalah jendral pecatan dan pernah terlibat upaya penculikan 98, kini si bapaknya teroris Abu Jibril pun menjadi satu kesatuan di gerbong yang sama untuk mengalahkan Jokowi.

Abu Jibril yang mempunyai nama asli Fihiruddin Muqti mengeyam ilmu agamanya di Ponpes Wahabi Ngruki, Solo. Di Ponpes yang sama Amrozi cs pernah berguru. Anak Abu Jibril sendiri tewas ketika ikut gerombolan teroris Al Qaeda sewaktu memberontak pemerintah resmi Pakistan.

Mungkin inilah yang menjadi alasan utama, kenapa Kyai Ma’ruf Amin bersedia untuk menjadi Cawapres dari Pak Jokowi. Karena kaum radikal sedang dibonceng oleh Prabowo untuk menguasai negeri ini. Kyai Ma’ruf itu warga NU, Kyainya NU dan prinsip dari NU adalah NKRI harga mati. Terpanggilah jiwa nasionalisme beliau untuk mempertahankan bangsa kita tercinta Indonesia.

Mungkin ada yang beranggapan bahwa Prabowo itu seorang nasionalis sejati? Silahkan dan itu merupakan hak mereka untuk berpendapat. Tetapi, yang perlu digarisbawahi, nasionalis sejati tidak mungkin menggandeng gerombolan yang sangat berpotensi besar merubah idiologis bangsanya.

Kalau presidenya Jokowi, jelas yang menjadi wakilnya adalah Ulama NU yang sudah teruji dalam mempertahankan NKRI yang berbhineka tunggal ika. Sedangkan, bila presidenya Prabowo, apakah kita mau anak-anak kita yang sedang karnaval Agustusan disuruh bercadar semua dan yang laki-lakinya disuruh latihan angkat senjata seperti generasi ISIS di Syuriah sana?

Tapi itu pun jika Agustusan masih dirayakan. Lha, wong hormat kepada Sang Saka Merah Putih saja mereka anggap perbuatan haram dan najis tralala. Ini sejatinya bukan masalah dukung mendukung Jokowi. Karena yang kita dukung dan pertahankan bukan Jokowinya, melainkan lebih luas lagi cakupannya, yakni Indonesia Raya.

“Pokok’e aku gak setuju kalau Indonesia ini diwajibkan bercadar, bune.”

“Lho memang kenapa, pakne?”

“Dengan pake cadar, bisa-bisa si Paidi mantanmu itu menyusup ke kamarmu.”

“Ahh, pakne, tresnaku, mung kanggo kowe kok ora ono liyane. Lagian si Paidi itu sekarang mirip si Ade Juwita, lho.”

“Weladalah, pantesan sekarang nama si Paidi berubah jadi Sari, yo, bune.”

“Ho’oh”.

Salam Jemblem..

2 thoughts on “Kolom Boen Syafi’i: GANDENG TERORIS GENDENG

  1. “Tetapi, yang perlu digarisbawahi, nasionalis sejati tidak mungkin menggandeng gerombolan yang sangat berpotensi besar merubah idiologis bangsanya.”

    Menggandeng gerombolan yang berpotensi merubah ideologi bangsa memang sangat berbahaya. Kita punya pengalaman dari mertuanya yang menggandeng kekuatan luar, neolib, CIA dsb pada tahun 1965 yang akhirnya bagaimana, sudah kita ketahui semua. Kekuatan luar ini termasuk terorisme (terrorism made in USA – dan war on terrorism is a fabrication, a big lie – prof Chossudovsky) sengaja digandengkan dengan kekuatan intern dalam negeri untuk menghancurkan kekuatan nasionalis dalam negeri dan memindahkan kekuasaan secara berangsur-angsur ketangan neolib NWO seperti 1965. Karena itu harus dievaluasi kekuatan luar ini dan sejak dini ditelanjangi seperti dalam artikel ini.

    Mari semua anak bangsa beramai-ramai mengeluarkan pendapat dan menelanjangi semua kegiatan luar ini. Bagi yang belum punya pengetahuan soal ini, berkorbanlah sedikit dan baca informasi dan pengetahuan soal ini. Semua sudah tersedia di internet. Lihatlah terorisme semakin meredup karena semakin ditelanjangi. Tak ada lagi tempatnya bersembunyi. Belakangan hanya bisa pakai narkoba untuk brainwashing seseorang untuk menggilas dengan truck besar ditengah kerumunan massa. Ini semua dalam rangka menakut-nakuti rakyat dan mengacau pemerintahan yang ada termasuk sebagai bagian dari kegiatan system konflik internasional itu, melapangkan jalan bagi tujuan utama NWO.

    Alat narkoba ini terlihat jelas di teror Niece dan juga di Stockholm, Jerman, dan dimana saja sebenarnya ramuan narkoba adalah alat brainwashing paling mantap dan dengan biaya rendah. Brainwashing dengan bantuan psikologi sangat tinggi biayanya, butuh waktu dan duit banyak, seperti teror Surbaya tempo hari. Sebaliknya dengan narkoba sangat murah dan paling gampang, apalagi kalau orangnya sudah lama jadi pengidap narkoba, tinggal belikan sebungkus obat + truck besar + beberapa alat kamuflase seperti sepucuk atau beberapa senapan, granat, kartu SIM untuk mempermudah cari nama pelaku artinya jangan cari yang lain atau siapa yang berada dibelakang tindakan ini, atau dibelakang terorisme itu sendiri. Lihai, lihai . . . licik. Publik dan Pemerintah dibikin kayak anak-anak saja.

    Ayo semua generasi muda, kerja bikin jasa! Bikin jasa untuk masa depan kemanusiaan, menyelamatkan kemanusiaan pokoknya.
    Baca dan telanjangi!
    MUG

  2. “Lagian si Paidi itu sekarang mirip si Ade Juwita, lho.”

    artikel ini menunjukkan bagaimana LGBT merusak satu pilar kekuatan dalam kesatun sosial: kekuatan basis sebuah famili/keluarga.

    Apakah perkawinan ini dan juga homo tidak mengganggu kenormalan pemikiran anda? Ha ha . . . memang itu maksudnya. Kacau, pecah belah, kuasai. Unsur utama dalam system konflik internasional NWO.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.