Kolom Asaaro Lahagu: GAGAL PAHAM, INDONESIA U-23 VS PALESTINA

Jangan tanya keriuhan supporter Indonesia jika menonton bola. Suaranya menggelegar membakar bumi. Mendayu-ndayu, bergemuruh dan tak kenal lelah bersorak mendukung Timnas Indonesia. Untuk ukuran Asian Games, tentu saja sorakan dan dukungan supporter Indonesia lebih garang. Akan tetapi, apa yang terjadi saat Indonesia melawan Palestina?

Hanya satu jawabannya: Gagal paham atau lebih tepat mungkin mabuk agama.

Istilah gagal paham ini sangat tepat untuk menggambarkan suasana di Stadion Patriot Candrabhaga [Rabu 15/8], ketika Timnas Indonesia U-23 berlaga melawan U-23 Palestina di Asian Games 2018. Mengapa?

Pada pertandingan Indonesia vs Palestina itu, supporter Indonesia tidak seperti biasanya. Tidak ada kegalakan, tidak ada gemuruh, tidak ada sorak-sorai membahana. Padahal, itu adalah pertandingan Asian Games, satu level di bawah olimpiade dunia.

Pada pertandingan antara Indonesia vs Palestina itu, supporter Indonesia terlihat ramah dan santun. Seakan-akan supporter Indonesia mempersilahkan Palestina untuk menggolkan dan merobek gawang Indonesia. Bro Palestina, silahkan golkan. Kita adalah bersaudara.

Malam itu, gagal paham benar-benar menggerogoti para supporter Indonesia. Tidak ada sorakan garang yang diperlihatkan supporter Indonesia saat itu. Tidak aksi membahana untuk menjatuhkan mental lawan. Terlihat supporter Indonesia sangat sopan terhadap tim Palestina.

Pertanyaannya adalah, mengapa kegarangan supporter Indonesia tiba-tiba hilang saat menghadapi Palestina? Ternyata alasannya tak bisa masuk di nalar. Supporter Indonesia tidak mampu membedakan hubungan emosional antara Indonesia dengan Palestiana.

Di tataran hubungan internasional, memang Indonesia sangat mendukung Palestina untuk merdeka dari cengkeraman Israel. Indonesia termasuk negara yang sangat getol membela Palestina. Bagi Indonesia, Palestian adalah saudara dalam iman alias agama.

Hubungan emosional ini terbawa-bawa dalam pertandingan bola. Ketika ada pertandingan bola antara Indonesia vs Palestina, supporter Indonesia terbelah atau lebih tepatnya rancu. Kerancuan itu bisa dilihat ketika lagu kebangsaan Palestina berkumandang, para supporter Indonesia tidak memberikan sorakan.

Padahal sebagai tuan rumah, Indonesia layak memberikan sorakan kepada bangsa lain saat lagu kebangsaannya dinyannyikan. Sikap ini seharusnya ditunjukkan kepada negara manapun. Tetapi saking mabuknya, saking rancunya, saking gagal pahamnya, sorakan atau apresiasi itu tidak diberikan sama sekali.

Gagal pahamnya supporter Indonesia yang mencampur soal agama, soal bela Palestina ketimbang membela timnas Indonesia, terlihat jelas suporter Indonesia justru mendukung Palestina secara terang-terangan manakala Palestina mencetak gol pertama ke gawang Timnas U-23.

Ketika Oday Dabbagh menggetarkan jala gawang Andritany Ardhiyasa usai memanfaatkan bola rebound hasil tendangan penalti pada menit ke-17, sejumlah penonton Indonesia, justru bertepuk tangan mendukung Palestina. Apa yang sebenarnya terjadi dengan supporter Indonesia? Ini ajang Asian Games, bro. Ini bukan main-main.

Presiden Jokowi menargetkan Indonesia masuk 10 besar di Asian Games kali ini. Namun, jika mental supporter dihinggapi gagal paham, raihan 10h besar itu mulai digerogoti. Itu bisa terlihat ketika penonton atau supporter Indonesia justru membela Palestina. Kejadian ini memang benar-benar membuat nalar teraduk-aduk.

Seharusnya, dan ini sesuai dengan semangat patriotisme, ketika gawang Timnas U23 Indonesia dibobol oleh Palestina, supporter Indonesia tidak bersorak dan bertepuk tangan. Tetapi yang terjadi adalah penonton yang memakai jersi Merah-Putih malah bersorak kegirangan.

Pertanyaan besar menumpuk di batok. Bukankah seharusnya para supporter Indonesia lebih garang dan bersorak memberikan dukungan kepada skuat ‘Garuda Muda’ ketika sudah tertinggal? Jelas semangat berjuang bagi timnas Indonesia yang berada di lapangan saat itu kendor ketika supporternya sendiri justru bersorak memberikan dukungan kepada lawan.

Dukungan kepada Palestina berhadapan dengan Israel sah-sah saja. Namun enggan mengalahkan Palestina dan memperlihatkan sikap sopan, santun dan menginginkan Palestina mengalahkan Indonesia dalam urusan olah raga, adalah sikap aneh dan gagal paham. Lawan memang layak dihormati. Namun, bukan untuk didukung.

Ketika berada di lapangan, saat berlaga 2 x 45 menit, tugas supporter Idnoensia adalah memberikan dukungan all out kepada Timnas Indonesia. Supporter Indonesia harus berteriak garang, lantang, riuh dan bergermuruh serta bertepuktangan untuk tim nasional.

Timnas Indonesia harus didukung penuh di lapangan. Mereka adalah wakil Indonesia. Mereka sedang bertarung membela Indonesia, membela Garuda. Pada baju seragam mereka ada lambang Garuda, pertanda mereka adalah wakil Indonesia.

Di lapangan tidak ada yang namanya solidaritas. Tidak aksi bela Palestina. Tidak ada dukungan kepada lawan. Yang ada adalah semangat patriotisme yang menyala-nyala. Ketika duduk di bangku penonton, maka wajib hukumnya mendukung Timnas Indonesia. Tentu secara sportif.

Sedapat mungkin supporter harus mengintimidasi lawan, memberikan situasi kurang nyaman saat bertanding. Kita sebagai tuan rumah, harus memanfaatkan situasi itu dan bukan justru santun kepada lawan. Itu yang benar.

Dalam sepak bola, bola adalah bola. Lawan adalah lawan. Seluruh kekuatan harus dikerahkan untuk mengalahkan lawan. Dalam urusan sepak bola, tidak ada yang namanya urusan agama, urusan kawan atau urusan sopan santun. Semuanya harus bisa dibedakan.

Silahkan saja bela Palestina soal urusan agama, urusan simpati. Tetapi soal bola, anda sebagai warga negara Indonesia harus membela Timnas Indonesia. Jangan campur baur antara keduanya dalam urusan bola.

Kekalahan Indonesia atas Palestina dengan skor 1-2 bisa dimaklumi jika seluruh supporter telah mati-matian mendukung Timnas Indonesia. Namun, ketika supporter justru terbelah, rasanya ada keanehan pada kekalahan itu, yakni gagal paham.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.