Kolom Seriulina Karosekali: RIBUTMU TAK SEBANDING DENGAN DIAM KAMI

Hari ini, semua rakyat Indonesia merayakan Kemerdekaan Republik Indonesia. Upacara serta mengadakan berbagai perlombaan olahraga, seni dan pertunjukan lain sebagainya. Ada juga merayakan kebahagiaannya hanya berkumpul dengan keluarga makan bersama, manggang-manggang atau kerennya barbeque. Tidak ketinggalan juga anak-anak sekolah di desa kami juga menikmati dan merayakan Kemerdekaan Indonesia ini.

Sampai mereka lupa kalau mereka belum benar-benar MERDEKA. Kenapa saya katakan belum benar-benar merdeka?

Sebagai dusun Suku Karo yang jaraknya tidak jauh dari Kota Medan, ibu kotanya Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang), mungkin banyak orang tidak menyangka dan mungkin tidak percaya dusun ini masih sulit dicapai dengan kenderaan roda empat.

Anak-anak kami ke sekolah masih harus jalan kaki sejauh kurang lebih 10 km, pergi pulang setiap hari. Jalannya bukannya datar seperti di daerah perkebunan sawit, tapi yang dilewati bukit-bukit terjal. Turunan tajam dengan jurang menganga di kanan kirinya.

Belum lagi kalau musim hujan, pergi pukul 05.30. di tengah perjalanan hujan turun dan jalanan menjadi licin dan becek. Bersaung payung juga percuma karena pakaian akan tetap basah kuyup. Rerumputan jalan jalan akan membasahi pakaian mereka. Bayangkan ….. bayangkan …… Letaknya tidak jauh dari Kota Medan.

Walaupun anak-anak tetap semangat dan ceria pergi ke sekolahnya, bisa anda bayangkan bagaimana belajar dengan konsentrasi penuh kalau sebelum waktu belajar dimulai sudah harus berjalan selama 90 menit melewati tanjakan dan turunan tajam. Di saat keringat masih bercucuran, mereka harus mulai belajar. Miris, bukan?

Dari waktu ke waktu, masa ke masa, ada saja janji Pemerintah Kabupaten Deliserdang untuk segera membangun infrastruktur. Tapi, sampai saat ini, belum terrealisasikan. Walaupun saat ini ada usaha pembangunan jalan yang baru saja dimulai, tapi bukan sarana jalan yang dilewati anak-anak pergi ke sekolah. Melainkan jalan lain yang menuju ke kecamatan. Yah, itu juga masih ditunggu hasilnya. Apakah jalan ini kelak dibangun sampai ke dusun kami, itu juga saya belum yakin kalau belum selesai pengerjaannya. Seperti waktu-waktu yang lalu, beberapa kali dibangun ala kadarnya.

Namun begitu, tetap saja kami harus memikul hasil pertanian kalau mau jual kepada pembeli. Paling hebat dibawa dengan kendaraan roda dua. Kalau yang dibawa adalah telur ayam, sampai di tujuan telurnya sudah habis pecah semua. Bagaimana tidak, kita saja yang naik di boncengan akan pegal-pegal kalau tidak keseleo. Anda pasti tahulah kenapa berkali-kali warga memohon untuk dibangunkan jalan, bahkan lahan pertanian sudah dikorbankan untuk dijadikan jalan.

Kami tidak butuh beras Bulog, kami tidak minta bantuan uang tunai, kami hanya butuh jalan diperbaiki sehingga kami dengan sendirinya akan memenuhi semua kebutuhan kami; baik makan, biaya sekolah anak-anak kami. Kami tidak suka dikit-dikit demo, walau semua harga pada naik. Kami tidak ada niat untuk protes dengan berdemo, karena kami yakin pemerintah punya pertimbangan yang bijaksana. Namun, apa lagi yang bisa kami perbuat agar di Kemerdekaan RI yang ke-73 ini, pemerintah sudi melirik kami dan memikirkan keadaan pendidikan anak-anak kami kelak.

Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia.#camatsibolangit,#bupatideliserdang,#gubernursumut,,#menteriPUPR,#presidenindonesia,#Jokowi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.