Kolom Ganggas Yusmoro: “MEN-JOKOWI-KAN” ORANG TERSESAT ADA KEBAHAGIAAN TERSENDIRI

Tahun 2011 awal mula dolanan Media Sosial saya tidak kepikiran akan berbicara soal politik. Namun, ketika menjelang Pilpres 2014, ketika nama seorang Jokowi secara masif difitnah secara keji (dikatakan PKI, dikatakan keturunan China, dikatakan tidak Islami), timbul keinginan untuk bersuara membela orang-orang yang track recordnya sudah jelas baik seperti halnya Pak Jokowi.

Akun Fb yang biasa untuk sekedar bercanda perlahan-lahan bersuara tentang negeri ini, tentang Pancasila, tentang keBbhinekaan.

Ketika pasca Pilpres 2014 yang dimenangkan oleh Jokowi, yang saya pikir justifikasi negatif tentang Jokowi selesai, lho, kok malah ndodro alias makin keji? Tentu ini juga sebuah hal yang serius terhadap nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Saya akhirnya mengamati mereka yang tersesat tersebut di alam nyata. Lalu saya mengambil kesimpulan, ada 2 poin terkait orang-orang tersesat pendukung Prabowo: .

1. Pembenci Jokowi Karena Rasional
Kenapa saya mengatakan rasional? Mereka menilai Jokowi karena fisik, karena keraguan terhadap sosok lahiriah seorang Jokowi. Di kemudian hari, bersama berjalannya waktu, orang-orang yang tersesat karena hal ini akan berubah haluan mendukung Jokowi setelah melihat fakta prestasi Pak Jokowi. Bahkan yang saya perhatikan mereka-mereka ini menjadi pendukung garis keras Jokowi.

2. Pembenci Jokowi karena Stigma Agama.
Biasanya orang-orang ini sudah dicuci otaknya. Biasanya juga mereka adalah para jenggoters dan cingkrangers. Jika yang menjustifikasi Jokowi karena agama, mereka yang di luar komunitas cingkrangers, akan gampang diberi pengertian arti nilai kebangsaan dan keutuhan NKRI.

Sebagai seorang yang bergerak dalam usaha jasa dan jual beli, setiap hari tentu akan menjumpai banyak orang manusia dari berbagai golongan dan karakter. Saya berkeyakinan 90% laki-laki akan suka berbicara politik. Itupun setelah disodori kopi sebagai bonus sambil tawar menawar harga.

Dalam proses panjang, setelah beberapa kali pertemuan karena memang saya sempatkan berkunjung ke tempat relasi, pembenci Jokowi yang rasioanal biasanya tidak harus otot-ototan untuk kembali ke jalan yang benar. Cukup dengan pendekatan pribadi. Cukup dengan perhatian secara kekeluargaan. Bahkan seringkali harus rela membawa makanan dan memberi uang jajan untuk anak-anaknya.

Jika menJokowikan relasi atau temen yang di luar kaum cingkrangers, itu juga relatif sulit namun juga reatif mudah. Harus sedikit ada adu argumen. Harus debat kusir dulu. Namun, ketika digarisbawahi bahwa agama adalah mengajarkan soal akhlak, mengajarkan budi pekerti, mengajarkan nilai kemanusiaan, mengajarkan perilaku dan seorang Jokowi mempunyai nilai lebih dibanding Prabowo, biasanya mereka akan mempertimbangkan.

Pertanyaan adalah, kenapa saya melakukan ini semua?

Sebuah panggilan hati. Sebuah kesadaran bahwa Indonesia jangan lagi ada di genggaman orang-orang yang salah. Apalagi ketika Partai PKS, Gerindra, PAN dan PBB begitu jelas membela HTI yang ingin merongrong Pancasila. Saya yang hanya rakyat biasa merasa semakin semangat berjuang sendiri sebagai sumbangsih untuk bangsa dan negara agar paham Khilafah Sontoloyo jangan beranakpinak. Itu jika partai-partai yang tersebut di atas tidak berkuasa.

Fakta membuktikan, 4 tahun di tangan Jokowi Indonesia semakin baik. Fakta membuktikan, kepribadian dan keteladanan seorang Jokowi juga lebih baik ketimbang Prabowo.

Men – Jokowi -kan orang yang tersesat merupakan kebahagiaan. Dan itu sudah kulakukan.

Asyik dan penuh tantangan…

#TetapJokowi
#DirgahayuIndonesiaku

CATATAN REDAKSI: Artikel ini tadi sempat tautannya terkirim sebagai Kolom Boen Syafi’i yang seharusnya Kolom Ganggas Yusmoro. Kami minta maaf atas kesalahan ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.