Kolom Boen Syafi’i: NASIB INTOLERAN DI PERIODE KE 2

Banyak yang kecewa kenapa di Jaman Jokowi intoleransi ternyata kok masih ada. Apakah pemerintahan saat ini kurang tegas, hingga membiarkan umat radikal intoleran melakukan aksinya? Bila pertanyaan ini di balik, apakah di jaman presiden sebelumnya intoleransi itu nihil alias tidak ada sama sekali? Tidak juga bukan?

Sejatinya, banyaknya sikap intoleran akhir-akhir ini adalah wujud perlawanan mereka terhadap Pemerintahan Jokowi yang telah “membantai” HTI sebagai simbol utama gerakan mereka.

Mereka sengaja melakukan show of power agar terlihat masih eksis dan masih ada. Termasuk pada kasus pawai anak TK yang mirip gerombolan Al Khanza ISIS di Probolinggo, kasus Ahok dan kasus toa Masjid Ibu Meiliana.

Kenapa mereka masih juga show of power kalau sudah “dibantai” presiden Jokowi? Tentu inilah efek pembiaran gerakan intoleran selama berpuluh-puluh tahun lamanya, oleh pemerintah sebelumnya. Dampaknya bukan hanya rakyat jelata yang terpapar virus intoleran, namun para birokrat penyelenggara negara juga banyak yang terjangkiti virus ini. Ditambah lagi pada pemerintahan sebelumnya Ormas PBNU kurang dilibatkan untuk menjaga idiologis Pancasila yang berbhineka tunggal ika, seperti halnya pemerintahan Jokowi saat ini.

Jadi, jangan heran bila ada birokrat negara yang sikapnya intoleran dan justru mendukung gerakan syariat khilafah di NKRI tercinta. Untuk saat ini jangan berharap jika gerakan intoleran akan “dihabisi” oleh Pak Jokowi di periode pertamanya, karena fokus beliau adalah membangun peradaban bangsa dengan segala infrastrukturnya.

Tetapi, lain cerita jika pak Jokowi dan Kyai Ma’ruf Amin (PBNU) terpilih kembali, maka siap-siap saja kita disuguhkan “pembantaian” intoleransi sampai ke akar-akarnya di negeri tercinta Indonesia. Bagi kaum intoleran dan para begundal negara, Pilpres 2019 ini adalah penentuan hidup mati mereka di Bumi NUsantara.

Sumonggo bila ada yang masih meragukan Pak Jokowi akan membabat habis kaum intoleran di periode ke duanya. Waktulah yang akan berbicara, apakah omongan saya hanya sekedar bulshit atau akan menjadi nyata. Ibarat singa yang akan memburu mangsanya, pasti penuh perhitungan matang untuk menerkam buruannya. Itulah yang dilakukan Jokowi saat ini.

“Lho, kalau Pak Jokowi berhasil menerkam mangsanya, apa yang akan terjadi, pakne?”




“Bila berhasil menerkam, maka yang berada di Saudi akan banting stir dengan berjualan fifis unta, bune.”

“Weladalah, pasti pelanggan utamanya si Bahtiar Natsir, yo, pakne.”

“Ho’oh …”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.