Kolom Acha Wahyudi: INDONESIA BECOMES INDONISTAN?

Dua malam yang lalu, menjelang pulang dari Kawasan Asian Games GBK, kami sempat melewati beberapa anjungan bank dan provider telekomunikasi. Pucuk dicinta ulam tiba, kebetulan lewat anjungan T*lkomsel. Jadi, mas Didi sekalian bisa urus TCa*h nya yang hilang. Aku dan anak-anak duduk di sofa yang disediakan, menghadap ke arah pintu dimana ada 2 orang SPG cantik berdiri. Tiba-tiba, tampak olehku seorang bapak-bapak berjenggot beserta seorang wanita berbaju dan berkerudung syar’i berwarna hitam yang mungkin saja istrinya. Mereka menyebrang dari anjungan yang ada di seberang anjungan T*lkomsel, aku pikir mereka akan masuk ke anjungan ini.

Akan tetapi, ternyata dia hanya menanyakan sesuatu kepada para SPG yang berdiri di pintu. Aku dengar apa yang ditanyakan bapak itu.

“Kalian jam segini masih kerja aja? Sudah sholat belum?!” dengan nada bertanya yang sengak. Kemudian pasangan tersebut berlalu.

Seketika aku berdiri dan bertanya kepada mba-mba SPG: “Mba kenal bapak dan ibu tadi?”

Salah satu mba cantik yang kelihatan seperti keturunan Tionghoa berkulit putih dengan mata bulan sabit menjawab: “Engga kenal tuh, bu. Engga tahu juga kenapa orang itu nanya-nanya begitu!”

Aku menangkap raut wajah kesal di wajah cantik itu.

“Oalah, saya pikir manager T*lkomsel atau memang orang yang mba kenal. Wah, kalau tadi saya tahu itu bukan orang yang mba kenal, maka akan saya bilang: Memang kamu pikir negara ini Pakistan atau Afganistan? Seenak-enaknya aja nyuruh-nyuruh orang sholat, dan belum tentu juga kan mba-mba ini beragama Islam. Walaupun kebetulan orang Islam juga atas urusan apa kamu ngurusin sholat atau tidaknya orang lain. Apalagi kalau engga kenal sama sekali!”

Aku bilang lagi kepada kedua mba itu: “Lain kali kalau ada yang nanya-nanya seperti itu kepada mba, bilang aja, coba deh urusin aja jenggot dan istri-istri bapak sendiri! Ga usah urusin urusan orang lain! Tahu ga pak kalau di beberapa negara maju pertanyaan seperti itu adalah pelanggaran Human Right! Eeeh… tapi… jangan deh mba… kecuali pas mba ga sedang mewakili suatu institusi… hehe,” kataku sambil pamit kepada kedua mba tersebut bersamaan dengan sudah kelarnya urusan mas Didi.

Mas Didi yang ga ngerti atas apa yang telah terjadi bertanya: “Ada apa sih, Tik?”

“Itu loh…. Indonesia becomes Indonistan. Masa ada orang mempertanyakan hal private kepada orang lain yang dia ga kenal…persis seperti orang yang mengintimidasi terselebung atau terang-terangan perempuan yang tidak berhijab, atau yang hijabnya dinilai belum syar’i, seperti juga yang dilakukan oleh banyak guru sekolah negeri dan swasta kepada anak-anak muridnya dan kemudian anak-anak tersebut menjadi malu bila ibunya juga tidak berhijab. Koq ada ya manusia yang suka kebablasan seperti itu?” Jawabku sambil mataku jelalatan kalau-kalau masih bisa menemukan kedua orang tersebut di kerumunan pengunjung yang ramai itu.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.