Kolom Eko Kuntadhi: EMAK-EMAK BONEKA, MENGANCAM MASA DEPAN ANAKMU

UU kita mengatur dengan baik bagaimana petahana yang maju lagi sebagai Capres. Tidak ada aturan Presiden mundur jika maju sebagai Capres pada Pemilu berikutnya. Sistem politik Indonesia adalah presidensial, dimana posisi presiden sangat sentral. Presiden sebagai kepala pemerintahan juga sebagai kepala negara. Dalam sistem politik presidensial mundurnya seorang Presiden pasti akan membawa kekacauan. Mungkin juga chaos.

Tapi kenapa emak-emak berotak cingkrang ini berdemo meminta Presiden mundur karena sudah jadi Capres?

Sebab mereka tahu, itulah salah satu cara menghancurkan Indonesia. Tuntutan emak-emak yang isi kepalanya dimakan tikus ini sama seperti gerakan Neno-Mardani. Di belakangnya ada HTI. Tujuan HTI dan gerombolannya memang ingin agar negeri ini kacau. Caranya dengan merusak UU-nya. Menghancurkan aturannya. Ujung-ujungnya, ubah sistemnya menjadi khilafah.

UUD dan aturan hukum kita tidak ada sama sekali logika Presiden harus mundur saat jadi Capres. Jika itu dilakukan yang terjadi adalah kekosongan kekuasaan dan melahirkan kekacauan.

Nah, dari kekacauan itulah mereka berharap bisa berkuasa. Sebab, jika demokrasi dijalankan sesuai aturan, mana mungkin Rakyat Indonesia yang cerdas memilih curut khilafah. Mana mungkin Indonesia yang plural ini memberi tempat pada kaum rasis yang merasa benar sendiri.

Tuntutan emak-emak ini jangan dianggap enteng. Kita boleh melecehkannya sebagai aneh dan ngawur. Tapi justru untuk itulah mereka diumpankan. Yang mwngumpankan mungkin tahu, bahwa tidak ada aturan sama sekali seorang Presiden harus mundur saat maju sebagai Capres.

Sebab tidak mungkin kekuasaan kosong. Itu mengundang hewan pemangsa dari seluruh dunia untuk masuk dan memgacau.

Demo emak-emak itu tujuannya agar kita makin terbiasa mempertanyakan konsensus dan hukum. Ujungnya rakyat kehilangan kepercayaan pada hukum. Dengan begitu kekacauan mudah disulut.

Mereka hanyalah umpan untuk sebuah kekacauan. Orang di belakangnya ingin menciptakan suasana kekacauan konstitusi.

Menurut saya bukan gerakan asal-asalan. Gerakan ini disetting sedemikian rupa. Targetnya bukan hanya Pilpres kali ini saja. Targetnya untuk merampas Indonesia.

Anda boleh bicara, lho hanya 30 emak-emak yang demo. Apa 30 orang itu bisa menyewa mobil komando? Mempersiaplan sound system? Mengorganisasi diri demo ke KPU? Siapa yang biayai? Siapa yang mensupport di belakangnya?

Tidak. Di belakang emak-emak itu ada sebuah kekuatan yang kalau kita menyibaknya, kita akan kaget. Kekuatan ini bak binatang buas yang siap memangsa bangsa ini ketika kita nanti saling berkelahi dan kehilangan kepercayaan pada sesuatu yang namanya NKRI.

Percayalah. Mereka cuma emak-emak boneka. Mereka bergaya untuk mengancam masa depan anak-anakmu. Ada dalang besar di belakangnya.

Saya kok merasa tuntutan ini akan dibesar-besarkan. Selain mengajarkan kebodohan konstitusi kepada publik juga membiasakan masyarakat tidak percaya pada sistem.

Ini bukan soal sepele. Bukan soal emak-emak kelebihan gaya doang. Bagi saya ini bisa jadi masalah serius.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.