Kolom Ganggas Yusmoro: NILAI MORAL DAN KEADILAN HUKUM DI NEGERI YANG KONON BERAGAMA

Geram dan marah campur aduk ketika para wakil rakyat dan politisi yang tertangkap KPK cengar cengir di depan kamera. Bayangkan saja, jelas mereka adalah penipu dan maling duit negara. Duitnya rakyat, duit kita semua dari keringat kita membayar pajak. Apalagi seperti halnya Mantan Presiden PKS Nur Mahmudi yang konon juga partai ini mengaku paling beragama, paling sok suci, paling bener, paling masuk surga, tentu kepalan tangan dari luapan hawa amarah rasanya tidak terkendali.

Sungguh rasanya ingin menggletho manusia-manusia macam itu. Ingin membuat nyonyor mulutnya yang sok suci tersebut.

Ya, Bangsa ini harus mengakui, meski katanya negri ini negri beragama, faktanya nilai moral dan keadilan hukum masih jauh panggang dari api. Masih di awang-awang. Jauuuhhhh ….

Seperti halnya kasus Ahok yang ucapannya diplintir oleh Buni Yani. Karena politis, Ahok harus menjadi korban, korban dari culasnya hukum. Juga ketika seorang ibu yang hanya berkeluh kesah soal suara TOA yang keras, Ibu Meiliana yang mempunyai anak empat harus menjadi bulan-bulanan. Sudahlah psikologisnya diteror, rumahnya dibakar, beliau harus terpaksa menerima vonis dari hakim keblinger 18 bulan penjara.

Banyak cerita dan fakta tentang jungkir baliknya fakta hukum yang mencederai rasa keadilan terutama bagi rakyat miskin dan rakyat kecil. Pertanyannya adalah, negeri yang konon beragama, yang tentu saja manusia-manusianya juga seharusnya religius, kenapa tidak seiring sejalan dan berbanding lurus dengan Keadilan? Ada apa dengan agama itu?

Sejujurnya, jika mau mencari tahu negara-negara yang seringkali dikatakan kafir, seperti halnya negara Skandinavia, Jepang, Korsel, Belanda, dan beberapa negara lainnya. Mereka justru mempunyai nilai moral. Para politisi dan wakil rakyat hanya baru ditengarai terlibat korupsi mereka buru-buru mengundurkan diri. Mereka menganggap hal itu adalah Aib.

Beda dengan negeri ini, korupsi yang merajalela, maling duit rakyat yang ugal- ugalan, Para tokoh politik yang biasanya crigis dan bawel jika mengkritisi kebijakan Jokowi, ujug-ujug pura-pura bisu. Sepertinya tidak peduli dengan peristiwa yang memalukan .

Juga, ketika seringkali banyak tokoh agama yang biasanya pintar mengkritisi dan nyinyir terhadap Jokowi seperti halnya Ustadz Tengku,tiba-tiba ketika ada kasus yang menciderai rasa keadilan, banyak tokoh agama juga pura-pura nggoblogi.

JIka nilai moral dan keadilan hukum di negei yang konon beragama hanya ngibul, untuk apa agama?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.