Kolom Boen Syafi’i: JOKOWI DAN JACK MA

Sudah menjadi sifat dari manusia, jika melihat kesuksesan yang lainnya pasti mempunyai sifat iri hati. Wajar dan sangat manusiawi sekali sifat-sifat seperti itu. Namun, yang menjadi tidak wajar adalah ketika sikap kita berubah menjadi pembenci, pendengki dan panas hati begitu melihat kesuksesan manusia yang lainya.

Iri itu penting jika diarahkan menjadi hal yang positif.

Misal, dulu saya pernah mempunyai teman sepakbola dengan tendangan kaki kiri dahsyat. Saya pun iri dan ingin mengalahkan tendangan kidalnya itu. Saya pun berlatih dengan teramat keras, hingga pada akhirnya saya berhasil mengalahkan power left kick yang dimilikinya. Inilah sikap iri yang positif, yakni menjadikan sifat iri sebagai kayu bakar penambah semangat untuk meraih tujuan.

Bukan lantas menjelek-jelekannya, membencinya atau malah ingin menjatuhkan kesuksesan yang telah diraihnya. Jika sikap seperti ini anda teruskan, niscaya hukum “tabur tuai” itu masih berlaku.

Seperti halnya kesuksesan yang telah diraih oleh Jokowi serta Triliyuner Jack Ma (foto masa kecil kaos kuning). Mereka sedari kecil telah terlatih untuk bekerja keras, terdidik untuk mandiri, berdekatan dengan kemiskinan dan ke arogansian para ningrat. Hingga, pada akhirnya momen perih yang pernah hadir di dalam hidupnya itu, mereka jadikan api semangat untuk berubah dan menjadikan hidupnya lebih baik lagi.

Ya, memang mempertahankan itu lebih susah daripada saat berjuang meraih kesuksesan. Nah, di sinilah peran dari Sang Tuhan terhadap manusia-manusia yang telah diangkat derajatnya. Jika Tuhan masih berkehendak melindunginya, maka kuatlah mereka dari gangguan (fitnahan) yang lainnya. Namun jika Tuhan sudah mengacuhkan, niscaya hancur leburlah kesuksesan yang diraihnya. Maka, sejatinya, nyinyiran terhadap kesuksesan orang lain itu adalah sikap manusia pecundang yang hanya bisa menyalahkan nasib serta keadaan.

Belajarlah dari kesuksesan mereka, jadikan sifat iri menjadi energi yang positif. Bukan malah menambah penyakit hati yang sangat beresiko berujung pada kematian anda sendiri. Jika Jokowi, Jack Ma, dan banyak orang bisa mempertahankan kesuksesannya, maka itu tandanya Tuhan masih sangat sayang pada mereka. Nyinyirinlah hidup kita sendiri, bukan malah menghujat kesuksesan orang lain. Berdoa, berusaha dan bertekad baja, hanya itu kuncinya.

“Yu, jemblem e siji kopi siji, piro?”

“Gak terepengaruh dolar, kok, kang, tetap 5 ribuan.”

“Mbayare biasa, Yu, gawe pulpen disek. Lha, iseh berjuang ben sukses, lho, Yu.”

“Walah, gombal mukiyo, kang …. kang ….”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.