SEMANGAT YANG TAK PERNAH PADAM

Laporan Wartawan Sora Sirulo

 MARIA FATIMA ANMUNI

dari Kupang (NTT)




Masih hangat dalam ingatan, di tahun 2008 silam, kakak sepupuku Mater datang dari Yogyakarta. Dia membawa sebuah papan catur sebagai cinderamta dari temannya. Kehadiran papan catur itu mengubah suasana dalam rumah kami di waktu luang yang digunakan oleh kakak dan adikku yang cowok untuk bermain catur.  Yah, mungkin para cowok memang senang bermain catur. Jujur saja, saya sangat tidak tertarik dengan permainan itu. Namun, hal yang sangat kutunggu adalah melihat mereka harus antrian untuk main catur.

Yah, wajar saja papan catur hanya ada satu dan itu pertama kalinya kami memiliki sebuah papan catur di rumah kami.

Sepupu saya selalu meluangkan waktu untuk mengajar keempat saudara laki-laki saya (Alim, Ben, Sef dan Ako). Paling setia menunggu antrian adalah si bungsu Ako. Ia tak pernah bosan menunggu untuk dapat kesempatan bermain catur. Ia mengalah jika harus bermain terakhir yang penting dapat jatah. Jika sudah bosan menunggu, kadang ia merengek minta untuk bermain lebih dahulu. Saat itu, kemampuannya memang belum sehebat sekarang untuk bermain catur bahkan setiap kali melawan kakak-kakaknya ia selalu kalah.




Itu membuat mereka malas untuk bermain dengannya. Wajar saja ia kalah, saat itu ia baru berusia 5 tahun. Ako memang memiliki kecintaan untuk catur di usianya yang sangat belia. Ia tak malas untuk berlatih main catur.

Hal yang paling kuingat adalah ketika papan catur lagi parkir ia akan mengambilnya dan menyusun semua anakan catur lalu bermain sendiri. Kejadian itu terjadi saat dia sudah di bangku sekolah dasar. Ibarat pepatah ”Pisau sekalipun tajam tapi tak pernah diasah maka akan tumpul, tapi pisau yang tumpul dan diasah terus lama kelamaan akan tajam”. Begitulah dengan Ako. Perkembanggannya makin nampak dan dalam pertarungan catur dengan kakak-kakanya ia mengalahkan mereka.

Nampaknya ia telah mengetahui teknik permainan mereka. Ia selalu mengamati setiap kali kakak-kakaknya bermain dan di situlah ia mencuri ilmu. Ako bocah pecinta catur merasa sepi jika tak ada yang bisa diajak main catur. Ia selalu merayu kakaknya untuk menemaninya bermain catur. Saya juga pernah diajak, dan semua akan jadi kacau. Saya cepat bosan dan tak tahu teknik permainan. Ia berusaha mengajariku tapi mungkin aku tak tertarik jadi tak sedikitpun yang dapat kutangkap.

Jika tak ada yang dapat diajaknya, bapak terpaksa harus menemani Ako bermain. Bapak biasa hanya mengikuti setiap langkah yang diberikan. Bapak hanya menurut saja tak peduli menang atau kalah dan itulah seorang bapak akan mengikuti keinginan anaknya.

Saat ia duduk di bangku kelas 5, ada Olimpiade Olahraga dan Sains Nasional. Ada seleksi perlombaan catur tingkat Sekolah Dasar  Ia mewakili SDK Manufui I  Kecamatan Biboki Selatan. Berkat latihannya, ia keluar sebagai juara satu dan ia mewakili semua SD di Kecamatan Biboki Selatan untuk bertanding di tingkat kabupaten. Lagi-lagi, berkat kerja keras dan latihan yang tanpa mengenal kata lelah Ako si bocah pecinta catur kembali keluar sebagai juara satu.

Sebenarnya saat itu ia harus ke tingkat Propinsi namun karena adanya  keterlambatan informasi jadi ia tak ikut ke Propinsi. Namun, hal itu tak membuatnya patah semangat ia terus berlatih. Bahkan, jika kakak-kakaknya tidak sedang berada di rumah, ia mengambil papan catur dan mencari teman bermain di luar rumah.

Alexandro Anmuni itulah nama lengkapnya,  akhirnya harus mengikuti kembali kompetisi catur (Olimpiade Olahraga dan Sains Nasiaoal) saat ia duduk di bangku SMP kelas I di SMPN I Biboki Selatan. Ia keluar sebagai juara I  saat seleksi di tingkat SMP Se-Kabupaten Timor Tengah Utara. Ia mewakili kabupaten untuk bertemu dengan lawan dari kabupaten-kabupaten lain di Propinsi  Nusa Tenggara Timur.

Kerinduannya untuk dapat berkompetisi dengan teman-teman dari kabupaten lain akhirnya terwujud. Mendengar hal itu, saya sebagai kakaknya tentunya  turut berbangga tak banyak yang dapat kulakukan. Aku hanya bisa membeli 2 buku dan buku-buku itu sudah kulupa judulnya, tapi isinya tentang teknik permainan catur. Itulah dukunganku padanya. Yah, penilaian juri sangat ketat. Ako pun baru pertama kali harus mengikuti pertarungan catur yang tidak seperti biasanya ia ikuti. Ada teknik khusus yang harus ditaati.

Dalam setiap kompetisi kalah menang itu sudah harus diterima, dari 4 kali pertarungan saat itu ia menang 2 kali seri 1 kali dan kalah 1 kali. Ia tidak masuk dalam 3 Besar. Sebagai seorang anak, ia kuat menerima hasil itu. Dia sadar jika kemampuannya saat itu hanya sebatas itu saja. Mama Ako selalu mengingatkan Ako dalam keadaan seperti itu sebagai seorang mama. Ia paling mengerti hati anaknya. Ia melatih menanamkan dalam diri anaknya untuk berani menerima kekalahan meskipun usianya masih terlalu dini dan mentalnya masih labil.

Catur telah menjadi bagian hidupnya meskipun tak menang ia tetap tekun berlatih. Ia tak patah semangat. Waktunya yang luang pasti ia gunakan untuk berlatih entah sendiri ataupun dengan siapa saja yang mau menemaninya bermain catur. Sejak saat itulah ia membiasakan diri bermain game catur di laptop dan rupanya hal itu membuat dirinya semakin tertantang.

Memang benar, adakalanya dalam hidup ini kita takkan pernah tahu apa yang terjadi pada hari esok. Kembali lagi sang waktu membawanya untuk mengikuti lagi event  pertarungan catur. Pada tanggal 27 Agustus baru-baru ini. Kali ini ia mewakili SMUK Warta Bakti Kefamenanu dan ia keluar sebagai Juara 1 dari 35 peserta di tingkat SMA Se-kabupaten TTU. Even kompetisi catur kali ini diselenggarakan oleh Mabes TNI Angkatan Darat. Ia mewakili Kodim 1618/TTU  Kefamenanu dan Ako kembali lagi harus berkompetisi di tingkat Korem 161/ Wira Sakti Kupang dan kali ini ia bertemu lagi  dengan  lawan-lawannya dari kabupaten-kabupaten lain yang  sebagai perwakilan dari Kodim masing-masing kabupaten.

Tema kompetisi ini adalah “Melalui kemenanggulan TNI-rakyat kita wujudkan cegah tangkal radilalisme” salah satu tema yang memang menjadi perhatian Bangsa Indonesia di tengah isu-isu SARA. Ajang diselenggarakannya kompetisi adalah untuk menggali bakat kaum muda sebagai generasi penerus bangsa dan membangun kerja sama antara TNI dan masyarakat. Penyelengaraan kegiatan ini atas kerja sama Mabes angkatan darat, bersama Kodam,Korem dan Kodim Di Indonesia.

Pertama kali aku mendengar kabar Ako akan mengikuti kompetisi di tingkat Korem saya hanya bisa memberikan semangat padanya.

“Adik, ini kesempatanmu. Belajar dari kegagalanmu,” dan ia hanya menjawab kakak lawan-lawan kali ini pasti lebih berat dan persaingan akan lebih ketat lagi.

Tanggal 28 Agustus dengan didampingi oleh Bati Komsos 1618/TTU Serma Y.LIFU Ako berangkat menuju Kota Karang untuk mengikuti kompetisi di Tingkat Korem 161 Wira sakti. Pertarungan catur Di tigkat Korem Ini berlansung pada tanggal 30 agustus 2018  Yang di ikuti 13 kodim dengan 30 peserta. Dalam 5 kali pertarungan, Ako menang dan ia keluar sebagai Juara I. Hasil yang dicapai oleh Ako ini adalah sebuah proses panjang mengantarnya pada titik ini. Kecintaannya pada dunia percaturan terjawab. Setelah ini, ia kan mewakili korem  161/Wira Sakti Kupang untuk bertarung di Tingkat Kodam XI/Udaya  Bali. Semunya ini berkat doa dai mama  yang terus menyalakan semangat dalam diri Ako untuk terus belajar dan berlatih.

Prestasi yang dicapai oleh Ako ini tentunya menjadi inpirasi bagi para generasi muda di era digital ini. Ketika banyak anak muda yang lebih mencintai Smarphone sebagai teman, akan tetapi masih ada anak muda yang masih mencintai hal lain seperti catur sesuai tema perlombaan Anak muda sebagai sebagai ujung tombak pembangunan bangsa harus di tanamkan dengan hal positif sedini mungkin agar bermental dan berkhlak mulia.

Zaman memang menuntut perubahan namun tak harus sepenuhnya mengalihkan perhatian pada kecanggihannya. Anak muda adalah pengguna internet paling banyak bisa saja mereka terlibat dalam penyebaran hoax yang berbau radikal dengan demikian menanamkan pola pikir untuk menangkal radikal sedini mungkin dalam diri anak muda adalah solusi yang tepat. Salah satunya dengan mengadakan event seperti ini yang pada akhirnya meningkatkan daya juang dan daya saing mereka dengan semangat sportifitas kebangsaan.

Permainan catur memang cocok, sebuah permainan yang membutuhkan skill dan konsentarasi. Event seperti ini menjadi wadah bagi generasi penerus bangsa untuk menyalurkan bakat yang otomatis berpengaruh pada pola pikir dan peroses pembetukan karakter mereka (generasi muda).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.