Kolom Boen Syafi’i: NASGOR ACEH DAN ALIRAN SALAWI

Di tempat saya ada kedai Nasgor dan Mie Aceh dengan harga per porsinya Rp. 10 ribu rupiah. Sampean tahu rasa Nasgor Aceh itu bagaimana? Rasanya lumayan unik. Tapi, apakah yang membedakan antara Nasgor Aceh dengan nasgor lokal? Yang membedakan rupanya sangat urgen bagi konsumen.

Yang membedakan adalah ada dan tiadanya daging ayam dalam varian isinya.

Weladalah, saya kaget sekaget-kagetnya begitu pertama kali membeli Nasgor Aceh ini. Bukan perkara ikhlas atau tidak ikhlas setelah membeli. Tapi, yang saya bayangkan adalah bagaimana si pemilik kedai Nasgor Aceh ini bisa bersaing dengan Nasgor lokal? Sementara Nasgor lokal dengan harga Rp. 9 ribu sudah ada kerupuk, daging ayam dan oseng-oseng telur.

Lha, Nasgor Aceh? Rp. 10 ribu yang isinya cuma sayur, taoge dan kerupuk kecil saja. Mirip bikin Nasgor made in rumah wae yo, cah? Nah, inilah yang dinamakan kepekaan dalam berusaha.

Bila tidak peka maka habislah usaha anda digusur oleh yang lainya, sedangkan bila anda peka maka semakin majulah usaha anda. Dalam berbisnis itu juga butuh kepekaan yang baik. Jangan sampai bila usahanya tidak berkembang, terus yang disalahin Jokowi lagi.

Lha, Nasgor’e gak ono opo opone, dul.

Vangke.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.