Kolom Boen Syafi’i: PRABOWO YANG MENG”AHOK”KAN JOKOWI ATAU SEBALIKNYA?

Berbagai narasi isu ekonomi yang dilancarkan oleh Kubu Prabowo untuk menyerang pemerintahan Jokowi terbukti gagal total. Dari kenaikan dolar, gak berani makan telur ceplok, ATM setipis tempe eh kebalikannya hingga ngurusi ikan asin, ternyata dapat ditangkis oleh para netizen sebelum Pak Jokowi sendiri yang menjelaskan. Yang jadi heran, mosok pengusaha dan peternak kuda seharga miliyaran, eh malah menggunakan isu ikan asin?

Iki politisi tah bakul bumbon sih sebenarnya?

Maka dari rentetan kegagalan tersebut, mau tidak mau Kubu Prabowo Cs akan menggunakan lagi isu SARA di Pilpres 2019 mendatang sebagai senjatanya. Gejala awalnya sudah terlihat dengan diangkatnya Si Sandi dari santri menjadi ulama dalam tempo hanya 1 bulan saja. Weladalah, mondok tah home schooling, yo,arek iki?

Belum lagi ijtima’ ngulama abal-abal yang merevisi keputusan “Cawapres harus dari Ulama” menjadi “Cawapres Ulama berpotensi memecah belah bangsa”. Memang benar bahwa wong edan kuwi bebas ternyata.

Maka peran si Kipli PAN pun akan sangat dibutuhkan di sini, untuk meng Ahok kan seorang Jokowi lewat isu SARA. Seperti kala dirinya berhasil melengserkan Ahok dengan menggunakan senjata yang sama. Bisakah? Tentu saja bisa. Lewat mobilisasi sholat subuh berjamaah ceramah provokatif hingga blusukannya eks HTI yang akan bertugas untuk penghasutan massal di akar rumput.

Namun, bila hal ini nekat mereka lakukan, niscaya Prabowo sendiri yang akan menjadi korbannya. Posisi Prabowo memang sangatlah lemah bila menyangkut isu agama, selain juga kasus HAM yang menjadi stigma negatif tersendiri tentang dirinya. Ingat, Prabowo bukanlah Anis yang memang cocok untuk memainkan propaganda isu SARA, karena wajahnya memang kengarab-araban. Lha, Prabowo? Arab kok irunge pesek?

Belum lagi si Prabowo ini tidak bisa mengaji, membuat propaganda isu SARA yang dimainkannya akan menerkam dirinya sendiri. Jokowi pun sangat berbeda dengan Ahok. Meskipun sama-sama anti korupsi, namun tingkat emosional dan spiritual Jokowi sangat jauh levelnya, bila dibandingkan dengan kompatriotnya ini.

Dulu Jokowi pernah berkata: “Kenapa kita selalu menari-nari di genderang yang mereka mainkan? Seharusnya gantian kita yang memukul genderang dan mereka yang menari-nari.” Mungkin saja apa yang dicuitkan Farhat Abbas, pengacara sekaligus Timses Jokowi Kyai Ma’ruf Amin adalah awal mula pemukulan genderang, agar para kamvret menari-nari di atasnya.

Sedangkan Masjid-masjid banyak yang NU, para Kyai banyak yang sendiko dawuh terhadap pimpinan tertinggi PBNU Kyai Ma’ruf Amin. Ditambah lagi Ketua Dewan Masjid sekarang adalah pedukung Jokowi. Maka teramat sangatlah mudah, bila meng Ahok kan seorang Prabowo yang kebetulan sangat lemah dalam hal ke agamaannya.




Hanya ngulama edan saja yang merekomendasikan seorang Capres, yang justru tidak bisa baca tulis Al Quran dan sholatnya pun hanya menjelang pilpres saja.

Wahai Kekuatan Kardus Datanglah.

“Kaaaa Meeee Haaaa Meeee”.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.