Kolom Boen Syafi’i: KENDALI SENTIMEN AGAMA DI PIHAK PARA KECEBONG

“Mudah saja bagiNya membalikan segala keadaan, semudah membalikan telapak tangan.”

Yang dulu A sekarang menjadi B, sedangkan yang dulu B, eh tau-tau sudah menjadi A.

 

Itulah “nash” atau ketetapan yang tidak bisa diganggu gugat. Bila sudah berkata “kun fayaakun” maka tiada sedikitpun yang bisa menghalangi ketetapan dariNya. Apa yang terjadi sekarang adalah keadaan yang terbalik. Para kamvret sudah tidak bisa lagi menggunakan sentimen agama terhadap musuhnya.

Bila dulu para kamvret sering memfitnah Pak Jokowi anti Ulama, maka sekarang sudah tidak bisa lagi, karena Kyai Ma’ruf Amin sudah berdiri di sampingnya.

Bila dulu para kamvret sering mengutip hadist yang sesuai dengan kepentingan nomor urut Paslon dan partainya, maka sekarang partai dan Paslonnya malah bernomor urut genap (2). Bila dulu para kamvret sukanya ngatjeng eh ngacung deriji satu, maka sekarang mereka gak akan berani ngacung 2 jari, karena mereka pasti gak mau murtad.

Dan, maaf, peluang kecebong untuk memainkan sentimen agama lebih leluasa, karena Capresnya kamvret hanyalah seorang mualaf yang sholatnya seperti Pemilu, yakni 5 tahun sekali. Meskipun Cawapresnya baru-baru ini sudah ditetapkan sebagai ngulama, setelah nyantri sebulan di pondok bambu PKS dan sekutunya.

Bila sudah begini, maka siapa yang patut disalahkan?

Sesungguhnya yang patut disalahkan adalah perilaku mereka sendiri. Perilaku yang sering membawa-bawa agama, demi kepentingan nafsu syahwat untuk berkuasa. Sesuai dengan yang pernah diucapkan oleh Gus Dur dan muridnya Ahok yang kebetulan sama-sama terdzalimi kala itu, yakni “Gusti Mboten Sare”.




Opo seng ditandur, kamongko bakal dipanen. Gusti Mboten Sare, namun kenapa wakil Gusti di DPR ternyata masih banyak yang suka Sare, ya?

Ahsudalah.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.