Kolom Eko Kuntadhi: MEREKA MENCELA SELURUH ORANG JAWA

Tuhan Maha mengerti semua bahasa. Dari yang terucapkan sampai yang terpendam dalam hatimu. Bahkan bahasa yang disampaikan para semut ketika mereka berbaris beriringan di tembok rumahmu. Jangankan membaca Alquran dengan logat Jawa medok, kambing yang mengembik juga Allah paham bahwa mereka sedang berzikir.

Allah SWT menurunkan Alquran memang dengan Bahasa Arab.

Sebab kanjeng Nabi SAW sebagai insan terpilih untuk menyampaikan wahyu-Nya menggunakan Bahasa Arab untuk berkomunikasi. Allah SWT sampaikan pada kekasihNya ayat-ayat penuh hikmah, agar bisa disampaikan lagi kepada semesta alam raya.

Tapi, manusia itu terdiri dari bersuku-suku dan bangsa-bangsa. Juga beragam bahasa dan dialek. Sungguh sial orang China atau Jepang, yang pasti kerepotan mengeja Bahasa Arab. Sebab ritual ibadah dalam Islam menggunakan Bahasa Arab sebagai rukunnya. Sungguh sial Orang Sunda, yang menyebut Tuhannya dengan sebutan Alloh. Jika Allah SWT tidak memahami aneka dialek itu, bagaimana Dia bisa jadi Tuhan semesta alam?

Muhammad dilafalkan muhamaik, Allah dilafalkan Alloh, Alamain dilafalkan ngalamin, atau Alfatehah dilafalkan Alfatekha. Itu adalah cara pengungkapan. Apakah Muhamaik bagi Orang Sumbar berbeda dengan Kanjeng Nabi? Apalah Alloh bagi orang Sunda, beda maknanya dengan Allah bagi Orang Arab? Apa Alfatekha bagi Jokowi berbeda dengan Alfatehah bagi Rizieq Shihab?

Rektor USU Medan menyampaikan “salam sejuk” Suku Karo lewat pemberina kain tenun Karo yang disebut uis.

Hanya orang dungu dan sok ngarab aja yang mempermasalahkan pelafalan seperti itu. Sebab baginya Islam sama dengan Arab. Jika jauh dari Arab, mereka meragukan keislamannya.

Mereka memperkosa agama universal ini jadi cuma agama Timur Tengah. Padahal orang Arab sendiri juga gak gitu-gitu amat. Orang Indonesia yang kelolodan Arab saja yang lebih Arab dari orang Arab asli.

Jika bahasa begitu penting bagimu, bagaimana mereka yang bisu tuli? Apakah mereka tidak dihitung sebagai hamba Allah hanya karena mereka gak mungkin melafalkan Bahasa Arab? Apakah Allah SWT tidak memahami bahasa isyarat mereka?

Sudahlah. Ketika engkau mempermasalahkan sebuah dialek masyarakat, engkau tidak hanya sedang mencemooh seseorang. Sesungguhnya engkau sedang mencemooh semua warga masyarakat itu.

Ketika kamu mencemooh Jokowi yang mengucapkan Alfatehah dengan dialek Jawa, hanya karena dia memang Wong Solo asli, kamu bukan hanya mencela seorang Presiden. Sesungguhnya kamu sedang mencela seluruh Masyarakat Jawa yang berdialek sama dengan Jokowi.

Lalu, dengan cara itu kamu mau menarik perhatian orang? Agar orang memandang Jokowi kurang Islami, hanya karena dia mengucapkan Alfatehah dengan dialek Jawa?

Kurang Islami dibanding siapa? Dibanding Prabowo?

Common, guys. Ente gak salah?

Sungguh, maksud hatimu mencela Jokowi. Tapi yang kamu sakiti seluruh masyarakat yang dialeknya sama dengan Jokowi.

Lalu kamu berharap ketika mencela seluruh orang Jawa, mereka mau menyumbangkan suaranya kepada Capresmu?

Nehi!

“Mas, kalau ada lomba mirip gaya Orang Arab, kayaknya mereka bakal keluar Juara Satu, deh,” ujar Abu Kumkum.

“Hebat dong, Kum.”

“Iya, orang Arabnya sendiri Juara Dua…”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.