Kolom Asaaro Lahagu: ANIES DIBILANG TAK KERJA (Setelah Ditelusuri, Hasil Kerjanya Fantastis)

Apa hasil kerja keras Anies di DKI selama 1 tahun menjadi Gubernur? Amat banyak. Selain kerja keras mencabut berbagai izin seperti Hotel Alexis, tanah reklamasi, juga bekerja amat keras membaca proposal-proposal Ormas dan partai pendukungnya.

Anies bekerja keras namun senyap di Balai Kota DKI.

Ia menerima silih-berganti kedatangan orang-orang yang mendukungnya. Mereka semua menagih upeti. Biaya operasional Anies sebesar Rp 2,7 miliar per bulan, harus dibagi-bagi dengan cerdas oleh Anies sendiri. Anies harus bekerja keras membagi duit operasionalnya untuk berbagai proposal.

Ada kalanya Anies mengeluarkan duit dari APBD seperti permintaan Ratna Sarumpaet sebesar Rp 70 juta itu. Saking sibuknya menatapi APBD DKI Rp 70 triliun itu, Anies kemudian ternganga. Gagasannya tentang penggunaan duit itu beribu-macam.

Begitu banyaknya gagasan yang berseliweran di pikirannya, sampai-sampai serapan anggaran di DKI hingga bulan Oktober ini masih di bawah 50%. Serapan itu terendah dalam sejarah. Padahahal saat serapan anggaran di DKI rendah sebelumnya, Anies menyerang Ahok habis-habisan. Itu sudah dilupakan Anies. Yang penting sudah jadi gubernur.

Jadi, apa kerja Anies di DKI selama setahun? Ya itu tadi. Ia sibuk membaca proposal, menghitung duit operasionalnya. Ia juga mencari celah di APBD kalau-kalau bisa dimanfaatkan untuk membalas budi para pendukungnya. Para Kepala Dinas di DKI pun dicoba kocok-kocok Anies. Ibarat catur, ia coba tukar, ganti, masukan, keluarkan.




Balai kota memang sengaja disunyi-senyapkan Anies dengan cara mengalihkan keluhan warga ke kelurahan. Alasannya agar tidak terlalu crowded seperti di Era Ahok. Bedanya di Era Ahok, warga ramai karena mengadukan berbagai persoalannya langsung kepada Ahok. Sebaliknya di Era Anies, warga ramai karena mau menyampaikan proposal meminta bantuan aneka ragam.

Selain warga yang antri menyampaikan proposalnya, pihak yang hilir-mudik di balai kota, juga adalah para mafia, makelar, broker-broker kakap. Di antara mereka, ada yang meminta izin ini-itu, meminta kemudahan ini dan itu atau menagih upeti ini-itu atas jasa mereka kepada Aneis.

Dengan kegiatan super sibuk itu, maka tak heran rumah DP nol persen ala Anies tidak ada ujung pangkalnya. Usaha OK-OC terbengkalai ala Sandi yang diwariskan kepada Anies bangkrut dan tinggal kenangan. Tetapi tak mengapa. Anies akan menebusnya dengan sebuah proyek unik dalam sejarah, KTP anjing.

Sementara dari Februari sampai sekarang, pengerukan sungai di DKI sudah tidak ada dilakukan. Anies sedang kerja keras membaca dan meneliti proposal. Tidak ada waktu untuk memikirkan kamajuan fisik kotanya. Karena yang diutamakan Anies adalah kebahagiaan warganya, pendukungnya dan loyalitasnya.

Penataan kota DKI di era Anies autopilot. Kecuali mungkin beberapa hambatan yang mengganggu, Anies tangani dengan ide cemerlang. Jembatan penyeberangan orang (JPO) di Bundaran HI yang menutupi patung selamat datang, dihancurkan Anies tanpa ampun. Lalu ia membuat pelican crossing. Di sana ia berdiri gagah meresmikannya. Sungai di belakang wisma atlet Asian Games ditutup dengan kain hitam.




Cara Anies menata kotanya sungguh luar biasa. Ia membuat instalasi bambu dengan dua makhluk yang sedang memadu cinta. Instalasi bambu itu dibuat untuk menunjukkan bahwa betapa hebatnya citra seni Anies. Walaupun hanya ia sendiri yang menikmatinya.

Jakarta dibiarkan Anies macet-macetan, sumpek dan pengap. Mengapa? Karena saat macet, warga bisa pelan-pelan jalan. Itu mengurangi angka kecelakaan. Pun kalau macet, warga berlatih untuk sabar. Orang yang sabar akan masuk surga. Jadi macet adalah bagian dari iman.

Saat ada Asian games, Anies cukup santai. Ada pusat yang mengurusinya. Anies hanya sedikit sibuk untuk mengatasi kemacetan lalulintas di tengah kota. Tetapi, dengan segera Anies memperoleh solusinya. Ia menutup sejumlah pintu tol. Hasilnya kemacetan parah dipanen Anies.

Sekarang Anies ketagihan dengan konsep kendaraan ganjil-genapnya. Ia mungkin akan memperluasnya sampai ke gang-gang sempit. Tujuannya agar kebijakannya juga dirasakan oleh gang-gang sempit di ibu kota.




Tugas lain Anies jika sudah membaca proposal, adalah kadang-kadang turun ke tengah masyarakat DKI untuk meresmikan gardu listrik. Proyek gardu listrik adalah proyek fantastis Anies. Gagasan lewat gardu sangat brilian. Tanpa gardu, cahaya di rumah-rumah penduduk akan mati-hidup. Begitu pentingnya penyelesaiannya gardu listrik, sampai-sampai Anies meresmikannya dengan riang gembira, sukacita penuh kebanggaan. Gubernur gardu.

Sesekali juga Anies mengendari motor gede Dishub DKI yang menurutnya gagah perkasa. Seumur-umur Anies belum pernah mengendarai motor gede ala Dishub. Pertama kali mencoba, Anies jatuh. Ke dua kalinya ia sukses. Kesuksesan Anies mengendarai moror gede adalah kesuksesan Anies yang luar biasa di DKI. Lebay.

Kerja keras Anies memang fokus untuk membahagiakan warganya. Ia sibuk memikirkan cara memotivasi warganya agar terus berbahagia. Caranya memberi kebebasan sesuka hati mereka.

Anies kini amat senang melihat warganya bahagia kini di Tanah Abang. Para pedagang musiman, preman, tukang parkir liar, kini sangat bahagia di era Anies.

Mereka kini boleh berdagang di badan jalan sesuka hati. Kemacetan pun semakin membahagiakan para pedagang kaki lima. Semakin macet, semakin banyak rezeki. Para pedagang asongan juga ikut kecipratan rezeki jika macet.

“Rezeki selalu datang pada waktunya,” kata Anies.

Infrastruktur jalan, jembatan, rusun, rumah sakit, tidak perlu ada. Bangunan dalam pandangan Anies tidak perlu. Bahkan Kalijodo dan RPTRA yang susah payah dibangun oleh Ahok, kini terlantar. Rumah susun juga dihentikan pembangunannya.

Kata Anies, jalan dan rumah yang nyaman, ada di hati. Mantap. Maju kotanya, bahagia warganya. Ternyata kerja Anies adalah mengutak-atik gagasan, gagasan dan gagasan. Fantatis.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.