Kolom Ganggas Yusmoro: WONG EDAN ITU BEBAS

Tak kasih tahu, ya, sodara-sodara. Sejak Jokowi terpilih jadi presiden, jika diperhatikan tiba-tiba banyak muncul Wong Edan. Secara klasifikasi ada yang perseorangan, kolektif, orang-orang intelek dan orang-orang yang memang gebleg. Namun, ada yang patut diwaspadai yaitu  yang pura-pura edan. Itu yang disebut manusia “ngedan”. Maksudnya apa manusia Ngedan ini?

Dia bisa merekrut orang bodoh agar ikut edan.

Tujuannya agar orang-orang bodoh itu, setelah menjadi edan betulan, bisa diengkuk-engkuk alias bisa diperalat untuk hal apa saja termasuk dalam hal politik. Mau contoh perilaku edan yang paling mutakhir?

Pak Jokowi yang karena orang Jawa, tentu lidahnya juga lidah jawa. Ketika beliau mengucapkan “Al- Fatikhah” Pakai K, apa yang terjadi kemudian? Oleh orang-orang edan dan ngedan menjadi bahan untuk membully, bahan untuk mengolok-olok.

Mereka tidak mau mikir bahwa esensi dari agama adalah soal akhlak, soal budi pekerti, soal perilaku. Juga, jika mau interopeksi. Ulama yang mereka panuti si Sugi Jancuk, yang mulutnya kayak comberan, malah dikagumi. Di Subyo subyo seperti pengantin sunat, kan edan namanya?

Padahal, dialek adalah ciri khas dari budaya bangsa yang justru Indonesia ini terasa indah dan elok. Seperti halnya orang-orang Sumbar menyebut Muhammad menjadi Muhamaik, Juga Masjid oleh mereka disebut Masajik. Apa lalu kita akan memprotes? Woo bisa-bisa kena penthung.

 

Wong Edan Itu Bebas…

Contoh lain, Ketika kita dipertontonkan ada kelompok yang sholat di keramaian jalan. Padahal jelas tempat Ibadah ada di mana-mana atau, jika lebih beradab, sholat di tempat yang tertutup. Tentu kita semua geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka sambil ngelus dada. Dada sendiri, ya. Apa yang ada dipikiran mereka-mereka yang sholat di pinggir jalan? Ya gak tahu. Lha, wong mereka itu seperti wong edan.

Sodara-sodara semua tahu mbah Amin, kan? Itu yang profesorrr. Sebelum diperiksa polisi, dia dengan berapi-api mengatakan: “Wooii.. copot Tito Karnavian.” Namun, setelah diperiksa dan setelah dikasih gudeg, apa katanya? “Saya dimulyakan sodara-sodara.” Edan, kan?

Mau denger cerita wongeEdan lagi? Nooh, di DKI Gabenernya lebih mementingkan KTP untuk anjing dari pada membuat kebijakan-kebijakan publik agar masyarakat bisa dilayani dan PNS bekerja lebih baik dan disiplin. Celakanya, orang- orang yang ngedan dan edan betulan justru yang mendukung Paslon Nomor 2.

Ediaaannn ….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.