Kolom Asaaro Lahagu: DISENTIL DJAROT SATU KATA, ANIES MARAH

Pertahanan santun Anies akhirnya bobol. Djarot yang menyentil Anies soal jomblo, langsung marah. Sebelumnya, Djarot menyinggung posisi Wagub DKI yang masih kosong. Dia berharap Wagub pengganti Sandiaga segera diputuskan. Apalagi Anies sudah setahun berkuasa, maka ada baiknya hadiahnya adalah berupa pasangan baru.

“Selamat bekerja dan jangan lama-lama jomblo,” kata Djarot kepada wartawan di auditorium Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan [Rabu 17/10].

Mendengar komentar Djarot, bukannya Anies ketawa. Biasanya menanggapi komentar miring, Anies selalu memasang wajah senyum yang santun. Tetapi kali ini Anies beda. Mendengar kata ‘jomblo’, Anies naik pintam. Benteng kesantunannya roboh. Ia pun langsung membalas Djarot marah dengan melempar kata ‘berkaca’ lebih dulu.




“Udah berapa lama saya nggak ada Wagub?” kata Anies di Jl. HR Rasuna Said, Jakarta Selatan [Jumat 19/10]. “Pak Djarot berapa lama nggak ada wagub? Berkaca dulu sebelum komentar,” sambungnya.

Ungkapan ‘berkaca dulu sebelum berkomentar’ adalah kalimat marah Anies. Anies marah karena Djarot menyinggung kata jomblo itu. Ya, berkaca dulu. Djarot diminta Anies agar berkaca. Saat menggantikan Ahok sejak 15 Juni 2017, Djarot tak punya wakil hingga bulan Oktober 2017.

Jadi menurut Anies, Djarot harus berkaca lebih dulu. Selama 4 bulan menjadi Gubernur DKI, Djarot tak punya wakil. Bagi Anies, sudah seharusnya Djarot tidak menyinggung kejombloannya karena Djarot sebelumnya juga demikian.

Netizen tentu saja tertawa mendengar amarah Anies ini. Pasalnya saat menjadi Gubernur, Djarot hanya meneruskan jabatan Ahok yang tinggal 4 bulan lagi. Jadi, tidak perlu lagi wakil. Berbeda dengan Anies yang masih lama. Fakta ini menurut netizen, justru yang berkaca lagi adalah Anies. Anies harus berkaca sebelum membalas Djarot.

Djarot menyampaikan pesan itu kepada Anies bukan tidak berdasar. Saat Djarot menjadi gubernur menggantikan Ahok, ia sudah merasakan bagaimana menjadi jomblo. Selama 4 bulan bertugas di DKI, Djarot tidak ada teman berdiskusi. Djarot tidak diperkenankan mempunyai wakil. Pun saat menjadi gubernur, tidak boleh mengambil keputusan yang strategis karena sebentar lagi lengser. Tidak punya wakil, tidak bisa mengambil keputusan strategis, sakitnya tuh di sini.




Berdasarkan sakitnya itulah Djarot meminta Anies agar tidak lama-lama menjomblo. Menjomblo itu berat. Tidak punya kawan, tidak ada teman untuk bercurah-curahan. Apalagi Djarot melihat Anies stress menghadapi sampah DKI dihentikan oleh warga Bekasi. Belum lagi ikut terseret soal hoax Ratna. Agar stressnya bisa dibagi, maka Djarot meminta Anies agar tidak lama-lama menjomblo.

“Selamat bekerja dan jangan lama-lama jomblo,” kata Djarot. Tetapi Anies marah dan membalas, ‘ngaca dulu’. Sadis. Jawaban ngaca mungkin sudah mulai merasuki Anies. Ketika Sandiaga sentil Menteri Susi, Susi menjawab Sandiaga ngaca dulu. Saat Prabowo menyentil Jokowi, Ngabalin meresponnya agar ngaca dulu.

Soal marahnya Anies dan reaksinya kepada Djarot, membuat netizen pun mengaitkan hal itu dengan jomblonya Prabowo. Kata netizen, jangan-jangan Anies mengikuti Prabowo yang sudah lama menjomblo. Apakah Anies diminta Prabowo agar tetap menjomblo? Biar ada temannya? Begitu pertanyaan netizen atas ungkapan marah Anies.

Kembali kepada Djarot. Djarot memang ikut memainkan perasaan Anies yang jomblo saat ini. Apalagi saat ketemu dengan Sandi di acara ulang tahun Prabowo, keduanya terlihat saling berpelukan mesra. Keduanya seakan-akan sudah 5 tahunan tidak bertemu. Nah, publik tentu ingin agar Anies secepatnya punya wakil seperti Sandiaga agar tidak terlalu rindu soal wakilnya itu.




Anies memang terus menunggu siapa wakilnya sekarang. Ia jelas tidak punya otoritas untuk memilih wakilnya sendiri. Ia tidak seperti Ahok yang bisa memilih sendiri siapa wakilnya. Di era Ahok, undang-undang memberi kewenangan kepada seorang gubernur untuk memilih wakilnya. Tetapi sekarang, Anies tidak bisa lagi demikian. Undang-undang terbaru mengharuskan persetujuan DPRD berdasarkan usul gubernur.

Masalah Anies bukan hanya soal tunduk pada aturan baru pemilihan wakilnya tetapi Anies harus tunduk kepada partai pengusung. Gerinda dan PKS, partai pengusung Anies, masih bertarung adu kuat memperebutkan kursi Wagub Anies. Gerinda ingin agar sosok wakil gubernur berasal dari partainya. PKS menginginkan hal yang sama. Keduanya tak ada yang mau mengalah.

Soal Wagub Anies itu, kedua partai ini sudah saling mengancam. Jika Wagub Anies bukan dari PKS, maka PKS di Pilpres 2019 akan pasif mendukung Prabowo. Ini bisa celaka. Sebaliknya Gerinda mengancam. Jika Prabowo menang, PKS akan dicampakkan. Nah ini bisa berabe.

Prabowo sendiri ragu-ragu memutuskan siapa wakilnya Anies. Jika diberikan kepada PKS, jangan-jangan nanti Anies disentil dan tidak lagi berpihak kepada Gerinda. Apalagi kalau Prabowo gagal jadi Presiden, posisi Gubernur dan Wakil Gubernur di DKI sangat strategis. APBD DKI yang Rp 70 triliun lebih, sangat menggoda. Nah, kalau Wagub tidak dikasih kepada PKS, nanti PKS maradang. Bisa marah dan meninggalkan Prabowo. Pilpres jadi taruhannya.

Maka, jalan satu-satunya yang dipilih adalah Wagubnya digantung dulu. Anies dibiarkan menjomblo lebih lama. Dengan demikian PKS dan Gerinda berada dalam status quo dulu. Lalu, sampai kapan Anies menjomblo? Sampai PKS tenggelam. Begitulah kura-kura.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.