Kolom M.U. Ginting: MARX AND LENIN PELUPA

Anda ingin tahu apa itu komunisme? Di Indonesia banyak yang sudah melihat dan mengetahui komunisme, walaupun tentang hakekat sesungguhnya dari komunisme dan asal usulnya, masih banyak yang pengetahuannya sangat minim, karena baru sekarang di era keterbukaan inilah bisa didapatkan pengetahuan lengkap soal komunisme. Pada era ketertutupan abad lalu, memang tidak mungkin mengetahui tentang hakekat komunisme. Yang boleh diketahui hanya yang indah-indahnya saja, seperti yang sangat populer ialah, misalnya, bahwa dalam tahap sosialisme gaji seseorang sesuai dengan hasil kerjanya. Dalam jaman komunisme gaji itu disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.

Masyarakat sama rata, tidak ada lagi penghisapan, tidak ada kaya miskin dsb dst.

Bagi yang menyukainya, komunisme atau janjinya memang sangat indah, memberi harapan, dan penyelamat bagi orang miskin terutama yang disebut kaum proletar; di Indonesia kaum buruh dan tani miskin. Bagi pemimpin yang menyukainya sangat menjanjikan, akan jadi pemimpin yang dipuja, ditakuti, dengan kekuasaan hampir mutlak.

Contohnya Stalin atau Kim Jong-un (Korut). Semua pemimpin ke tingkat bawah juga begitu, sangat hierarkis dan mengutamakan kepatuhan mutlak. Itulah daya tariknya, bagi rakyat miskin dan bagi calon pemimpinnya. Bagi orang komunis Indonesia maupun bagi publik yang dekat dengan partai komunis sampai 1965, pastilah bisa merasakan dan melihat sendiri keadaan ini (kedua daya tarik atau stimulasi luar biasa yang menggiurkan itu).

Kebesaran dan kejayaan Partai Komunis Indonesia mencapai puncaknya 1965, dengan berhasilnya penerapan NASAKOM dan berhasilnya Soekarno di’jinakkan’ oleh orang-orang komunis. Partai-partai lain sangat iri melihat perkembangan gemilang partai komunis ini, serta keberhasilannya dalam mendominasi perpolitikan nasional Indonesia.

Tetapi apa saja dalam proses perkembangannya, ada puncaknya, sesuai dengan perubahan dan  perkembangan kontradiksi dalam dialektika Hegel tesis-antitesis-syntesis. Proses dialektis ini terlepas dari definisi apa itu komunisme dan siapa yang menciptakannya atau untuk apa diciptakan.

Hukum-hukum perubahan berlaku dalam semua hal-ihwal, komunisme, sosialisme, Marxisme, liberalisme, monarkisme, nasionalisme, radikalisme dsb. Juga proses perubahan dalam pikiran, tidak bisa tidak harus melewati proses tesis-antitesis-syntesis Hegel itu. Di situlah keluarbiasaan dan kebesaran Hegel, walaupun Hegel sendiri dalam hidupnya tidak sempat mengembangkan semua pemikiran ini lebih jauh dari tingkat filsafat biasa dalam ruang akademisi saja.

Kepraktisannya dalam kehidupan sehari-hari sama sekali tidak dikenal atau tidak diperkenalkan oleh Hegel. Zamannya ketika itu ‘zaman filsafat’. Mengembangkan filsafat dari ‘ruang filsafat’, dari kamar, bukan dari kancah pergolakan kehidupan publik sehari-hari.

Kegunaan praktisnya teori dialektika Hegel (tesis-antitesis-syntesis) dikembangkan sendiri oleh orang biasa, melihat langsung dari praktek kehidupan sehari-hari, terutama dalam berbagai diskusi dan debat yang melahirkan sesuatu yang baru (syntesis), atau dalam pengertian ‘kontradiksi sebagai tenaga penggerak perubahan dan perkembangan’.

Kontradiksi, diskusi dan debat ilmiah, akan selalu mendorong, atau  mempercepat penemuan pemikiran/ kesimpulan baru yang tadinya atau sebelumnya tidak dimengerti. Contohnya, diskusi dan debat soal ‘indonesia bubar 2030’ telah menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih luas dan mendalam soal ramalan yang seyogianya tidak terlalu berharga itu, karena hanya fiksi dari seorang pengarang fiksi. 

Contoh lainnya yang juga masih kita ingat ialah awal perseteruan antara SBY dan Anas soal korupsi Hambalang.

“Kalau ditafsirkan halaman buka-bukaan ya enggak apa-apa. Itu bagian dari proses yang harus saya tempuh. Tapi saya tidak punya tendensi untuk menyerang orang. Apa yang disampaikan adalah sesuatu untuk mencari keadilan dan kebenaran,” kata Anas di Tribunnews  2013/12/04.

Hasil kontradiksi (perseteruan, konflik) antara SBY dan Anas Urbaningrum ialah ‘rumah hantu’ itu jadi terang benderang di mata publik, yang sebelumnya masih gelap. Itulah ‘kontradiksi sebagai tenaga penggerak perubahan dan perkembangan’. Di sini kontradiksinya telah menghasilkan informasi dan pencerahan yang sangat bagus dan sangat bermanfaat bagi publik. Itulah penjelasan tentang perjuangan dari segi-segi yang bertentangan tadi (kontradiksi).

Kita kembali ke tema komunisme. Untuk apa komunisme diciptakan di dunia?

Bagi orang Indonesia, dengan menarik pelajaran dari peristiwa 1965 jelas bahwa ideologi komunise itu telah berhasil bikin perpecahan besar dan pertikaian yang makan banyak korban ditambah Triliunan dollar SDA nya dikeruk tanpa rintangan sedikitpun. Selain itu sejak semula Marxisme memang diciptakan untuk menipu massa, kaum proletar dan juga kaum intelektual pada jamannya.

“Marxism…the demagogic popular one” that is used to dupe the intellectuals and the masses” (Lihat di SINI).

Bakunin, seorang revolusioner sudah jauh duluan bergerak dibandingkan Marx. Bakunin sudah punya organisasi besar seluruh Eropah, gerakan revolusioner sosialis/’anarkis’, dikudeta oleh Marx 1872 dan mengambil alih semua organisasi revolusioner Bakunin dkk. Ini dimungkinkan dan dipercepat prosesnya karena Bakunin tidak ada yang mendukung secara ekonomi, dibandingkan dengan gerakan Marx yang di belakangnya adalah bankir rentenir internasional banyak duit.

Antara Bakunin dan Marx (tepatnya kelompok yang menemukan Marx dan memanfaatkannya) memang punya teori/ rencana berbeda dalam soal revolusi dan kekuasaan. Marx dengan komunismenya mau bikin kekuasaan diktator proletar, sentralistis, sedangkan Bakunin pembagian kekuasaan secara regional, kekuasaan tidak sentralistis. Kekuasaan sentralistis Marx yang sebenarnya bertujuan demi NWO (New World Order) memang masih sangat tersembunyi (terbukanya baru di era internet).

Teori diktator proletar Marx itulah yang kemudian masuk ke Indonesia dipakai oleh Semaun, Muso dan Aidit. Tetapi apakah PKI, Aidit, Muso dll itu sedar juga untuk melaksanakan rencana NWO itu? Saya masih ragu. Juga masih diragukan apakah orang-orang ini (pemimpin-pemimpin komunis negeri berkembang) sudah mengerti ketika itu, karena begitu ketatnya rencana NWO itu dirahasiakan, rahasia mana baru terbuka jelas sekarang di Abad 21.

Sekiranya ada orang PKI yang masih bisa mempelajari latar belakang komunisme dan organisasi bankir/ rentenir internasional yang berada di belakang karia Marx seperti yang telah banyak diuraikan oleh Henry Makow itu . . . wow . . . dia akan bisa mengerti lebih jelas dan lebih bisa menjelaskan kepada publik Indonesia, dengan kombinasi pengalaman sendiri (teringat pengalaman Bella Dodd penulis buku ‘the school of darkness’). Apa yang ditulis oleh Henry Makow PhD dalam tulisan-tulisannya yang terkenal itu soal komunisme, semua bisa meng-googling-nya di internet.

Hakekat sebenarnya dari komunisme sudah terbuka jelas dalam era keterbukaan (internet), dan tak ada tempat sembunyi lagi bagi pencipta teori komunis internasional ini untuk menyelamatkan komunisme dari penelanjangan total. Orang-orang seperti Henry Makow adalah penyelamat kemanusiaan, adalah penyelamat dunia dari bahaya penipuan yang sangat mengerikan!

Tetapi komunisme tidak akan hilang begitu saja sebagai alat utama divide and conquer dunia. Komunisme sebagai ideologi telah digantikan dengan ‘radikalisme’ (khilafah). Ini juga sebagai ideologi yang punya dasar dan akar kuat tak ubahnya seperti ‘komunisme’. Radikalisme/ khilafah disesuaikan dengan situasi konkret tiap negeri, sesuai dengan kesadaran penduduknya, way of thinkingnya, kulturnya dsb seperti: HTI/khilafah, FPI, Saracen, 411, 212, Muslim Cyber Army dst di Indonesia. Bokuharam di Afrika, dan ISIS di Syria/Irak.

Inilah alat divide and conquer Abad 21 pengganti alat komunisme. Penciptanya sama dengan pencipta komunisme, tetapi bukan Marx lagi he he . . .  Ini lebih modern karena diciptakan sesuai dengan keadaan konkret tiap negeri, terutama di negeri-negeri beragama islam. Di Eropah masih lebih banyak dengan cara mempertahankan partai-partai lama walaupun bertendensi jelas semakin bangkrut seperti partai-partai sosialis, partai buruh, sosial demokrat, maupun partai komunis sendiri. Sebaliknya, partai-partai nasionalis (populis) semakin memuncak.

Seorang anti-komunis yang pandai (M C Fagan) mencatat pada tahun 60-an:

Fervent anti-Communist and noted New York-Hollywood writer, director and producer Cecil Fagan in the late 1960’s recorded The Illuminati and the Council on Foreign Relations:

The idea was that those who direct the overall conspiracy could use the differences in those two so-called ideologies [marxism/fascism/socialism/communism v. democracy/capitalism] to enable them [the Illuminati] to divide larger and larger portions of the human race into opposing camps so that they could be armed and then brainwashed into fighting and destroying each other (Lihat di SINI)

Bahwa intelektualis Marx ternyata dimanfaatkan oleh bankir rentenir internasional untuk mengarang teori ‘revolusioner’ untuk mengelabui rakyat dunia terutama kaum intelektual dan kaum buruh yang sedang tumbuh pesat membesar ketika itu, tidak banyak yang mengetahui sebelum era keterbukaan internet.

Tetapi, semakin jauh kita membaca dan meneliti apa yang ditulis oleh Marx memang semakin terlihat juga. Dia sepertinya terpaksa untuk menulis begitu, menurut kehendak perencana NWO itu. Salah satu contohnya ialah serangannya yang sangat mencemohkan Hegel pencipta teori dialektika ‘tesis-antitesis-syntesis’.

Bahwa teori Hegel itu berlaku dalam semua hal-ihwal termasuk dalam perkembangan kapitalisme, dibenarkan secara tak langsung oleh Engels sendiri dalam Anti-Duhring-nya. Engels sangat menghargai tinggi Hegel sebagai Bapak Dialektika. Marx walaupun juga mengakui Hegel sebagai bapak dialektika, tetapi dia menghinanya dengan menuduh Hegel dan teorinya ‘berdiri di atas kepalanya’ karena Hegel seorang idealis bertentangan dengan Marx seorang materialis.

Mengapa Marx harus bersikeras kepala menuduh dialektika Hegel ‘berdiri di atas kepala’ bisa dijelaskan dari sikap Marx yang keras kepala mengatakan bahwa krisis kapitalisme inherent dalam tubuh kapitalisme itu sendiri, dan krisis-krisis kapitalisme akan menghancurkan kapitalisme dari dalam, dan dengan membangun diktator proletar, baru bisa dengan tuntas melibas kapitalisme. Marx selalu menekankan perlunya mendirikan diktator proletar menghantam kaum kapitalis dan sistem kekuasaannya.

Akan tetapi, kalau ditinjau menurut teori tesis-antitesis-syntesis Hegel, krisis kapitalisme adalah salah satu fase dalam perkembangannya. Dengan krisis itu, kapitalisme akan menuju tingkat perkembangan baru dan dari situ muncul kwalitas baru seperti misalnya cara produksi baru atau hasil produksi baru. Itulah yang sudah selalu terjadi dalam tiap kali ada krisis kapitalisme.

Ini hanya menandakan adanya perubahan dan perkembangan baru ke tingkat kualitas baru. Sangat tepat digambarkan oleh tesis-antitesis-syntesis Hegel. Ini yang tidak mau diakui oleh Marx, semata-mata karena dialektika Hegel ‘berdiri di atas kepalanya’ bukan di atas kakinya menurut Marx.

Engels agaknya mengerti dilema Marx dan berusaha ‘menengahi’ (?) dalam tulisannya ‘Anti Duhring’ dengan membikin contoh sebatang pohon kacang dalam proses ‘negasi dari negasi’ yang sebenarnya adalah tesis-antitesis-syntesis Hegel dengan istilah lain. Karena teori dialektika Hegel jelas pasti berlaku juga bagi sebuah tanaman kacang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, hal mana tentu tidak diragukan.

Mengapa Marx berkeras kepala menyangkal teori dialektika Hegel dalam perkembangan kapitalisme? Saya kira jelas karena yang memintakan dia mengarang marxisme, dan yang sekarang disebut neolib/ NWO sangat membutuhkan teori untuk mendirikan diktator proletar. Bukan untuk menganalisa perkembangan baru kapitalisme ke tingkat yang lebih tinggi, walaupun itulah yang sebenarnya terjadi terus menerus sampai sekarang dalam perubahan dan perkembangan kapitalisme lewat berbagai krisisnya.

Dalam soal ini, 100 tahun kemudian setelah manifest komunis Marx, muncul istilah baru dipakai oleh Schumpeter dengan nama ‘creative destruction’ dalam perubahan dan perkembangan kapitalisme, untuk bisa lebih memahami istilah sulit Hegel ‘tesis-antitesis-syntesis’. ‘Creative Destruction’ menunjukkan bahwa krisis kapitalisme itu adalah pertanda perubahan menuju kualitas baru dalam kapitalisme, pembaruan alat produksi atau pembaruan hasil produksi. 

Schumpeter bisa mengartikan krisis kapitalisme menuju pembaruan dan perkembangan, perubahan yang meningkatkan kwalitas baru kapitalisme. Sangat bertentangan dengan teori Marx yang keras kepala mempertahankan krisis kapitalisme yang akan mengakhiri kapitalisme dan perlunya mendirikan diktator proletar.

Jelas sekali memang, teori Hegel yang ilmiah itu sangat tidak sesuai dengan keinginan NWO mendirikan diktator proletar sebagai langkah penting untuk menuju pemerintahan dunia itu. Marx tidak berkutik untuk keluar dari teori krisis kapitalismenya. Sebagai seorang revolusioner, juga mengherankan karena Marx bahkan tidak pernah berani menulis soal penghisapan bank serta peranan bank dan bankir internasional dalam berbagai perang di Eropah.

Marx pura-pura tidak tahu atau lupa apa yang terjadi dalam perang ‘kemerdekaan’ AS (The Revolutionary War) (1775-83), yang dipaksakan oleh bankir internasional itu, tetapi dia (Marx) sangat bergairah menuliskan soal perang perbudakan AS The American Civil War, 1861–1865.

Tidak heran juga kita sekarang mengapa seorang revolusioner besar seperti Lenin tidak pernah ngomong soal bank besar Rusia ketika revolusi Oktober 1917 yang berhasil dia laksanakan. Lupa juga? Kalau begitu memang Marx dan Lenin banyak lupanya he he . . . 
 
Salam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.