Kolom Muhammad Riza: NUSANTARA MENGAJI

Pemahaman agamanya para pengasong khilafah ex-HTI memang instan. Background mereka kebanyakan dari sekolah umum, tapi sotoy ilmu agama seperti umumnya kaum takfiri. Bandingkan pelajaran santri pada pesantren NU. Sejak kanak-kanak Ibtidaiyah ngaji kitab Aqidatul Awam satu paket dengan kitab fikih dasar Mabadi Fiqh, nahwunya Jurumiyah, sejarahnya Bidayatul Nihayah, akhlaknya kitab Akhlaqul Banain, terus Taklimu Muta’alim, tasawufnya Sulamut Taufiq.

Anak-anak NU itu ngaji minimal 40 sampai 50an kitab untuk di kelasnya, belum kitab ngaji bandongan dan sorogan.




Level Tsanawiyah ABG-nya NU itu ngaji 40an kitab tapi sekelas Sohih Bukhari – Muslim berikut sanad perawinya dan harus hafal, setoran hafalannya Alfiyah Ibnu Malik. Kalau level Aliyah anak muda NU itu ngaji 30an kitab tapi level babon seperti al Muwatho, as Sunan Nasa’i, tafsir Jalallayn, Ihya Ulumuddin, al Hikam Ibnu Athoillah, Sihalul Nukmin, Tibin Nabawi.

Semua kitab itu mereka hapalkan, disarahi, dimaknai, diangen-angen dan dilakoni karo garap sawah atau ladang.

Anak-anak muda ex-HTI ini, bahkan sekelas ustadz Felix Siauw pasti gak kenal dengan tradisi ngaji bersanad gini. Mereka ngaji produk tabligh akbar dan kitab politik seperti mafahim Taqiyuddin an-Nabhani. Paling mentok ngaji Ibnu Taimiyah dari buku terjemahan. Anak muda Banser yang ngajinya sudah level Kuliyatul Ally itu, ngaji kitabnya banyak. Makanya gak gampang kagetan dan nesuan.

#SelamatHariSantri




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.