Kolom Asaaro Lahagu: HOAX RATNA-PRABOWO (dan Operasi Gila Arab Saudi Lenyapkan Jamal Khasoggi)

Tidak ada kebohongan yang sempurna. Pun tidak ada operasi pembunuhan yang sempurna. Namun, dalam dunia intelijen, tetap saja ada tingkat operasi yang harus sempurna, nyaris sempurna, cukup sempurna, sedang, hampir gagal, gagal dan gagal total. Operasi-operasi Mossad, FBI, CIA, KGB di seluruh dunia tidak selalu sempurna. Selalu saja ada operasi yang gagal dan malah menjadi blunder.

Namun demikian, kebanyakan operasi injtelijen yang dilakukan, berhasil dengan tingkat nyaris sempurna. Semua operasi intelijen memang harus dirancang sedemikian rupa, sangat teliti disertai beberapa skenario lain.

Dalam kasus hoax Ratna-Prabowo, tingkat skenario intelijen yang dilakukan bisa dikatakan gagal total. Hal ini sangat disayangkan karena seorang mantan Letnan Jenderal, mantan Komandan pasukan elit Kopassus, Prabowo sekaligus Capres 2019 dan seorang Doktor lulusan Rusia, Fadli Zon, Wakil Ketua DPR, bisa begitu polos dan akhirnya gagal total dalam membuat isu.




Awalnya hoax Ratna Sarumpaet-Prabowo sukses membuat negeri gaduh berhari-hari. Nama Ratna-Prabowo dalam beberapa menit berada di atas angin. Namun, aib keduanya akhirnya terbongkar begitu mudah dan memaksa Ratna mengaku. Skenario yang dirancang pun berubah menjadi kegilaan.

Kebohongan Ratna begitu polos nan gila. Ia dengan polos mengatakan dirinya dianiaya oleh 3 lelaki di Bandung. Terjadi saat ia mau pulang ke Jakarta dengan pesawat dan setelah menghadiri konferensi pers internasional bersama 2 warga asing.

Akibat penganiayaan itu, Ratna kemudian mengaku dirawat di rumah sakit atau di sebuah klinik di Bandung tanpa tahu nama rumah sakitnya. Ratna seolah sudah punya rumus jitu jika orang lain menanyakan detail kejadian. Ia cukup menjawabnya lupa atau tidak tahu.

Seorang mantan Letnan Jenderal Prabowo menambah hebohnya isu penganiyaan Ratna itu dengan sebuah konferensi pers gagah-gagahan. Tanpa check and rechek serta cross check terutama dari pihak kepolisian, Prabowo dengan wajah tegak melakukan konferensi pers. Isinya, telah terjadi sebuah penganiyaan luar biasa atas seorang wanita. Lalu celakanya Prabowo menuduh pihak lain sebagai pelakunya.

Mendengar pengakuan Ratna dan konferensi pers Prabowo, orang biasa, orang kampung sekalipun, tetap akan punya kecurigaan. Apalagi berhadapan dengan para polisi bagian penyelidikan yang sudah dilatih begitu hebat, kecurigiaan dan kejanggalan muncul begitu banyak. Maka tak butuh waktu lama, letak kebohongan Ratna itu dengan mudah ditemukan.

Begitu disodorkan fakta, lengkap dengan data-data jam, bukti CCTV, transfer uang, pengakuan pihak otoritas Bandara, pencaharian di rumah sakit, akhirnya Ratna Sarumpaet tak bisa berkutik. Ia tidak mungkin lagi membuat alibi. Tidak ada jalan lain selain mengaku dan meminta maaf. Prabowo pun demikian.




Seperti tikus yang dikejar kucing, tersudut di pojok ruangan, Prabowo dengan muka masam mengakui kesalahan dan meminta maaf. Ia harus rela menjadi pengecut agar selamat. Ia pun dengan sigap melempar kesalahan kepada Ratna dengan alibi sebagai korban pembohongan. Skenario membuat isu besarpun gagal total dengan hasil gila.

Seharusnya Ratna-Prabowo harus lebih detail, merencanakan lebih cerdas, membuat beberapa skenario, melaksanakan simulasi dengan melibatkan ahli-ahli intelijen yang ada di pihaknya. Apalagi Ratna adalah artis peran, maka segala sesuatunya harus benar-benar dirancang dengan sempurna. Kalau bisa harus belajar dari agen-agen Mossad Israel yang terkenal dengan operasi intelijennya.

Antara kasus hoax Ratna-Prabowo dengan kasus pembunuhan Jamal Khashoggi ada kemiripan. Kemiripannya terletak pada pelaku kejahatan. Ratna-Prabowo di satu pihak dan Arab Saudi di pihak lain. Kedua operasi intelijen ini bisa dikatakan gagal total. Ratna-Prabowo gagal total, dan Arab Saudi juga gagal total.

Dalam kasus pembunuhan Jamal Kashoggi, tingkat operasi intelijen Arab Saudi bisa dikatakan gila. Pasalnya, operasi pelenyapan Jamal Kashoggi itu begitu polos dan tidak menunjukkan kelas operasi intelijen yang sesungguhnya. Akibatnya pasca kejadian, Arab Saudi jungkir-balik menjelaskan kasus itu, menjawabnya secara ngawur, berkelit-berbelit, membuat alibi konyol, mengalihkan isu jadi-jadian.

Arab Saudi bagaikan tikus di pojok ruangan yang ditatapi oleh beberapa ekor tikus. Negara-negara lain yang melihat kasus itu, tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan Arab Saudi pontang-panting menjelaskan kasus itu.

Lebih parahnya lagi, kasus pembunuhan Jamal Khashoggi itu didasarkan perintah dari yang mulia Putra Mahkota Pangeran Muhammed bin Salman. Bodohnya, perintah itu dilakukan tanpa dilalui dengan pertimbangan yang matang.




Ketidakcermatan operasi intelijen yang dirancang Arab Saudi, terlihat pada tim pelaku operasi. Arab Saudi sengaja mengutus 15 orang datang langsung dari Arab Saudi khusus melenyapkan Jamal Khashoggi. Mereka datang dan pergi pada hari yang sama, dengan pesawat jet yang telah dikenali. Ini jelas sebuah kegilaan.

Dalam operasi intelijen, kalau mau menyamar, seharusnya ke 15 orang eksekutor tersebut menggunakan pesawat komersil, datang tidak bersamaan dan menginap di tempat berbeda. Serta melakukan simulasi terlebih dahulu.

Hasilnya? Dengan mudah para eksekutor diketahui identitasnya. Mereka adalah para pengawal Muhammed bin Salman dan salah satunya adalah ahli forensik. Kegilaan operasi intelijen ini benar-benar konyol. Jika sedikit cerdas, para eksekutor seharusnya orang lain yang tidak ada hubungan dengan putera mahkota. Arab Saudi bisa mengutus tentara lain atau pembunuh bayaran dan bukan pengawal pangeran Salman sendiri.




Kegilaan yang kedua adalah tempat kejadian yakni di Turki. Tingkat kehebatan kepolisian Turki tidak kalah dengan negara Barat lainnya. Mereka mempunyai aparat penegak hukum kelas elit yang bekerja cepat dan teliti untuk menangani sebuah kasus.

Nah, apalagi pada saat kejadian, Jamal Khashoggi ditemani oleh tunangannya Hatice Cengiz, warga Turki pula. Para eksekutor kurang mempertimbangkan peran Hatice Cengiz yang dengan mudah melaporkan kejadian lenyapnya Khashoggi ke pihak berwewenang Turki.

Lebih parahnya, eksekusi Khashoggi dilakukan di Konsulat Arab Saudi. Ini benar-benar kegilaan. Benar bahwa aparat tidak bebas masuk memeriksa sebuah konsulat negara lain karena kebal dipolomatik. Namun, dalam hukum internasional, jika ada hal yang menyangkut keamanan, maka konsul tetap berada di bawah yurisdiksi dan tetap bisa dimasuki oleh aparat. Karena eksekusi terjadi di Konsulat Arab Saudi, maka dengan mudah menghubungkan kejadian itu dengan Arab Saudi.

Kegilaan yang ke tiga adalah pernyataan resmi Arab Saudi yang baru keluar setelah lebih 15 hari pasca terbunuhnya Khashoggi. Pernyataan yang keluar pun berubah-ubah dengan alibi bermacam-macam. Jelas pernyataan tidak memuaskan semua pihak. Banyak kejanggalan yang tidak dapat dijelaskan. Seharusnya pasca kejadian, Konsulat Arab Saudi langsung memberikan pernyataan dan membiarkan aparat Turki melakukan penyelidikan.

Kegilaan yang ke empat adalah soal terbongkarnya penyamaran para pembunuh Khashoggi yang dinyatakan telah keluar dari Konsulat Arab Saudi dengan selamat. Namun hasil dari CCTV, terlihat sepatu, rambut Khashoggi dengan orang yang menyamar dirinya berbeda. Ini jelas operasi intelijen yang sangat konyol dalam sejarah.

Kesimpulannya adalah hoax Ratna-Prabowo yang membuat isu untuk menyerang Jokowi dan operasi Arab Saudi melenyapkan Jamal Khashoggi, konyol, gagal total dan absurd penuh kegilaan. #JokowiLagi.




One thought on “Kolom Asaaro Lahagu: HOAX RATNA-PRABOWO (dan Operasi Gila Arab Saudi Lenyapkan Jamal Khasoggi)

  1. Penjelasan bagus, soal ‘Pangeran’ Prabowo dan Pangeran Salman . . . sama-sama ‘konyol’. Walaupun bedanya juga sangat jelas, Pangeran Salman banyak duit he he . . .

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.