Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI 4 TAHUN, DESA HILIMBOWO TEMUKAN WISATA BALE SPEKTAKULERNYA

Desa itu bernama Hilimbowo. Dalam Bahasa Nias, Hilimbowo berarti desa ‘Gunung Jujuran’. Letaknya di ujung Samudera Hindia, di puncak tertinggi Pulau Nias (Sumatera Utara) atau 700 meter di atas permukaan laut. Penduduknya berjumlah 800-an orang dan 95% bekerja sebagai petani karet, padi dan peternak kecil.

Sejak Merdeka (1945), desa ini sangat sepi, sunyi, dan amat jauh dari hiruk-pikuk apapun.

Tak ada yang menarik sama sekali di desa ini. Tak ada hiburan, tak ada tempat nongkrong dan tak ada tempat untuk berbagi rasa. Semunya sunyi. Sehabis bekerja seharian, penduduk langsung terlelap menunggu kembalinya matahari pagi.




Jarang sekali penduduk desa ini didatangi pengunjung. Tak ada wisatawan lokal, apalagi bule berambut pirang itu. Apa yang mau dilihat? Tak ada. Mungkin yang bisa anda lihat adalah gadis-gadisnya yang cantik dan kuat bekerja di bawah teriknya sinar matahari.

Kesunyian desa ini berakhir pada tahun 2017 lalu. Mengapa? Berkat dana desa dari Presiden Jokowi, desa ini kemudian bisa diaspal. Ujung aspal sampai di desa ini pada bulan Maret 2017 dan selesai diaspal pada tahun 2018 ini.

Saat ujung aspal sampai di desa ini, penduduknya melonjak kegirangan. Mereka sangat bahagia, terharu dan baru merasakan ke-Indonesiaannya. Tulisan saya tentang euforia masyarakat menyambut jalan aspal itu bisa dibaca pada tulisan lain berjudul: “Spektakuler! Setelah 72 Tahun, Jokowi Hadirkan Ujung Aspal di Desa Terpencil di Samudera Hindia”. Tautannya baca di SINI atau di SINI.

Jika pada bulan Maret 2017 penduduk desa merasakan rasa sukacita berkat jalan aspal dari Jokowi, maka pada bulan Agustus 2018 lalu, penduduk desa kembali merasakan sebuah sukacita yang spektakuler. Ada apa?

Rupanya di desa itu tersimpan tempat wisata spektakuler yang tersembunyi. Selama ini, penduduk desa tak tahu dan tak sadar sama sekali bahwa di desanya ada mutiara tempat wisata yang tersimpan ratusan tahun. Tak ada yang menyadari. Semuanya bergelut dengan kesunyiannya. Namun, keadaan sunyi itu berubah ketika Presiden Jokowi mengunjungi Pulau Nias pada tahun 2016.

Saat Jokowi bertemu dengan para kepala daerah sekepulauan Nias, Jokowi menyuntikan motivasi luar biasa. Ia meyakinkan para kepala daerah tersebut bahwa Nias sangat berpotensi menjadi tempat tujuan wisata setelah Bali. Jokowi bermimpi suatu saat Nias akan menjadi tujuan wisata yang luar biasa.




Mimpi Jokowi itupun diterjemahkan langsung oleh Bupati Nias Barat, Faduhusi Daely SPd. Ia memerintahkan Dinas Pariwisatanya menggali daerah wisata baru, termasuk di desa-desa terpencil. Dan, ternyata, di Desa Hilimbowo yang terpencil itu, tersimpan tempat wisata yang sangat menarik.

Di ujung desa yang selama ini tertutupi ilalang dan pepohonan, terdapat bukit yang menakjubkan. Saat diresmikan pada bulan Agustus 2018 lalu, tempat itu dinamakan ‘Bale-Bukit Zaitun’. Jika naik di puncak Bale ini, maka pengunjung langsung merasakan angin sejuk penggunungan.

Segarnya udara bersih dari lembah, sungai dan pegunungan, membuat paru-paru terasa lega. Di atas Bale ini, pengunjung langsung merasakan kedamaian dan ketenangan. Tempatnya sangat cocok berdoa khusuk dan bermeditasi membangun hidup rohani yang telah kering.

Sambil duduk di pondok eksoktik yang baru dibangun, pengunjung disuguhkan pemandangan panorama alam Nias yang luas menakjubkan. Sejauh mata memandang, terlihat rangkaian pegunungan sambung-menyambung dengan lapisan lembah di bawahnya yang hijau subur.

Lembah hijau subur itu, dibelah dengan sebuah sungai indah bernama Oyo. Sungai ini adalah sungai terindah dan terpanjang di Pulau Nias. Pada pagi dan sore hari, aliran Sungai Oyo terlihat sangat cantik dengan kelokannya yang berseni. Ia bagaikan wanita yang menari melenggok dengan indahnya. Airnya mengalir jernih sebening Kristal di musim kemarau.

Lembah Sungai Oyo telah menghasilkan pisang dan kelapa muda paling lezat di dunia. Jika ada teman yang pulang kampung, saya selalu meminta pisang Lembah Sungai Oyo dan kelapa mudanya. Rasanya luar biasa lezat, manis, gurih dengan aroma harum khas tak tertandingi.




Dari Bale-Bukit Zaitun, jika pengunjung melihat lurus ke bawah, maka dapat melihat tebing curam sedalam 70 meter. Sangat cocok untuk panjat tebing kelas dunia. Tantangan untuk turun dan memanjat kembali tebing ini melalui Bukit Zaitun, cukup menarik. Ke depan dari Bukit Zaitun, bisa dipasang tali meluncur bolak-balik melewati Sungai Oyo. Luncuran itu bisa mengalahkan luncuran spektakuler yang ada di Hongkong, China.

Lalu, dengan perahu tradisional, Tundraha, pengunjung dimanjakan menyusuri kelokan Sungai Oyo. Di sini pengunjung bisa memancing ikan air tawar, Onogoi. Jika beruntung, pengunjung akan mendapat ikan air tawar ajaib karena kelezatannya, Onogoi. Cara memasaknya, cukup dengan garam, dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar ditepi sungai Oyo, maka pengunjung dapat merasakan sensasi ikan terlezat di dunia. Lalu, kalau anda haus, anda akan meminum air kelapa muda yang juga tergurih di dunia.

Kembali ke Bale-Bukit Zaitun. Jika sudah puas berperahu, minum air kelapa, makan pisang bakar terlezat dengan ikan Onogoi, maka pengunjung bisa menyaksikan sebuah rumah adat satu-satunya di Desa Hilimbowo yang sudah berumur hampir seratus tahun.

Di rumah adat ini, pengunjung dapat beristirahat sejenak dan mengenang kembali arsitektur hebat nenek moyang penduduk Desa Hilimbowo. Kayu-kayu berkualitas tinggi dirangkai tanpa paku dan mampu menghasilkan rumah adat besar tahan gempa dengan daya tampung 150 orang.

Sambil mengamati keunikan rumah adat, pengunjung dapat menikmati makanan khas Desa Hilimbowo seperti Ni’owuru, Manunikua, Bawinitunu, Fakhenibogo, Rakigae, Gowinilokha, Gowinihandro, Fafayaso dan Godogodo. Sambil menikmati hidangan tradisional itu, mata akan dimanjakan dengan pertunjunkan tari tradisional Moyo, tari Hiwohiwo serta tari Baluse yang bergemuruh.

Itulah sedikit despkripsi tempat wisata populer baru di Desa Hilimbowo. Tempat wisata itu baru ditemukan setahun terakhir ini oleh penduduk Desa Hilimbowo bersama pemerintahannya. Inspirasi wisata itu datang dari Presiden Jokowi saat berkunjung ke Nias.

Di era 4 tahun Pemerintahan Jokowi itu, Desa Hilimbowo untuk pertama kalinya dapat menikmati jalan aspal. Dengan akses jalan yang mudah, maka terbukanya juga tempat wisata baru yang selama ini tersembunyi.




Saat ini, situasi di Desa Hilimbowo tidak lagi sunyi seperti sebelumnya. Desa itu setiap hari sudah hiruk-pikuk oleh kunjungan wisatawan lokal. Pada akhir pekan, ratusan pengunjung datang ke Bale-Bukit Zaitun untuk berselfi, camping dan menikmati panorama alam, rumah adat dan makanan khasnya.

Ke depan, desa ini bertekad menjadi salah satu desa terindah di dunia dengan ikon wisata Bale Bukit Zaitunnya. Untuk mewujudkan impian itu, saat ini penduduk Desa Hilimbowo terus berbenah dan menata diri. Dana desa dari Jokowi yang besarnya miliaran setiap tahun, akan diinvestasikan membangun sarana dan prasarana Bale Bukit Zaitun lebih lengkap.

Jadi, 4 tahun Jokowi, desa di Ujung Samudera Hindia yakni Desa Hilimbowo, menemukan mutiara tempat wisata spektakulernya yaitu wisata Bale Bukit Zaitun. #JokowiLagi.












2 thoughts on “Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI 4 TAHUN, DESA HILIMBOWO TEMUKAN WISATA BALE SPEKTAKULERNYA

  1. Membuka halaman baru kehidupan desa dengan menyemarakkan turisme inisiatif pemerintahan desa dan semua penduduknya. Kedatangan Jokowi menjadi pembuka pikiran bagi petugas pemerintahan desa. Ini bisa juga dicontoh oleh desa-desa Karo yang tidak kalah atraksi turisnya karena alamnya yang sudah tersedia. Tinggal menggerakkan pemerintahan desa dan Bupatinya harus ikut aktif, jangan sok asyik mewakilkan kepada bawahannya. Bupatilah yang perlu menunjukkan diri dan ambil inisiatif.
    Kalau tadi Jokowi hanya mewakilkan kepada bawahannya dalam semua turbanya . . . apa mungkin ada yang bergerak maju?

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.