Kolom M.U Ginting: KONTRADIKSI UTAMA BERUBAH

“Bagaimana mereka berpikir keras di jamannya dengan kesadaran nasionalisme tapi tetap mempertahankan tradisi suku,” tulis Edi Sembiring di kolomnya di SORA SIRULO.

Lihat di SINI.

 

Tepat sekali pernyataan itu. Jiwa atau semangat nasionalis tumbuh semakin besar ke seluruh Indonesia terutama setelah Sumpah Pemuda 1928. Semangat ini memang dimulai dan tumbuh di daerah-daerah, yang mulai melihat dan mengeritik kekejaman penjajah Belanda. Semangat menentang penjajahan ini bagi Orang Karo memang sangat nyata, terutama yang tinggal di daerah Deli dan Langkat, dimana tanah-tanah subur penduduk (Karo) diambil oleh Belanda dijadikan perkebunan tembakau dan karet, tetapi dikontrakkan oleh Sultan Deli Melayu.

Orang Karo tidak ditanya, tidak ikut berembuk, padahal tanah-tanah luas dan subur itu adalah tanah ulayat Suku Karo.




Daerah-daerah ini sudah lama didiami Orang Karo jauh sebelum Sultan-sultan atau Penjajah Belanda datang ke daerah ini. Perlawanan ini juga tertulis dalam sejarah Kemerdekaan (Perang Sunggal) disebut ‘Batak Oorlog’ oleh Belanda yang seharusnya adalah ‘Perang Karo’ menurut Dr Uli Kozok di akun FBnya.

– Dr. Uli Kozok
26 december 2014 •
Tadi ada yang bertanya: “Perang Sunggal (Batak Oorlog 1872-1895). Kenapa disebut Batak Oorlog […]. Mohon pencerahannya Prof.” Memang membingungkan “Batak Oorlog” atau “Perang Batak” ialah istilah yang diciptakan oleh orang Belanda. Kini biasanya kita namakan “Perang Sunggal”. Yang dimaksud dengan “Batak” ialah “Karo”. Jadi terjemahan yang lebih tepat daripada “Batak Oorlog” adalah “Perang Karo”.

Kontradiksi utama ketika itu adalah antara Nation Indonesia kontra Penjajah dari Belanda. Nation Indonesia diwakili dalam perlawanan konkret oleh daerah-daerah yang bikin perlawanan langsung sebagai akibat kekejaman langsung dari pihak penjajah itu sendiri. Seperti di Deli dan Langkat terhadap Suku Karo yang tanah ulayatnya dirampok dijadikan perkebunan oleh si penjajah.

Orang Karo adalah sebuah suku bangsa Indonesia yang punya tradisi dan kultur sudah sangat tua di Sumatra, lebih dari 7400 tahun menurut hasil penggalian arkeologi USU di dataran tinggi Gayo. Karo dan juga semua suku-suku bangsa lain dalam Nation Indonesia punya daerah dan kultur yang menjadi modal utama dalam perjuangannya melawan penjajahan. Kultur dan daerahnya itulah yang telah menjadi modal utama secara nasional, dan begitulah semua suku-suku bangsa Bhinneka Tunggal Ika nation Indonesia.




Suku Karo memang punya karakter spesifik dalam perjuangannya menentang penjajahan seperti ‘Perang Karo’ itu, salah satu perang perlawanan paling lama hampir seperempat abad (23 tahun).

Ketika era ‘progresif’ akhir abad lalu mendominasi dunia terutama di negeri-negeri berkembang seperti Indonesia tahun 1960an, simpati dan solidaritas daerah dan suku bangsa menjadi sasarannya. Ketika itu disebut juga ‘daerahisme’, sukuisme, atau primordialisme dsb. Ini terutama digiatkan oleh orang-orang progresif/komunis.

Sebuah perkampungan Karo di Langkat

Secara strategis jangka panjang, politik mengisolasi daerah dan kulturnya adalah politik besar NWO neolib global yang secara prinsip dan dasarnya adalah sangat menentang dan memusuhi nasionalisme. Di Indonesia sudah sangat jelas bahwa nasionalisme itu tidak bisa dipisahkan dari kultur dan daerahnya. Yang menjadi dasar perjuangan nasionalnya seperti daerah dan kultur Karo dalam melawan penjajahan itu. NWO bukanlah hanya teori, tetapi ada dalam kenyataan, dalam kehidupan sehari-hari seperti pecah belah yang tidak henti-hentinya dikobarkan terus di Indonesia.

Seperti pecah belah 1965 dan juga sekarang ini terutama dalam menjelang pesta demokrasi Pilpres 2019 ini. Soal kenyataan NWO ini bisa dilihat di youtube pidato Mahathir Mohamad dan Dr Chossudovsky dalam pertemuan/konferensi soal NWO 2015 di Kuala Lumpur. Bisa digoogle disini:

“THE NEW WORLD ORDER: A RECIPE FOR WAR or PEACE!”




Jelaslah sekarang bahwa NWO neolib internasional ini menjadi musuh utama kepentingan nasional bangsa-bangsa dunia. NWO dengan segala macam organisasinya terus mengacau dan memecah belah bangsa-bangsa dan rakyat dunia demi mencapai tyrani internasioan NWO.

Karena itu juga KONTRADIKSI UTAMA dunia telah berubah menjadi kontradiksi antara kedua kepentingan itu: KEPENTINGAN NASIONAL KONTRA KEPENTINGAN GLOBAL NWO. Ini berlaku dan terjadi di mana saja di semua negara dunia, bahkan termasuk di AS sendiri, dimana berlaku permusuhan utama antara deep state NWO kontra nasionalis Trump.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.