Kolom Nisa Alwis: KAMUFLASE

Banyak sekali kebengisan kelompok ISIS berbendera tauhid ini. Naudzubillah, sampai-sampai mereka sanggup menghukum yang tak sehaluan dengan digodok dalam didihan aspal, dipenggal, dilemparkan dari gedung tinggi, atau dibakar dalam kurungan besi. Sayangnya, di sini, seperti terjadi disorientasi. Orang masih saja ramai ingin Ganti Sistem jadi Khilafah. Dan, itu kumpulannya masuk bersimbiosis dalam kubu politik praktis.

Pandai mencitrakan narasi provokasi seakan pemerintah sekarang adalah anti Islam. Betapa sayangnya.

Dikatakan radikal tidak ada yang terima. Padahal indikasinya simpel saja. Apakah anda bercita-cita ganti Demokrasi Pancasila ini dengan khilafah? Jika iya, anda berpotensi dalam haluan radikal itu. Haluan yang konon berani mati, demi sebuah utopia. Impian kosong yang terlalu mahal harganya: Perang saudara.




Banyak yang di satu sisi sudah mengerti dan mengatakan ISIS bukan Islam sebenarnya, bentukan Barat. Kita bukan ISIS. Tapi di sisi lain mendukung khilafah. Bahkan HRS dalam orasinya terang-terangan menyatakan ISIS adalah sodara kita. Ini paradoks. Cukup pertahankan warisan kedamaian Nusantara ini. Kita sudah Khilafah, dalam pengertian paling membumi.

Khusus kepada para perempuan yang ikut-ikut demo dukung KHILAFAH, mengibarkan bendera tauhid yang di Arab Saudi dilarang keras itu, semoga semua BERFIKIR ULANG. Sebab, nanti perempuanlah yang akan pertama jadi korban sistem militan. Pupus semua harapan masa depan.

Apa yang telah terjadi dengan Taliban di Afghanistan adalah pelajaran. Kisah tentang Bibi muda, perempuan yang selamat dari kematian meski hidungnya terpotong tak karuan, itu hanya sekelumit dari jutaan kisah pilu akibat belenggu. Perempuan harus terkurung dalam cadar, dilarang sekolah, sebagian jadi budak perkosaan.

Tengok kesaksian serupa dari ratusan mujahid/ mujahidah yang pernah merelakan diri ikut berjuang ke Suriah. Seakan demi kemuliaan jihad fisabilillah, padahal sesungguhnya kamuflase belaka. Meninggalkan negeri thogut, katanya, Indonesia. Lalu mereka menyesal mengemis minta pulang ke asal.

Di sana, yang di depan mata, ternyata jauh dari cerita indah yang sampai pada mereka. Boro-boro berharap surga, berbaik pada sesama tetangga, ibadah saja tdk ada tenangnya. Cuma terlunta-lunta dalam kekacauan sambil menyaksikan kebengisan dan ancaman tiada tara.

#salamdamaiNKRI




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.