Kolom Asaaro Lahagu: JK SALAHKAN JOKOWI, MOELDOKO PASANG BADAN

Kata sontoloyo dan genderuwo yang dilontarkan oleh Jokowi membuat lawan mati kutu. Dua kata itu mengena ulu hati lawan. Begitu hebat kiasan dua kata itu membuat lawan Jokowi kebakaran jenggot. Bayangkan. Ketika Prabowo, Fadli Zon, Fahri Hamzah memfitnah, maka Jokowi tinggal mengatakan bahwa itu fitnah para sontoloyo. Sebagai contoh, Jokowi difitnah PKI, difitnah anti ulama, difitnah anti Islam, difitnah antek komunis, maka hanya satu kata sontoloyo, semuanya fitnah itu menjadi hangus seketika.

Sekarang, jika lawan memfitnahnya, Jokowi cukup mengucapkan satu kata sontoloyo. Lawanpun kemudian tak berkutik.

Istilah sontoloyo sangat tepat diarahkan kepada para politikus yang rakus kekuasaan, suka memfitnah, menuduh, suka mengarang, suka berhalunisasi, suka menyebar hoax dan suka berfiksi-ria. Kata sontoloyo berarti konyol, tidak beres, bodoh. Politikus sontoloyo adalah mereka-mereka yang yang konyol dan bodoh.




Kata genderuwo juga sangat tepat digunakan oleh Jokowi untuk membungkam lawan-lawannya. Prabowo yang terus menebar ketakutan, sangat cocok disebut genderuwo. Jokowi dengan cerdas memberi nama aksi tebar ketakutan Prabowo itu. Dengan jenius, Jokowi mengkomunikasi sebuah istilah jitu yakni memberi nama yang mudah diingat publik: politik genderuwo. Genderuwo adalah hantu raksasa yang suka menakut-nakuti orang.

Awas, Indonesia bubar 2030. Awas ada serbuan 10 juta TKI Cina. Awas negeri ini diambil-alih oleh asing. Waspadalah kebangkitan komunis. Bersiaplah bahaya krisis 1998 berulang. Waspada, kemaksiatan merajalela. Siagalah harga mahal, Indonesia miskin selamanya, tak ada pekerjaan dan 99% orang Indonesia hidup pas-pasan. Ini semua politik ketakutan alias politik genderuwo.

Jokowi memang pintar menemukan istilah yang sangat tepat. Ia mampu menjelaskan gagasan rumit dengan metaphor yang mudah dipahami oleh rakyat. Apa yang ditebar oleh Prabowo adalah sebuah politik genderuwo. Istilah genderuwo mudah diingat daripada menjelaskan panjang lebar politik ketakutan.

Ternyata dua kata itu cukup membuat lawan-lawan Jokowi kehabisan kamus untuk mengcounternya. Lawan Jokowi secara telak mati kamus. Tak perlu heran bila Kubu Prabowo hanya bisa menyerang balik dengan menggunakan istilah sontoloyo dan genderuwo itu sendiri. Termasuk puisi Fadli Zon. Sangat jelas, Kubu Prabowo tidak mampu menemukan kata lain yang tepat untuk menangkis kata sontoloyo dan genderuwo ala Jokowi itu.

Karena kesulitan membalas dua kata jitu itu, Kubu Prabowo akhirnya hanya bisa bermain pada tataran etiket. Kubu Prabowo mencoba memframing kata sontoloyo dan genderuwo itu sebagai kata yang tidak etis diucapkan oleh seorang presiden. Dua kata itu diiklankan sebagai kampanye negatif. Padahal lawan Jokowi lima kali lebih kasar menuduh dan memfitnah Jokowi dari berbagai lini.

Rupanya Jusuf Kala (JK), Wapres Jokowi, yang juga sebagai Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’aruf di Pilpres 2019 termakan playing victim dari Kubu Prabowo. JK menilai istilah politikus sontoloyo hingga genderuwo yang dilontarkan Presiden Jokow Widodo termasuk kampanye negatif. Kampanye negatif adalah kampanye yang mengungkap kesalahan-kesalahan lawan.




“Di mana-mana memang begitu. Itu kampanye negatif namanya, you salah, kita ungkap kesalahan. Karena itu jangan berbuat salah, ya salah bicara, salah tindak, macam-macam,” ujar JK di Kantor Wapres [Selasa 13/11] sebagaimana dikutip oleh Tribunnews.com.

Tentu saja reaksi JK yang menyalahkan Jokowi ini langsung ditanggapi oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Moledoko langsung membantah JK bahwa istilah yang digunakan oleh Jokowi itu tidak mengandung hal yang negatif. Muldoko pun mempertanyakan JK untuk menunjukkan di mana letak negatif dari pernyataan itu.

“Loh, kampanye negative, yang gak boleh namanya black campaign. Negatifnya di mana?” Ujar Moledoko di kediaman Ma’ruf, Jl. Situbondo, Jakarta Pusat [Rabu 14/11] seperti dikutip oleh berbagai media. Menurut Moeldoko, pernyataan Jokowi tersebut hanya bersifat spontan, sama sekali tidak direncanakan.

“Bukan bahasa yang direncanakan, itu bahasa spontan, jadi biasa saja,” ucap Moeldoko.

Moeldoko balik mengajari JK bahwa kampanye negatif itu justru lebih banyak dilakukan oleh kubu lawan.

“Oh iyalah semua ada feedback kalau kita ingin maju selalu begitu, ada feedback, move lagi dan seterusnya. Bahwasanya negatif campaign itu dimainkan sebelah (Kubu Prabowo),” jelas Moledoko.

Lalu, mengapa JK menyalahkan Jokowi soal dua kata sontoloyo dan genderuwo itu? Ada beberapa kemungkinan.

Pertama, JK termakan playing victim dari kubu Prabowo bahwa kata sontoloyo dan genderuwo adalah dua kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang Presiden. Karena itu, JK mengiyakan bahwa Jokowi telah melakukan kampanye negatif terhadap Kubu Prabowo.




Ke dua, JK mungkin setengah hati berada di Kubu Jokowi dan setengah hati berada di Kubu Prabowo. Ketika Jokowi difitnah Prabowo dengan hoax Ratna, JK termasuk orang yang adem-ayem saja. Ia tidak membela Jokowi atau menyerang balik Kubu Prabowo yang terbukti menyebarkan hoax. Ini berarti JK mencoba bermain dua kaki.

Ke tiga, JK mungkin merasa terpaksa berada di Kubu Jokowi. Namun, sebetulnya hatinya berada di Kubu Prabowo. Dia paham, jika Jokowi menang, maka kue lezat sudah pasti lepas dari genggamannya karena sudah tidak lagi menjadi Wapres.

Sementara jika berada di Kubu Prabowo sekarang, maka hal itu sangat terlihat aneh karena ia Wapres Jokowi. Apalagi JK mungkin sudah menghitung bahwa Prabowo sangat berpotensi kalah. Namun, ia mencoba netral atau sedikit menarik simpati Kubu Prabowo dengan asumsi siapa sangka Prabowo bisa menang. Jadi jika Prabowo menang, ia sangat mudah menyeberang karena di sana ada Sandiaga Uno yang didukungnya pada di Pilkada DKI 2017 lalu.

Politik tingkat tinggi ala JK ini tentu saja dipahami benar oleh Moeldoko. Maka, ketika JK menyalahkan Jokowi soal kampanye negatif itu, Moeldoko langsung pasang badan, mengajari JK dan bahkan mempertanyakan pernyataannya.

Jadi, ketika JK salahkan Jokowi, Moeldoko pasang badan. Begitulah kura-kura.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.