Balitbang Gelar Kajian Prevalensi Perokok di Kota Medan

SALMEN SEMBIRING. MEDAN — Merokok merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan dini yang dapat dicegah, dan masalah kesehatan masyarakat yang paling penting saat ini. Jumlah perokok mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya kesadaran akan bahaya rokok di negara maju, namun sebaliknya terjadi peningkatan jumlah perokok di negara berkembang.

Berkaitan dengan itu, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Medan menggelar kajian Survey Prevalensi Perokok di Kota Medan.

Hal ini disampaikan melalui kata sambutan Wali Kota Medan H. T. H.T Dzulmi Eldin S, M.Si., M.H diwakili Sekretaris Balitbang Kota Medan Drs Siti Maharani Hasibuan dalam acara Seminar Akhir Survei Prevelensi Perokok di Kota Medan di Hotel Grand Antares Jalan Sisingamangaraja Medan hari ini [Kamis 15/11].

Lebih lanjut dikatakan, Maharani, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi perokok aktif yang tinggi, menempati posisi no 5 di dunia dalam hal jumlah perokok terbanyak. Prevalensi perokok meningkat selama kurun waktu dari tahun 1995 – 2013 pada pria dan wanita di semua kelompok umur. Sementara itu banyak penyakit bersumber dari rokok.

“Berbagai penyakit yang disebabkan dengan kebiasaan merokok telah terdokumentasikan dengan baik. Penyakit tersebut yakni paru – paru, saluran pernafasan kronik, kardiovaskuler, ginjal, kanker tenggorokan, lambung, kandung kemih, mulut rahim dan sumsum tulang. Paparan asap rokok juga dapat menyebabkan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian mendadak pada bayi,” ujar Sekretaris Balitbang.

Masalah merokok, sambung Maharani, tidak hanya merugikan perokok aktif itu sendiri tetapi juga dapat merugikan perokok pasif. Perokok pasif merupakan orang – orang yang tidak terimbas langsung dari racun yang dikeluarkan rokok.

“Dari hasil temuan riset kesehatan dasar (2007) sekitar 85 persen perokok di Indonesia merokok di dalam rumah saat berada di sekitar keluarga dan anak – anak, dan juga merokok di lingkungan perkantoran yang merupakan kawasan bebas merokok yang diatur oleh perda Kota Medan. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya perokok pasif yang mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan rokok. Perokok pasif memiliki risiko infeksi pernafasan yang lebih tinggi seperti Pneumonia dan Bronkitis dibandaingkan anak – anak dari orang tua yang tidak merokok,” jelas Maharani.

Selanjutnya, dalam pemaparan yang disampaikan dr. Juanita, selaku tim peneliti dari Universitas Sumatera Utara (USU), menyimpulkan bahwa prevalensi merokok setiap harinya di Kota Medan lebih tinggi dari angka nasional tahun 2016. Prevalensi merokok setiap hari pada pria, tambah juanita, lebih rendah dari angka nasional, sedangkan pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional.

“Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan sikap responden tentang rokok serta bahaya merokok sudah baik, namun belum diikuti dengan perilaku sehat, yaitu untuk tidak merokok,” jelas dr. Juanita.

Kemudian Juanita juga mengatakan, penelitian ini melahirkan beberapa rekomendasi diantaranya Pemko Medan dan juga Dinas Kesehatan Kota Medan perlu meningkatkan sosialisasi bahaya rokok baik bagi kesehatan serta dampak ekonomi dan sosial bagi kehidupan kedepannya.

“Selain itu, Pemko Medan dan Dinas Kesehatan harus rutin melakukan edukasi kesehatan terutama pada remaja agar tidak mencoba untuk mulai merokok, serta perlu upaya promotif dan preventif,” tegas Juanita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.