SiruloTV: SUSAHNYA KINI JALAN MENUJU LAHAN MARUDIN GINTING

Laporan: Cipta G. Sembiring dari Pekanbaru

 

Hampir sebulan sudah lahan yang dikuasai dan diusahai oleh Marudin Ginting disorong (tanaman ditumbang dan lahan dibersihkan) oleh pihak yang diidentifikasi sebagai pelaksana proyek TOL Trans Sumatera Pekanbaru – Dumai. Namun, hingga kini Ginting, belum juga mendapat kejelasan apapun.

Demikian juga halnya dengan laporan yang telah dia sampaikan ke Polda Riau [Senin 22/10], belum mendapat konfirmasi sejauh mana tindak lanjutnya.




Ditemui oleh Sora Sirulo di kediamannya [Selasa 13/11] di Jl. Tengku Umar, Kelurahan Minas Jaya (Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Riau), Ginting mengaku masih menunggu informasi dari hasil laporannya sembari tentunya proses hukum lahannya yang sekarang sedang berada di Mahkamah Agung Republik Indonesia.

“Sampai sekarang belum juga ada informasinya. Tapi kita tunggu saja, begitu juga soal yang di MA,” Ujarnya.

Jalan ke kebun Marudin Ginting saat ini

Setelah gugatan terhadapnya oleh penggugat inisial “E” dikabulkan sebahagian oleh Pengadilan Negeri Siak Idrapura dan Pengadilan Tinggi Riau (tingkat banding), Ginting lalu mengajukan kasasi (naik banding) ke MA. Saat proses hukum masih berlangsung di MA, lahanya keburu dieksekusi tanpa pemberitahuan apapun.

Dalam kesempatan kali ini, Merudin Ginting yang juga dikenal dengan Ginting Minas, Ginting Kelambu, ataupun Pance ini kemudian mengajak Tim Sora Sirulo untuk melihat langsung kondisi lahannya terkini.

Di lapangan, Sora Sirulo menemukan akses menuju lahan Ginting cukup sulit untuk dilalui. Bukan hanya Ginting, warga dan pemilik lahan sekitar juga cukup kesulitan akibat pengerjaan proyek yang mengakibatkan jalan menjadi becek dan licin. Bahkan lahan yang dia beli dan kuasai dari Pak Jatu (seorang Kepala Suku Sakai) sejak tahun 1998, kini telah terbagi setidaknya dua bagian.

Kepada Sora Sirulo, Ginting mengaku sudah jarang ke kebun karena sulit. Bahkan saat Sora Sirulo mendatangi bagian yang lain dari lahanya itu, yang ditanaminya buah-buahan, cukup kesulitan untuk mencapainnya. Jalannya terjal, licin, dan harus memutar jauh. Padahal sebelumnya, lokasi ini dapat dengan mudah dituju, baik dengan berjalan kaki atau  dengan kendaraan sepeda motor maupun dengan mobil.

Sisa tanaman jengkol yang telah ditumbangi

Ini mengakibatkan tanaman buah-buhan miliknya pun menjadin semak dan kurang terawat. Juga tanaman seperti kelapa sawit dan jengkol yang telah ditumbang. Pemandangan yang cukup memprihatinkan.

“Jengkol ini biasa kita bawa ke Pekan Minas hari Jumaat untuk dijual. Sekarang, ya, tidak ada lagi. Sudah dibongkar semua. Tinggal buah-buahan yang kita bawa ke pekan,” terang Ginting tampak kecewa.

Marudin Ginting di gubuk ladangnya

Ini merupakan cobaan yang sangat sulit bagi Ginting. Lahanya yang selama ini dikuasai dan diusahainnya sedang sengketa dan masih dalam proses, namun sudah dieksekusi, membuat tanaman yang utamanya kelapa sawit dan jengkol ditumbang, menghilangkan salah satu dari sumber penghasilannya selama ini.

Namun demikian, Ginting mengaku dan berharap masalah yang menimpa lahannya segera tuntas dan secepat mungkin mendapat konpensasi. Ginting juga menjelaskan kalau dirinya tidak pernah menghalangi proyek ini, bahkan sangat mendukung. Namun karena ketidakjelasan atau eksekusi yang tanpa pemberitahuan dari peihak manapun, maka Ginting pun melakukan protes dan melaporkan masalah ini ke Polda Riau.




“Saya tidak menghalangi. Bahkan sangat mendukung program Pemerintah. Tapi ini kan lagi proses hukum di MA, tapi sudah dieksekusi. Anehnya lagi, sudah mau sebulan, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan apapun dari pihak manapun. Itu yang kita tidak suka,” terang Ginting.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.