Kolom Ganggas Yusmoro: MONUMEN NASIONAL YANG TAK SEPERTI DULU LAGI (Sirulo TV)

Monas. Monumen Nasional adalah kebanggaan Bangsa Indonesia. Monas yang digagas oleh Pemerintahan Soekarno diharapkan sebagai lambang kerja keras, lambang persatuan, lambang kesejahteraan dan lambang perjuangan yang menyala-nyala Bangsa Indonesia. Dengan ketinggian 132 meter, dan di ujung ketinggian terdapat emas bermotif menyala, serta bentuk bangunan yang berfilosofi “Lingga Yoni”.

Jika diuraikan, kehidupan adalah bagaikan siang dan malam, pria dan wanita serta kebaikan dan keburukan.

Ketika Gubernurnya seorang Ahok, pernah ada wacana agar Monas tidak digunakan untuk kepentingan demo. Apalagi untuk kepentingan politik. Saat itu, Ahok berusaha mencari alternatif agar Monas sebagai ikon Bangsa Indonesia terbebas dari politik kepentingan.

Namun, gagasan brilyan seorang Ahok tinggal cerita. Di Monas pula Ahok menjadi bulan- bulanan para orator. Dari Monas ini pula Ahok yang bekerja keras agar Etalase Indonesia lebih baik dihabisi tanpa ampun.

Jika sekarang ada yang mengatakan Monas kebanggaan seluruh Bangsa Indonesia, sepertinya terdengar ditelinga agak aneh. Terasa asing. Monas yang sekarang tidak seperti dulu lagi!

Sudah berjilid-jilid monas menjadi tempat berkumpulnya dari golongan yang mengaku paling beragama. Apakah setiap kali berkumpul berbicara agama? Justru Monas menjadi tempat mengumpat. Tempat mencaci maki. Tempat untuk menyampaikan kebencian. Tempat menyalurkan sahwat politik.

Lebih miris lagi, Monumen Nasional milik bangsa Indonesia menjadi tempat para pengasong agama dalam kancah politik. Ayat-ayat diobral. Suara takbir sudah penuh dengan aroma kebencian. Logika dan akal sehat dijungkirbalikkan hanya karena benci pada satu orang yang bernama Jokowi.




Entah sampai kapan Monas dikotori oleh jiwa-jiwa yang penuh dengan syahwat kekuasaan? Entah sampai kapan Monas menjadi ajang murahnya agama di kontestasi Pilkada atau Pilpres?. Entah sampai kapan Monas dikotori oleh orang-orangan yang mengaku beragama namun tidak membawa damai?

Harapan serta Kebanggaan yang diinginkan oleh Soekarno dan segenap pendahulu bangsa ini terhadap Monumen Nasional sepertinya semakin terkikis. Nilai historis Monas sepertinya sudah terpapar dan terkontaminasi kepentingan.

Bahkan yang lebih celaka lagi, ketika atribut eks HTI juga ikut dikibar-kibarkan di Monas, padahal HTI dengan khilafahnya ingin merongrong Pancasila, membuat Monas seperti kehilangan wibawa.

Ahh, Monas yang sekarang tidak seperti dulu lagi.







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.