Kolom Asaaro Lahagu: GAGAL PAHAM DAHNIL (Soal Insting Kuat Menang SBY Pada Pilpres 2019)

Asaaro LahaguJuru bicara kemenangan Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, memuji habis SBY. Menurut Dahnil, SBY amat yakin  atmosfir kemenangan Pilpres kali ini ada di pihak Prabowo-Sandi.

“Ini ada rahasia yang ingin saya ungkap. Pak SBY ngomong beliau sudah ikut Pilpres 2 kali, beliau tahu persis atmosfer kemenangan itu seperti apa. Pak SBY bilang ‘Atmosfer kemenangan ada di Prabowo-Sandi’ begitu beliau bilangnya saat bertemu Prabowo beberapa waktu lalu,” kata Dahnil kepada awak pers [Senin 31/12/2018].

Dalam kiprah kemiliteran, lanjut Dahnil, tak ada yang meragukan strategi atau pun prediksi SBY sebagai jenderal TNI. Karenanya, saat SBY sudah mengendus aroma kemenangan Prabowo di Pilpres 2019, maka diyakini akan terwujud.

Bukan tanpa alasan Pak SBY menyatakan hal tersebut, sudah 2 kali Pak SBY memenangkan Pilpres secara langsung, di Indonesia itu tak ada yang bisa menang begitu, baru Pak SBY,” yakin Dahnil.

dahnil 1

Dahnil melanjutkan, tanda kemenangan Prabowo dan Sandiaga terlihat jelas saat pasangan ini turun langsung ke masyarakat. Animo rakyat kepada kedua tokoh diklaim begitu besar, secara sukarela dan bukan karena Sembako atau sebagainya.

Seberapa kuat insting SBY sebagaimana dibeberkan oleh Dahnil Simanjuntak tersebut? Mari kita ulas dengan hati riang gembira.

Adalah fakta bahwa satu-satunya Presiden yang bisa menjabat selama 2 Periode pasca lengsernya Soeharto, barulah Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden Habibie hanya melanjutkan pemerintahan Soeharto. Presiden Gus Dur hanya 2 tahun berkuasa dan dilengserkan. Sementara Megawati hanya melanjutkan pemerintahan Gus Dur.

Kesuksesan SBY menjadi Presiden 2 periode patut diperhitungkan. Track record itu sangat bagus untuk seorang Presiden. Dengan pengalaman itu, SBY tentunya patut diperhitungkan di kancah Politik Indonesia pada Pilpres 2019.

Namun, kesuksesan SBY menang 2 periode itu harus dibayar mahal oleh rakyat Indonesia karena SBY hanya mementingkan kelangengan kekuasaannya. Saat Indonesia ditinggal oleh SBY pada tahun 2014 lalu, negara ini terlihat sangat sekarat. Pembangunan infrastruktur berjalan di tempat, harga-harga kebutuhan pangan naik dan dimainkan para mafia.

dahnil anzar 2

Subsidi BBM hampir menyentuh angka Rp 300 Triliun, sangat memberatkan keuangan negara. Kebutuhan BBM semakin meningkat sementara para mafia Migas setiap hari berpesta pora mengeruk keuntungan ratusan miliar rupiah.

Demi citranya dan mau lengser tanpa kegaduhan, SBY selalu menambah utang untuk menambal defisit APBN. Ini cara edan, masyarakat diajari konsumtif, tanpa berpikir produktif. Mereka diajari bak orang kaya, menambah hutang baru terus-menerus hanya demi mempertahankan gaya hidup.

Alhasil, hutang kita semakin membesar, menggurita dan menyeramkan. Dan semua utang itu adalah utang konsumtif. Namun SBY tak mau ambil pusing bahwa hutang itu kelak akan berdampak dahsyat. “Pokoknya di zaman saya, rakyat aman, dininabobokan dan citra saya tetap terjaga,” begitulah pikiran SBY.

Lalu, selama 10 tahun berkuasa ia berdamai dengan para mafia, para preman berdasi, para pengkhianat bangsa yang terus menumpuk kekayaan. Para penumpang gelap membangun jalan-jalan tikus pengerukan kekayaan negara di mana-mana.

Mereka membangun kemaharajaan mafia yang kuat, berakar dan bertahan hingga seratus tahun. Mereka akan berkamuflase, tidak terlihat dan berlindung atas nama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

mafia 6

Lalu, HTI bersama Ormas lain yang didukung oleh PKS semakin menyusup, merayap, berakar di kampus-kampus untuk membangun cikal bakal negara khilafah. Ormas-ormas garis keras dibiarkan tumbuh-berkembang bersama mafia minyak, sapi, pangan, bola dan seterusnya tanpa diganggu.

Alhasil selama 5 tahun pertama memerintah, SBY cukup bernyanyi-ria, menelurkan album tanpa ada goyangan keras menghantamnya. Ia membiarkan negara auto pilot.

Saat bertarung pada periode ke duanya, ia berulang kali mengatakan bahwa nantinya ia terjun langsung ke lapangan untuk memberantas korupsi. Nyatanya, semasa pemerintahannya, banyak kader partai dan menterinya di kabinet tersandung kasus korupsi, padahal jargon politiknya, “Katakan Tidak Pada Korupsi.” Hambalang adalah prasasti korupsi di era SBY.

Benar SBY bisa melenggang 2 periode, namun pendekatan seribu kawan nol musuh. Konsekwensinya seperti yang dikatakan di atas. Negara auto pilot.

pembalap cewek

Setahun menjelang Pilpres 2019, SBY terlihat cukup ragu apakah ia bergabung dengan Jokowi, bergabung dengan Prabowo atau menyusun kekuatan sendiri. Di sini insting SBY sudah tumpul. Apalagi sebelumnya instingnya ternyata terbukti tumpul.

Instingnya dapat mengorbitkan puteranya Agus sebagai Cawapres Prabowo gagal total. Sandiaga Uno menyalib di tengah jalan. Itulah sebabnya pada awal berkoalisi dengan Prabowo, SBY dan Demokrat terkesan mencari aman, tidaklah terlihat sepenuh hati.

Ada kesan fokus mengamankan partai di Pemilu Legislatif, karena banyak kader yang lebih memilih untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf, ketimbang Prabowo-Sandi.

Namun, tiba-tiba pasca perusakan spanduk dan baliho SBY di Riau, ia tiba-tiba merapat ke Prabowo. Merapatnya SBY ini kembali ke Kubu Prabowo inilah yang dibaca Dahnil sebagai insting menang SBY. Inilah yang saya maksud gagal pahamnya Dahnil.

baliho demokrat 1

Memang SBY tiba-tiba berbalik merapat kepada Prabowo. Sebelumnya ia terkesan setengah hati. Namun, kini ia terlihat all-out memenangkan Prabowo. Perubahan inilah yang dibaca sebagai insting politik SBY yang mulai mencium kemenangan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019.

Padahal, penyebab bertemunya SBY-Prabowo karena dipicu oleh perusakan spanduk dan Baliho Demokrat di Riau. Karena SBY ingin berngelesria bersama Prabowo.

Jika Dahnil mengatakan bahwa insting SBY mengatakan atmosfir kemenangan ada di pihak Prabowo-Sandi, sah-sah saja. Namun, jangan lupa 3 hal. Pasca lengser dari kursi Presiden, sudah 3 kali insting SBY gagal alias tumpul.

Pertama, instingnya bahwa akan melejitnya puteranya Agus sampai rela pensiun dari ketentaraan demi menjadi Gubernur DKI Jakarta, gagal total.

Ke dua, instingnya bahwa puteranya Agus akan menjadi Cawapres Jokowi atau Prabowo pada Pilpres 2019, gagal total.

https://www.youtube.com/watch?v=5-_HwkOhBzc

Ke tiga, instingnya bahwa ia mampu memunculkan poros tengah dan memecah kubu Jokowi-Prabowo, juga gagal total.

Kesimpulannya, insting menang SBY pada awal-awal Pilpres dan Pilkada langsung memang tajam. Ia seperti Mounrinho yang mempunyai taktik mematikan di sepak bola. Namun, sebagaimana Mounrinho yang taktiknya akhirnya menjadi jadul dan instingnya sudah tumpul, begitu juga SBY.

Kelihatannya insting menang SBY pada Pilpres 2019 sebagaimana dikatakan Dahnil sudah tumpul, tidak lebih untuk menghibur diri dan hanya sekedar psy war. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.