Kolom Andi Safiah: VALIDITAS SEBUAH ASUMSI

Betulkah hanya binatang manusia yang bermoral, sementara binatang lain tidak? Silahkan bagi mereka yang tertarik untuk membicarakan topik sederhana dan sangat kompleks menembus batas-batas kebinatangan, kata lain dari kemanusiaan.

Kata pengantar, dulu dan hingga sekarang, soal moralitas biasanya selalu terkait dengan agama.

Dalam kesadaran sederhana manusia, agama selalu dijadikan patokan bahwa seseorang dinilai bermoral atau tidak. Misalkan ketika kita menyaksikan seseorang rajin nongkrong di masjid, maka secara otomatis akan lahir sebuah penilaiaannya bahwa orang tersebut bisa dikatakan bermoral baik, atau paling sedikit dicap sebagai manusia yang taat.

Tapi, benarkah peniliaan tersebut valid, atau sekedar asumsi rapuh yang belum tentu benar?

Sementara di sisi lain ada sebuah pendekatan yang sedikit lebih akurat untuk membuat sebuah peniliaan moral yang akurat. Misalkan meminjam pendekatan Neuroscience. Pendekatan ini langsung menguji aktivitas-aktivitas neuron dalam otak manusia. Watak manusia bisa diteliti dengan pendekatan Neurosains. Begitupun gejala-gejala mental hingga pada perilaku manusia.

Lewat pendekatan Neurosains, kita bisa menguji apakah kebaikan dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia dibangun di atas motivasi-motivasi tertentu ataukah secara spontan terjadi karena aktivitas neuron?

#Itusaja!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.