Kolom Asaaro Lahagu: GARA-GARA JOKOWI, LOGIKA JADI DUNGU (Sirulo TV)

Gara-gara Jokowi, logika Ahmad Dhani menciut. Ia yang tersandung hukum, ia yang salah, ia yang mengumbar kebencian di sosial media, tetapi yang disalahkan Jokowi. Katanya ia dikriminalisasi. Ia ditahan secara politik. Apa hubungan Jokowi dengan kesalahan pelanggaran hukum Ahmad Dhani?

Gara-gara Jokowi, logika Fadli Zon menjadi mengerut.

Ia yang membuat puisi dan menghina KH Maimun Zubair, yang disalahkan Jokowi. Para Santri yang marah dan mendemonya, yang disalahkan Jokowi. Kata Fadli Zon, ia tahu siapa di belakang para Santri yang mendemonya dan malah menantang untuk tidak meminta maaf. Apa hubungan penghinaan Mbah Moen dengan Jokowi?

Gara-gara Jokowi, logika Amin Rais juga berkarat. Anak kesayangannya Slamet Ma’arif, Ketua PA 212, diperiksa karena pelanggaran Pemilu. Slamet pun dijadikan tersangka oleh polisi. Namun yang disalahkan Jokowi. Kata Amin Rais: “Saya ingatkan Pak Jokowi. Pak Jokowi, apa sih maumu Jokowi?” Slamet yang bersalah, yang disalahkan Jokowi. Apa hubungan pelanggaran hukum Slamet Ma’arif dengan Jokowi?

Gara-gara Jokowi, logika Buni Yani juga menjadi kusut. Ia yang terbukti memotong video pidato Ahok, dihukum pengadilan tetapi yang disalahkan Jokowi. Ia mencoba menggerakan kembali demo berjilid-jilid namun gagal. Katanya ia dikriminalisasi oleh rezim ini, rezim Jokowi. Apa hubungan kesalahan Buni Yani dengan Jokowi?

https://www.youtube.com/watch?v=e7PfxSC6jlc

Gara-gara Jokowi logika Dahnil Anzar menjadi bengkok. Ia yang menikmati dana Bansos Kemenpora saat menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah, dan diduga menggelembungkan laporan pemakaian dana Bansos itu, tetapi yang disalahkan Jokowi. Dahnil mengatakan, di rezim ini, hukum tajam ke lawan, tumpul ke kawan. Lagi-lagi Jokowi yang disalahkan. Apa hubungan penggelapan dana Bansos Dahnil dengan Jokowi?

Gara-gara Jokowi, logika Rocky Gerung menjadi dungu. Ia mengatakan logika petahana telah menjadi dungu. Petahana mengira Rocky Gerung yang menjadi oposisi bagi dirinya sendiri, juga mendukung Prabowo. Dan karena itu ia diperiksa terkait ucapannya bahwa kitab suci fiksi. Apa hubungan kepongahan Rocky Gerung yang menyebut kitab suci fiksi dengan Jokowi?

Jika dilihat ke belakang, banyak sekali logika yang menjadi dungu.

Gara- gara Jokowi, logika lawan Jokowi menjadi dungu. Demi menakut-nakuti rakyat, Prabowo terpaksa mengutip novel fiksi bahwa Indonesia akan bubar Tahun 2030, Indonesia punah, 99% rakyat hidup pas-pasan, Haiti ada di Afrika, Jawa Tengah lebih besar dari Malaysia, 25% anggaran bocor.

Logika pun menjadi dungu saat kasus bonyoknya wajah Ratna belum diselidiki oleh polisi, Prabowo sudah grasa-grusu membuat konferensi pers bahwa Ratna telah dianiaya. Logika Andi Arif dan Tengku Zulkarnaen tak kalah ngawurnya. Berita hoax 7 kontainer surat suara sudah dicoblos di Tanjung Priok dan belum diverifikasi, ikut juga disebarkan.

Gara-gara Jokowi, logika para pengkhayal semakin menjadi dungu. Jokowi yang saat terjadinya pemberontakan PKI masih Balita, dibilang pendukung DN Aidit. Jokowi pun difitnah dan dicap PKI. Hebatnya, banyak orang yang logikanya dungu mempercayai Jokowi sebagai PKI.

Gara-gara Jokowi, logika yang katanya si Bapak Reformasi menjadi dungu juga. Pembagian jutaan sertifikat tanah secara gratis kepada masyarakat dianggapnya sebagai sebuah pengibulan. Partainya yang dihuni oleh para koruptor, penyuka pustun, dianggap Partai Allah. Sementara partai lain yang memperjuangkan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, dianggap Partai Setan.

Gara-gara Jokowi, logika terus jadi dungu. Jokowi yang Islam, diakui dunia sebagai salah seorang tokoh Muslim berpengaruh dan memilih ulama sebagai Cawapresnya, dianggap anti Islam, anti ulama. Apapun yang berkaitan dengan kebijakan yang menyentuh umat Islam, dijadikan pembenaran bahwa Jokowi anti Islam.

Ketika oknum ulama yang berbuat kriminal diproses hukum, malah dianggap dikriminalisasi. Kini, partai-partai lawan politik Jokowi tidak lagi bicara tentang ideologi Pancasila, tidak lagi bicara tentang kebhinnekaan, tetapi terus menjual SARA.

Gara-gara Jokowi, logika menjadi dungu. Tempat ibadah yang seharusnya tempat memperkaya khasanah iman, membawa kesejukan, kini menjadi tempat berpolitik. Spanduk-spanduk dan kampanye ganti presiden bertebaran di tempat-tempat ibadah. Jokowi yang bersih, tak korup, pekerja keras, sederhana dan merakyat ingin diganti dengan seorang tukang culik, cuma pintar berteori, pesimistis dan telanjang dada.

Gara-gara Jokowi, Logika Fadli Zon ikut terkilir. Saat Prabowo membuka baju dan menari-nari sambil digotong badannya dan menjadi bahan ejekan publik, Fadli menantang Jokowi agar membuka juga bajunya dan adu dada, adu puting susu dengan Prabowo.

Gara-gara Jokowi, logika Fahri Hamzah terus terkontaminasi zat kimia. Ketika Jokowi hingga saat ini masih belum mau mengucurkan dana pembangunan gedung DPR, Fahri mendoakan Gedung Nusantara 1 agar roboh.

Sumber foto: https://www.imgrum.pw/tag/dipokersen

Gara-gara Jokowi, logika memang terus dungu. Hujan hoax, fitnah, hinaan terus merajalela di sosial media dan di dunia nyata. Hal itu membuat hiruk-piruk dunia perpolitikan di Tanah Air luar biasa gaduh. Jokowi yang memang terus menghabisi para mafia, koruptor dan para pengkhianat bangsa dan negara membuat banyak orang tak menyukainya. Mereka kemudian menyerang balik dengan segala macam alasan dungu.

Nah, jika Jokowi menang lagi, apa jadinya logika lawan-lawannya? Menjadi anak mami.

Lagu klasik Suku Karo (Sumatera Utara) saat merindukan Kemerdekaan RI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.