Kolom Eko Kuntadhi: SANDIWARA UNO, POHON BAWANG TUMBUH DI HIDUNG

Rakyat Indonesia memang hobi nonton sinetron. Makanya Cawapres Sandiaga Uno mendekati rakyat dengan aksi model sinetron. Sandi adalah tokoh yang berhasil mencampuradukkan politik dengan fiksi. Dengan cara yang paling telanjang. Mungkin Sandi hobi baca majalah Hidayah atau nonton sinetron Ajab. Dia meyakini bangsa ini tingkat kebodohannya sempurna.

Setingkat penonton Ajab atau pembaca Hidayah. Makanya gampang ditipu.

Sandi yakin rakyat yang mau didekati sejenis orang yang percaya, ‘Akibat Suka Rayakan Valentine, Jenazah ABG Berwarna Pink.’ Atau, ‘Akibat Gak Mau Sholat Jumat, Jenazah Seorang Lelaki Jadi Tembem.’ Nah, rakyat sejenis itulah yang mau didekati Sandi. Mudah ditipu. Dibobongi.

Ketika debat Pilgub Jakarta, Sandi berhasil membawa tokoh-tokoh fiktif seperti Bi Narti atau Yu Sum dalam perdebatan. Entah siapa tokoh itu. Gak ada yang bisa membuktikan keberadaanya.

Dari tokoh fiksi semacam Bi Narti atau Yu Sum itulah, Sandi memperkenalkan OK-OCE. Karena dasarnya fiksi, hasilnya juga fiksi. Gerai OK-OCE banyak yang bangkrut. Program gak jalan. Pengusaha kecil merasa dibobongi. Boro-boro dibantu modal.

Ketika debat Capres kemarin Sandi membawa lagi tokoh fiktif bernama Najib. Kabarnya nelayan di Karawang. Tokohnya gak ada. Bahkan ada seorang nelayan Karawang bernama Najib yang mengadukan kebohongan Sandi ke polisi.

Sebelumnya dia juga menciptakan tokoh Bu Lia. Ibu rumahtangga terboros senusantara. Bayangkan, duit Rp100 ribu cuma cukup buat beli cabe sama bawang. Kalau Bu Lia meninggal, mungkin akan jadi judul Majalah Hidayah. ‘Akibat Sering Menilep Duit Belanja, Jenazah Bu Lia Dimakamkam Bersama Celengan Babi.’

Sekalinya Sandi beneran bertemu masyarakat, masih juga ketahuan bohongnya. Seorang ibu nangis-nangis minta foto sama Sandi, maksudnya meniru ibu-ibu yang histeris ketika bertemu Jokowi.

Eh, ketahuan ternyata yang akting nangis itu Caleg PAN. Tim pemenangan Sandi juga. Gak usah nangis segala, wong dia sering selfa-salfie sama Sandi.

Ketika meninjau korban banjir di Sulawesi, Sandi ngobrol dengan lelaki berlumuran lumpur. Gak tahunya badan belakang lelaki itu bersih. Lumpur cuma dilumuri di bagian depan.

Terakhir, ketika bicara dengan petani bawang Brebes. Ada petani yang nangis Bombay. Padahal dia katanya petani bawang merah, bukan bawang bombay. Nyatanya lelaki itu adalah kader Gerindra. Mantan KPU Brebes. Dan anggota aktif pemenangan Sandi.

Jadi, rakyat asli memang gak pernah bersentuhan dengan Sandi. Dia sangat hobi bersentuhan dengan rakyat yang penuh muslihat dan tipu daya. Makanya jangan kaget kalau orang menyebutnya Sandiwara Uno. Maksudnya orang yang suka bersandiwara. Nipu. Gak tulus.

Dialah, Mien Uno, emaknya Sandi malah mau menuntut rakyat yang menjuluki Sandiawra Uno. Aneh. Mau jadi Cawapres kok bawa-bawa emak. Bener-bener gak asyik.

“Mas, udah baca majalah Hidayah yang baru?”

“Belum. Judulnya apa Kum?”

“Akibat Suka Berbohong, Kepala Jenazah Tumbuh Pohon Bawang…”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.