Kolom Boen Syafi’i: KAMI TAK PERNAH SEBUT DIRI PATRIOT DAN NASIONALIS (Bisikan Tulang-tulang Berserakan) (Sirulo TV)

Boen Syafi’i

Aku, ya, aku dan ribuan aku-aku yang lain. Baik yang saat ini masih hidup ataupun yang sudah menghadapNya. Sedikitpun tidak pernah membusungkan dada dengan berkata: “Akulah patriot serta nasionalis bangsa ini.” Tidak pernah. Sedikitpun kami tidak berharap pamrih untuk mengorbankan darah dan nyawa kami kepada bangsa ini. Kepada kemerdekaan negeri ini.

Pun kami, tidak berharap agar negara yang sudah kami bela ini memberikan jasa-jasa, terlebih tanah yang berhektar-hektar luasnya.

Tidak! Kami bukanlah manusia yang serakah. Meski sekarang hidup kami sangatlah sederhana, kami puas dan kami lega, bahwa negara ini sudah merdeka dari cengkraman bangsa lainnya. Kecintaan kami teramat besar terhadap negeri ini.

Kami kesampingkan agama, ras, suku, maupun golongan hanya demi satu tujuan, yakni Indonesia Merdeka dan anak cucu kami bisa mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan bebas dan leluasa.

Kami tidak pernah menyebut diri patriot dan nasionalis. Karena kami tahu, apalah arti sebuah julukan dibandingkan tegaknya nama Indonesia serta keceriaan yang kalian punya.

https://www.youtube.com/watch?v=–gEzuPoxLA

Kami tidak pernah menyebut sebagai patriot dan nasionalis karena sebuah ketulusan dan cinta tidak akan pernah mengharap pamrih dan balas jasa. Kami tidak pernah menyebut diri seorang patriot dan nasionalis, meski di luar sana banyak yang menyebut kami demikian adanya.

NKRI Harga Mati.

Salam Jemblem..

Perang Sunggal, Sebuah Kesaksian Mata  Kisah bersambung ini dituliskan dari sisi mata seorang tentara Kolonial Belanda yang didatangkan dari Riouw (Riau) ke Deli (Medan) untuk menghadapi gejolak yang terjadi. Orang-orang Karo di Sunggal bersama pemimpinnya menolak tanah-tanahnya direbut oleh Kesultanan Deli dan Langkat, dimana kedua kesultanan ini meminta bantuan tentara Kolonial Belanda yang juga punya kepentingan untuk perluasan areal perkebunan milik orang-orang Eropah. Masyarakat Karo di Urung Serbanyaman (Sunggal) melawan dengan membakar bangsa-bangsal tembakau. Perlawanan ini dipimpin oleh Datuk Surbakti dari Urung Serbanyaman dibantu dengan pasukan dari Dataran Tinggi Karo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.