Kolom Asaaro Lahagu: ANALISA KENAPA PRABOWO UMUMKAN 3 KALI MENANG — Masuk Jebakan?

Dalam tempo 3 x 12 jam, Prabowo 3 kali mengumumkan kemenangannya. Sangat jelas ia sangat mudah dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya. Pada pengumuman pertama, informasi tentang kemenangannya mengalir deras di telinganya.

Para pembisik di sekelilingnya mengatakan Prabowo menang berdasarkan exit poll sebesar 55%.

Mereka juga mengatakan jangan percaya hasil quick count karena bla…bla…bla. Prabowo yang sudah berumur, terbukti dan meyakinkan mudah terpengaruh.

Pada pengumuman ke dua, ia lagi-lagi dipasok berita baru. Terbukti saat memberikan pengumuman, ia membukanya dengan kata update terbaru hasil real count. Dari real count yang sudah masuk, para pembisik menyimpulkan Prabowo menang 62%. Lagi-lagi Prabowo begitu mudah dipengaruhi.

Metode real count internal Prabowo itu sangat debatable. Publik tak diberitahu metodologinya, alurnya dan mengapa begitu cepat. Dalam waktu beberapa jam, lebih 300 ratus ribu TPS sudah mampu melaporkan hasil real count di lapangan. Pukul 20.25 Prabowo mengklaim suara dari TPS yang masuk sudah 40%.

Semudah itukah kelancaran datanya ditabulasi nasional BPN? Sudahkah diverifikasi secara valid dan reliable data yang masuk? Kemudian, sudah proposional di seluruh daerah di seluruh provinsi? Apakah ada laporan yang tidak valid? Ada laporan mark up suara? Jadi, klaim real count ala Prabowo itu sangat debatable.

Pada pengumuman 2 kali klaim kemenangannya, para pembisik baru sadar ada yang kurang. Cawapresnya Sandi tidak hadir. Munculah rumor deras bahwa Prabowo telah memaki dan mengusir Sandiaga yang tidak mau tergesa-gesa merespon hasil quick count.

Lagi-lagi para pembisik mengatakan Prabowo harus melakukan konferensi pers ke tiga. Sandiaga pun dilobi habis-habisan agar mau berdiri di samping Prabowo. Kalau tidak kursi Wagub DKI akan lepas. Sandiagapun tunduk dan menemani Prabowo pada konferensi pers yang ke tiga.

Prabowo pun mengumumkan keterpilihannya sebagai Presiden dengan kemenangan 62% berdasarkan real count yang sudah masuk 60% dan hasilnya ia menang 62%.

Apa yang sebenarnya yang terjadi dengan Prabowo? Mengapa ia sesumbar sudah terpilih menjadi Presiden Indonesia?

Soal kemenangan pada Pilpres 2019 ini, saya yakin mustahil Prabowo menang. Hasil quick count lembaga survei kredibel termasuk Kompas tak akan berbeda jauh dengan hasil rekapitulasi KPU nantinya. Dan orang-orang di sekitarnyapun paham hal itu.

Lalu, mengapa Prabowo ngotot mengklaim menang? Benarkah ia sudah masuk dalam jebakan orang-orang radikal? Atau adakah alasan lain?

Pertama, sangat mungkin saat ini Prabowo sedang dijebak dan ditunggangi oleh mereka yang tidak bisa menerima kekalahan. Kita sudah tahu sebelumnya bahwa pada Pilpres kali ini adalah hidup-matinya kaum radikal. Jadi, kalau tidak menang, lebih baik hancur.

Kaum radikal itu yang beberapa kali terlihat bersama Prabowo ingin menjebak Prabowo untuk melakukan people power. Dalam sebuah video Egi Sudjana sudah mengobarkan aksi people power. Apa tujuan people power?

Pertama, ingin memaksakan Prabowo sebagai Presiden. Ya, Presiden tandingan. Nantinya Rakyat Indonesia dibelah. Yang mana pro Prabowo dan yang mana anti Prabowo. Kekerasan pun tak bisa dielakkan. Dan Prabowo terlihat masuk dalam jebakan ini.

Ke dua, ingin menggagalkan Jokowi dilantik pada periode ke dua. Dengan adanya people power, yang artinya para pendukung Prabowo turun ke jalan-jalan, mereka terus-menerus berdemo dan menciptakan instabilitas di seluruh pelosok negeri. Alasan people power adalah alibi bahwa Pilpres diwarnai kecurangan.

Ke tiga, memaksakan Pemilu ulang. Dengan situasi genting dan keadaan chaos, maka KPU dipaksa melakukan Pemilu ulang. Masyarakat yang sudah dihantui oleh ketakutan, akhirnya banyak yang Golput, tidak mau memilih lagi atau kabur ke luar negeri. Sementara pemilih Prabowo tetap militan dan dengan mudah memenangi Pemilu ulang.

Pertanyaannya, semudah itukah alasan adanya people power? Saat ini kesolidan antara TNI dan Polri sangat luar biasa. Dalam Pemilu kemarin, ada gangguan sedikit saja di TPS, aparat langsung bergerak. Saya ambil contoh di area apartemen Mediterania, Jakarta Barat. Saat pencoblosan, sekelompok orang berbaju FPI mendatangi TPS. Namun, tak berapa lama, mereka langsung dihadang oleh aparat.

Bukan hanya itu, aksi seorang pemuda yang memutar lagu Indonesia Raya sambil menurunkan foto Jokowipun orangnya sudah langsung dicokok aparat. Demikian juga pemuda yang berteriak-teriak people power di jalan raya, kini sudah langsung diciduk.

Pertanyaannya, adakah tembakan Prabowo lain kenapa ia sampai 3 kali mengumumkan klaim kemenangannya dan rela menahan malu?

Dalam analisa saya sebagai warga biasa, Prabowo sedang menekan Jokowi. Ia sedang menaikkan daya tawarnya di hadapan Jokowi dan para elit partai pendukungnya. Dengan perlawanan tanpa kenal lelah walaupun memalukan, Prabowo sedang menekan Jokowi agar mau duduk di meja perundingan. Kira-kira begitu tembakannya. Ada beberapa peluru yang ingin ditembakkan Prabowo.

Pertama, memaksa Jokowi secepat mungkin menemui Prabowo. Dalam pertemuan itu nantinya Prabowo mengajukan beberapa proposal damai. Sangat mungkin Prabowo meminta salah satu jatah Ketua DPR, Ketua MPR atau Wakil Ketua DPR.

Prabowo juga akan mengajukan syarat perdamaian yakni meminta Jokowi untuk mengintervensi hukum agar ia membebaskan para ulama yang berbuat kriminal dan bersedia memulangkan Rizieq ke Tanah Air tanpa gangguan demi menebus rasa malunya.

Pun dalam proporsal itu Prabowo meminta Jokowi agar menghentikan proses hukum kepada para pendukungnya yang telah berbuat hoax seperti Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani dan seterusnya.

Ke dua, Jokowi diminta agar merangkul kembali Ormas-ormas radikal yang selama ini berjuang bersamanya dan memberi ruang gerak kepada mereka untuk berekspresi tanpa gangguan.

Ke tiga, bisa juga Prabowo meminta kepada Jokowi sebuah jaminan untuk mencari jalan keluar soal utang-utangnya selama perhelatan Pilpres dan tidak lagi mengungkit-ngungkit lahan ratusan ribu hektarnya ke depan.

Ke empat, bisa juga Prabowo meminta kepada Jokowi agar mau memasukan elit-elit Gerindra dalam kabinetnya. Tujuannya agar bersama-sama membangun bangsa. Tujuan jangka panjangnya adalah kepentingan Pilpres 2024.

Tanda-tanda Jokowi mau berunding dengan Prabowo sudah ada. Jokowi sendiri sudah mengirim utusannya untuk bertemu dengan Prabowo. Pun dengan Amien Rais, Jokowi sudah membuka ruang untuk bertemu. Mampukah Jokowi dan Prabowo mencapai win-win solution? Mari kita tunggu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.