Kolom Seriulina Karo Sekali: SWEEPING

Sejak kapan sebenarnya warung makan disweeping saat bulan Ramadhan? Sewaktu kecil, saya sering dibawa orangtua ke Kota Medan, karena kebetulan bibi tua (saudari ayah) dan bebarapa saudara ayah adalah muslim. Ketika Bulan Puasa pun kami ke Medan, seingatku tidak ada yang tutup-tutup. Begitu juga ketika di rumah bibi.

Walau mereka berpuasa, mereka tetap menyediakan makan siang buat kami. Tidak ada masalah. Mana mungkin kami dipaksa puasa juga. Ya, gaklah.

Begitu juga di tahun 1990 saya melanjutkan sekolah ke Medan. Masih ingat betul, mau Bulan Ramadhan atau tidak, tetap kita bisa beli makan di siang hari. Pengalaman saya langsung, ketika tinggal kost di daerah Kampung Keling, saya tinggal di rumah pasangan suami istri yang punya seorang anak. Suami Melayu dan istrinya Padang.

https://www.facebook.com/hanum.syarifah.3/videos/10205982467036098/

Setiap hari jual sarapan pagi. Saya masih ingat betul, di saat bulan puasa dia tetap jual sarapan. Dan tetap menyediakan sarapan pagi saya, karena kebetulan saya juga bayar makan sama dia. Saat itu juga, tidak pernah ada saya dengar larangan untuk jualan.

Mengapa sekarang tahun-tahun belakangan ini malah ribut sweeping? Kalau memang peduli dengan keadaan akhlak negara ini, kenapa tidak sweeping sepanjang waktu (jangan Ramadhan saja) semua tempat maksiat, prostitusi, perjudian, pub, pengemis, dan sediakan tempat pembinaan bagi mereka para bekas pekerja di sana.

Kan bisa sekalian saja demo pemerintah agar tidak mengeluarkan ijin usaha warung makan dan lainnya itu agar ibu-ibu rumah tangga juga konsisten masak untuk keluarganya dan hidup lebih sehat.

Atau yang lebih baik lagi, sweep sampah yang bertebaran di mana-mana. Kalau sweeping hanya di Bulan Ramadhan, kalau saya melihatnya, hanya menunjukkan keegoisan dan sok suci serta kuasa saja, tanpa mempertimbangkan bagaimana nasib orang yang tidak puasa dan mata pencaharian orang lain.

Kalau memang anda yang berpuasa tidak bisa menahan godaan misalnya,tinggal bilang saja secara baik-baik, tolong warungnya jangan memajang makanan yang enak-enak entar puasa saya batal. Kan bisa makanan yang dijual ditutup pakai tirai kain, seperti yang saya lihat di tempat saya ini.

Atau, agar orang lain tidak jadi alasan batalnya puasa anda, tidur dan berdoa saja di rumah dari sahur sampai waktu berbuka. Bagi pekerja minta saja cuti selama puasa, kalau boleh, ya.

Saya juga heran dengan sweeping-sweeping itu. Dari dulu, baik saudara maupun teman di sekitar saya, tidak pernah mempermasalahkan warung-warung itu. Bagaimana juga orang yang berpuasa bukan di Bulan Ramadhan, baik yang Islam atau yang beragama lain. Kalau mereka niat, ya, mau disuapin juga kagak tergoda kali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.