Kolom Asaaro Lahagu: ANALISA KENAPA YUNARTO WIJAYA SASARAN PEMBUNUHAN (Sirulo TV)

Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu

Dari pengakuan Irfansyah, sosok direktur lembaga survei yang masuk dalam radar pembunuhan rancangan Jenderal Kunyuk akhirnya terkuak. Dialah Yunarto Wijaya, direktur lembaga survei Charta Politika. Masuknya nama Yunarto Wijaya bersama keempat tokoh yang hendak dibunuh, menjadi pertanyaan besar. Jika tokoh sekaliber Wiranto, Luhut B. Panjaitan, Budi Gunawan dan Gorries Mere masuk dalam radar pembunuhan para perongrong negara, masih masuk akal. Keempat tokoh ini adalah benteng kuat yang kerap menghambat sekaligus menggagalkan skenario jahat para pembuat makar komplotan Jenderal Kunyuk. Lalu, mengapa nama Yunarto Wijaya (YW) masuk dalam radar pembunuhan Jenderal Kunyuk?

Mengapa bukan direktur lembaga survei lain semacam Denny JA? Atau semua lembaga survei yang hasil quick countnya tak satupun memenangkan Prabowo? Berikut analisanya.

Pertama, YW yang juga kerap dipanggil dengan nama Toto adalah benteng kokoh pembasmi hoax para kampret di Twitter. YW sangat rajin berkicau di Twitter. Sesekali saya kunjungi akun Twitter YW sebelum Pilpres 2019. Di sana ia sangat getol melawan setiap hoax, provokasi dan cara berpikir illogical kaum kampret.

Akun YW di Twitter cukup berpengaruh. Dengan follower ratusan ribu, YW bisa mengguncang dan menguliti setiap kicauan semacam Tengku Zulkarnen, Fahri Hamzah atau Fadli Zon. Sebagai contoh YW pernah menyindir habis Tengku Zulkarnaen untuk beli cermin.

Kicauan YW juga kerap menyindir Kubu Cendana bersama Jenderal Kunyuk. Sindiran-sindiran YW lama kelamaan pasti membuat gerah Jenderal Kunyuk. Nama tenar YW di jagat hiruk-pikuk politik jelas menjadi anak panah dalam daging Jenderal Kunyuk.

Ke dua, YW adalah Direktur Lembaga Survei Charta Politika sekaligus pengamat politik yang handal. Maka tak heran YW sering diundang bicara, berkomentar dan berdebat di televisi. Jadi YW bukan hanya hebat di Twitter tetapi juga mukanya kerap nongol di layar kaca.

Selama perhelatan kampanye Pilpres dari Oktober 2018 hingga April 2019, YW sangat lihai beragumentasi menelanjangi setiap pergerakan Prabowo, dukungan Jenderal Kunyuk. Hasil-hasil survei lembaga YW juga menjadi data valid untuk meruntuhkan setiap klaim menang Kubu Prabowo.

Bicara politik, di bulan politik, kehadiran YW membuat dunia perpolitikan sangat menarik. Argumen YW sangat teratur dan rapi serta selalu ditunggu-tunggu oleh para penikmat kekisruhan politik. Tak heran selama Pilpres 2019, YW bertransformasi sebagai bintang politik. Ia tak kalah tenar dengan Fadli Zon. Bedanya, jika Fadli Zon tukang nyinyir, YW tukang penyapu nyinyir.

Dulu, saya kenal nama Bima Arya yang sangat fasih bicara politik. Komentar-komentar politik Bima Arya sangat bernas dan kerap membungkam lawan-lawan debatnya. Namun, kemudian, Bima Arya terjun langsung membenahi Pemerintahan Kota Bogor dan menjadi wali kota di sana. Selepas Bimar Arya undur diri sebagai pengamat politik, praktis, tak ada lagi anak muda yang muncul dan sangat fasih bicara politik.

Namun, pada Tahun 2012, nama YW kemudian meledak di ruang publik saat menjadi direktur eksekutif Charta Politika menggantikan Bima Arya. Alumni Universitas Parahyangan ini seolah mengisi kekosongan yang ditinggalkan Bima Arya.

Sejak namanya meledak, YW kemudian dikenal luas sebagai pengamat politik yang handal sampai sekarang. Gaya bicara YW langsung to the point, berani serta penuh data dan fakta, membuat Kubu Prabowo terutama Jenderal Kunyuk kewalahan.

YW juga berani membuat kontroversi. Pada awal April 2019 lalu, YW sempat membuat geger jagat politik Indonesia. Saat itu YW berani menerima tantangan para pembencinya di Twitter untuk taruhan pindah negara jika Prabowo menang.

Keberanian YW bertaruh dan yakin 100% Prabowo kalah membungkam dan memukul sisi psikologis Kubu Prabowo. Tak ada direktur lembaga survei yang seberani YW. Dan, memang, setelah hasil rekapitulasi KPU, YW terbukti benar. Jokowi menang dan Prabowo kalah. Hasil quick count Charta Politika hanya selisih sangat tipis dengan hasil KPU.

Kekalahan Prabowo sesuai dengan hasil survei dan quick count lembaga survei pimpinan YW membuat pendukung Prabowo malu bukan main termasuk Jenderal Kunyuk. Apalagi jika melihat latar belakang YW sebagai bagian kaum minoritas di negeri ini namun bersuara vocal, membuat kaum intoleransi emosi hingga ke tingkat ubun-ubun.

Jika akhirnya YW masuk dalam radar pembunuhan, yang diotaki Jenderal Kunyuk, maka hal itu cukup logis. Sekurang-kurangnya ada beberapa alasannya.

Pertama, untuk membalas dendam Jenderal Kunyuk. Ke dua, untuk menghentikan sepak terjang YW yang semakin tenar serta kerap menyindir dan menguliti kubu perongrong NKRI. Ke tiga, untuk membuat tuduhan baru kepada Kubu Jokowi yang telah bersengkokol dengan lembaga survei. Agar lembaga survei bungkam, maka salah seorang pimipinannya dihabisi.

Dalam kalkulasi Jenderal Kunyuk, YW termasuk pimpinan lembaga survei yang bintangnya ke depan semakin cerah, mirip Mbappe di PSG. Sampai Tahun 2024 dan bahkan sampai Indonesia bubar ala Prabowo, YW dianggap sebagai ancaman. Dalam skenario pembunuhan ala Jenderal Kunyuk, YW adalah sosok paling mudah dilenyapkan dan paling untung dari segi dampak politik.

Akan tetapi, Tuhan berkata lain. Nyawa YW masih dilindungi. Kapolri Tito dan jajarannya jauh lebih hebat. Polisi dengan cepat menangkal, membongkar dan menggagalkan skenario jahat Jenderal Kunyuk. Jenderal kunyuk pun kini meratapi kegagalannya di balik jeruji besi. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.